PENJELASAN TENTANG ISU PENULARAN COVID-19 MELALUI UDARA

oleh -
oleh
PENJELASAN TENTANG ISU PENULARAN COVID-19 MELALUI UDARA 1
Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D (ahli epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat Universitas Airlangga)

Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP)

Palangka Raya, 10/7/2020 (Dayak News). Isu covid-19 penularan melalui udara (air bone) telah menghiasi diskusi publik. Beberapa penelitian menemukan tentang potensi penularan covid-19 melalui udara yang sedikit banyak membuat masyarakat khawatir. Dalam diskusi webinar series #6 Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP) tentang Jawa Timur yang mendatangkan Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D (ahli epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat Universitas Airlangga), Khusnul Khotimah, S.Pd.I., M.Pd.I, (ketua komisi D DPRD kota Surabaya), dan dr. Rezki Tantular, Sp.P (Dokter spesialis paru RSUD Saiful Anwar Malang), membahas tentang bagaimana isu penularan melalui udara ini di masyarakat. Webinar ini di moderatori oleh Bayu Widiyanto (Manajer Progam Ekonomi dan Pembangunan PSKP)

Menurut dokter spesialis paru RSUD Saiful Anwar, ada perbedan soal droplet dan airborne.”Harus tahu apa itu droplets atau airborne, bedanya adalah ukuran dari partikel. Covid-19 airborne itu ada, tetapi tindakannya aerosolisasi, bukan di komunitas. Sampai saat ini WHO belum menyatakan bahwa covid-19 ini airborne transmitted”, tutur Rezki

Pakar epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, menanggapi hal tersebut dengan hati-hati. “Perkembangan keilmuan masih dinamis, kalau seperti sekarang ditemukan bisa menular melalui udara, tapi ini juga harus dipastikan kembali, masih belum fix, kalau Covid-19 ini bisa ditularkan melalui udara,” jelas Laura. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penularan melalui udara tergantung dari lingkungan, kalau di udara yang terbuka dan tertutup, potensi penularan berbeda. Lebih besar pada ruangan tertutup.

PENJELASAN TENTANG ISU PENULARAN COVID-19 MELALUI UDARA 2
dr. Rezki Tantular, Sp.P (Dokter spesialis paru RSUD Saiful Anwar Malang)

Lebih lanjut lagi, Rezki menjelaskan bahwa perlu diperhatikan juga faktor-faktor yang memengaruhi penularan. “Yang perlu diketahui dari dasar suatu terjadinya penyakit Covid-19, tidak hanya virusnya sendiri, tetapi ada faktor host juga.yang memengaruhi terjadinya penularan. Ketika manusia jatuh ke dalam kondisi imun yang rendah, itu akan mudah tertular. Dari faktor virusnya sendiri, jumlah virus juga akan memengaruhi. Virus yang terkonsentrasi di satu tempat berbeda dengan yang terurai” jelasnya. Dia melanjutkan bahwa droplet berbeda dari airborne. “Droplet mengambil porsi yang besar dibandingkan airborne, airborne sendiri terjadi penguraian, tidak pekat,” lanjutnya.

BACA JUGA :  Budayakan Hemat Energi, Rumkit Bhayangkara Palangka Raya Gelar Sosialisasi

Jika airborne ini terbukti, ada banyak perubahan standar protokol kesehatan yang selama ini diterapkan. Namun, terlepas dari itu, masyarakat dan pemerintah harus bahu-membahu memutus rantai covid-19, terutama di Jawa Timur. Pakar epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat UNAIR ini menjelaskan bahwa dalam penularan covid-19 ini, ada enam komponen mata rantai, yakni agen (virus), reservoir (host atau inang), pintu keluar (droplet), cara penularan, pintu masuk, dan pejamu rentan (orang lanjut usia).

Memutus mata rantai ini menjadi penting guna mencegah penualaran covid-19 lebih lanjut. Cara penanggulangannya bisa menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah bagaimana mengurangi jumlah rata-rata orang yang bertemu dengan pasien. “Ini bisa dengan cara stay at home, belajar dirumah, bekerja dirumah. Perlu mengedukasi kepada masyarakat. Kita harus mengurangi kontak dengan orang karena kita tidak tahu kontak dengan siapa.,” jelas Laura.  Sudut pandang kedua adalah mengurangi peluang orang yang sehat bertemu pasien covid-19. Pakar Epidemiologi ini lebih lanjut menjelaskan bahwa cara ini bisa dilakukan dengan jaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, pola hidup bersih dan sehat.

Pemasifan tes dan juga tracing juga perlu dilakukan. Terlebih, fenomena ini covid-19 ini seperti gunung es. “Dilihat dari permukaan kecil dengan luas relatif sempit, tetapi di bawah laut sendiri menyimpan badan yang lebih besar, begitu pula penyakit ini. Lebih banyak kasus-kasus yang Orang Tanpa Gejala (OTG). OTG memang banyak bahkan lebih banyak dari yang terlihat. Kondisi tanpa gejala ini justru sebenarnya banyak yang terlewat disitu,” jelas Rezki.

Di daerah Surabaya, masyarakat sudah memiliki kesadaran yang tinggi soal ini, bahkan ingin melakukan rapid test. “Bahkan bukan hanya tracing, masyarakat malah mengantri untuk melakukan rapid test. Ini menandakan tingkat kesadaran masyarakat meningkat dan patuh terhadap protokol kesehatan,” jelas ketua komisi D DPRD kota Surabaya. Kota Surabaya, jelasnya, juga memberlakukan sanksi sosial bagi masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan. (PR/Den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.