Pangkalan Bun (Dayak News) – Rumah Sejarah Heritage C. Willem di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, kini menjadi pusat edukasi sejarah yang tak hanya mengenalkan perjuangan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) di Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng), tetapi juga menghubungkan jejak sejarah nasional dengan daerah.
Hal ini disampaikan oleh Letda Lek Fery Anshari, Kepala Informasi dan Pengolah Data (Kainfolahta) Lanud Iskandar, saat menerima kunjungan Taruna dan Taruni SMK 3 Pelayaran Kumai yang datang untuk memperdalam wawasan mereka tentang sejarah perjuangan AURI di Kotawaringin Barat.
“Para siswa ini menimba ilmu sejarah, khususnya sejarah Angkatan Udara dan Kotawaringin Barat. Sejarah yang ada di bangunan ini tidak hanya mencakup Kalimantan Tengah, tetapi juga memiliki keterkaitan dengan sejarah nasional. Bahkan, peristiwa bersejarah ini menjadi bagian penting dalam perjuangan bangsa Indonesia,” ujar Letda Fery.
Menurutnya, peristiwa penerjunan pertama pasukan AURI di Desa Sambi pada 17 Oktober 1947 adalah momentum besar yang layak diperingati setiap tahun. Untuk itu, pihaknya telah mengajukan surat kepada Bupati Kotawaringin Barat agar peringatan ini dijadikan agenda tahunan.
“Kami ingin setiap tahun, pada tanggal 17 Oktober, ada peringatan resmi untuk mengenang perjuangan para penerjun AURI. Walaupun dengan segala keterbatasan, kami tetap berupaya agar acara ini bisa berlangsung. Mereka berjuang di hutan belantara Kalimantan, mengalami luka-luka, tetapi tetap semangat untuk mendirikan pemancar radio yang menjadi penghubung dengan Pulau Jawa. Ini adalah bagian dari sejarah yang harus terus kita ingat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Letda Fery mengungkapkan bahwa Rumah Sejarah Heritage C. Willem tengah dikembangkan menjadi museum sejarah yang menyimpan berbagai peninggalan berharga. Barang-barang yang dipajang di sini merupakan sumbangan dari masyarakat yang menitipkan koleksi bersejarah agar terawat dengan baik.
“Sebagian besar barang yang ada di sini adalah peninggalan zaman dulu. Contohnya, peralatan tradisional seperti yang digunakan dalam Reog Ponorogo, yang didatangkan pada tahun 1953 sebagai bagian dari upaya AURI memperkenalkan diri kepada masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya itu, ada pula meriam bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang perjuangan bangsa. Meriam ini dibuat pada tahun 1746 dan merupakan hadiah dari Sultan Kutaringin, yang pada masa itu ikut mendukung perjuangan AURI.
“Saat AURI baru berdiri di Pangkalan Bun, markas mereka masih sangat sederhana. Harapannya, rumah sejarah ini bisa terus berkembang menjadi pusat edukasi yang lebih besar,” tambahnya.
Dengan semakin dikenalnya Rumah Sejarah Heritage C. Willem, diharapkan tempat ini menjadi destinasi edukatif yang menarik bagi masyarakat dan generasi muda, serta semakin memperkuat pemahaman tentang perjuangan AURI di Kalimantan. (GUSTI) (PR/Den)
Lhaaa, benda bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa penerjunan di Desa Sambi, gak ada?