SEKILAS TENTANG PENYAIR ACEH NURDIN F JOES

oleh -
oleh
SEKILAS TENTANG PENYAIR ACEH NURDIN F JOES 1
NURDIN F.JOES

Medan, (Dayak News)-Siapa yang tak kemal dengan NURDIN F.JOES? Lelaki kelahiran Sigli 4 Januari 1963 ini salah seorang penyair Aceh. Nurdin boleh dibilang seangkatan dengan Maskirby, Hasyim KS, Nurdin Abdurrahman (almarhum), Barlian AW, Bachtiar Adamy, Rosni Idham, Dhien Faro Passa, Fikar W Eda, Saiful Hadi JL, Hasbi Burman dan sejumlah penyair Aceh lainnya.

Tak heran, sebuah kenangan masih menghimpit dikalbu penulis bahwa puisi-puisi para penyair Aceh di terbitkan diberbagai media cetak daerah dan nasional. Selain itu juga terkumpul dalam kumpulan puisi sendiri maupun dalam Antologi Puisi Penyair Aceh. Bahkan Titian Laut I, Laut II Malaysia.

Wah, ketika itu kreativitas para penyair Aceh luar biasa.Apalagi digalakkan oleh penyair LK Ara dan teman-teman lain.Berbagai even baik tingkat daerah, nasional maupun internasional ketika itu cukup marak entah berapa puluh tahun lalu sudah terlalui.

Yah, bagaimana bila sekarang kita kumpul-kumpul lagi seperti dulu untuk melepas rindu dalam suasana silaturahmi penyair Aceh? “Di sini kita bertemu, melepas seluruh rindu.Kita cipta segala seperti ombak mengukir batu”.

Lantas kembali kita berbicara dengan penyair Nurdin F Joes. Ia pernah meraih beberapa Pemenang lomba cipta puisi Untuk Kemerdekaan Namibia (Toward Namibian Independence) melalui puisi Menangislah untuk Anak-anak Negeri (Weep for the Children of the Land), 1987.
Tak hanya itu Antologi puisinya yang telah terbit: Surat dari Belantara (1988), Sengketa (1990), dan Langkah Ketiga (1994).

Coba kita simak tiga judul puisi karya Nurdin F Joes di bawah ini yakni Blang Pandak, Tangse Seberapa Liar dan Halimon, Mari Pindah ke Koetaradja. (Bachtiar Adamy)

BLANG PANDAK

Awalnya engkau ragu-ragu
menyambutku
karena dalam rentang waktu sangat lama
kita duduk pada pojok meja
yang berbeda
meneguk kopi pahit
sendiri-sendiri pula

Dua puluh sembilan tahun lamanya
tentu sangat lama
detak nadi kita berbeda
maka saling ragu menyapa

Dari kaki Gunong Halimon ini
aku mengeja namamu
membaca hitam putih wajahmu

Bila hari ini bertemu
Tuhan tentu belum memutus tali rindu

Hari ini kita memetik
bunga-bunga
mencium wewangi bersama

Kita larut menyapa hati
Larut dalam hangat kopi sepanjang hari

TANGSE, SEBERAPA LIAR DEGUP JANTUNGMU

Tangse, seberapa liar
degup jantungmu
yang sembunyi dalam putih dadamu
Bisakah aku mendengar
suara lirih dan pesan

Katanya, kita satu tanahair
tapi saling berpaling
Bisakah engkau bercerita
meskipun tanpa kata-kata.

Seberapa liar degup jantungmu
sembunyi di balik doa-doa
Bisakah aku mengejanya
walau tanpa aksara.

Seberapa besar cintamu padaku
sembunyi dalam bolamata
Di mana aku bisa bercerita
bahwa kita bertumpah airmata.

Seberapa kemilau cahaya matamu
bila nanti aku kembali
bertunduk kepala
melewati gerbang pintumu
Bisakah engkau menjadi sangat rela
saat aku mengutip butir airmata

HALIMON, MARI PINDAH KE KOETARADJA

Halimon, mari kita pindah ke Koetaradja
tapi jangan tinggalkan mukim,
gampong, sanak saudara
Kita menjahit bendera
kita kibarkan bersama-sama

Mari ke Koetaradja
jangan tinggalkan anak, istri, keluarga
bertemu para sultan
membawa hadiah kopi, durian, beragam buah-buahan
yang tidak ada di pasaran

Dari Koetaradja
kita seru sultan-sultan
jangan lagi kita payah
berjalan kaki
menginjak bumi

****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.