PONTIANAK, 27/9/19 (Dayak News). Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi satu keprihatinan bersama, dimana karhutla ini merupakan kejadian
terbesar selama lima tahun terakhir ini. Oleh sebab itu perlu sinergisitas semua pihak untuk memadamkan api ketika mengetahui adanya karhutla atau titik api.
Hal itu dikatakan Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono kepada wartawan usai Rakor pengendalian karhutla Jumat (27/9/19).
Ia mengatakan, sesuai dengan informasi bahwa sektar 2,6 juta hektare lahan yang terbakar dan sekitar 504.000 orang terutama anak-anak terdampak ISPA.
Selain itu karhutla juga mengakibatkan hilangnya keragaman hayati, terganggunya aktifitas ekonomi karena terjadinya pembatalan penerbangan baik internasional maupun domestik dimana terjadi hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Untuk menanggulani karhutla Presiden Jokowidodo menekankan agar kejadian karhutla pada tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya jangan sampai terulang kembali. Jumlah hotspot harus turun tiap tahun serta melakukan pencegahan sejak dini dan jangan sampai api besar dan bingung memadamkan.
Provinsi Kalbar memiliki kondisi geografis yang memiliki luas wilayah 146.807,90 Km2 yang meliputi luas daratan mencapai 110.000 KM2 yang didalamnya terdapat lahan perkebunan dan pertanian. Selain itu juga terdapat hamparan lahan gambut yang cukup luas di setiap wilayah di Kalbar.
Potensi geografis yang luas ini menjadikan sebuah potensi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan dengan cara# membakar.
Dimana akibat pembakaran ini menimbulkan kabut asap yang menanggu aktifitas masyarakat.
Sebaran hotspot di Kalbar berdasarkan pengolahan data lapan oleh BMKG, menyebutkan hotspot sepanjang bulan Agustus 2019 terdapat sejumlah 7.655 titik di Kalbar. Hotspot terbanyak terdapat di Kabupaten
Ketapang yaitu sejumlah 2.126 titik dan Kabupaten Sanggau sejumlah 1440 titik.
Sedangkan dari tanggal 1 September sampai dengan 23 September 2019 di Kalbar terdapat sebanyak 1.5767 hotspot. Untuk Kabupaten Ketapang menjadi penyumbang terbesar dengan 8652 titik.
Namun pada 24 September 2019# sampai dengan 25 september 2019 hampir di seluruh wilayah Kalimantan hujan turun. Sehingga hotspot di Kalimantan berkurang secara signifikan menjadi hanya 34 titik api dan kabut asap mulai hilang dari Wilayah Kalbar.(Dayak News/SOS/BBU).