EKONOMI SUMUT TUMBUH, TAPI TERASA MAKIN SULIT

oleh -
oleh
EKONOMI SUMUT TUMBUH, TAPI TERASA MAKIN SULIT 1
Gunawan Benyamin

Medan, (Dayak News) – Meski pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera Utara sebesar 4.73% selama tahun 2022, Namun pemerintah harus mewaspadai beberapa indikator ekonomi.

Sebab berpotensi memburuk di kuartal tahun 2023. Karena di kuartal keempat tahun 2022 dibandingkan kuartal ke tiga di tahun yang sama, beberapa sektor lapangan usaha mengalami perlambatan.

“Bahkan beberapa diantaranya justru terkontraksi atau tumbuh negatif,” kata pengamat ekonomi, Gunawan Benyamin saat berbicara kepada media ini, Jumat (17/2/2023).

Dia melihat beberapa sektor lapangan usaha yang terkontraksi secara kuartalan adalah industri pengolahan (-0.45%), pertanian kehutanan dan perikanan (-1%), perdagangan reparasi mobil dan motor (-0. 14%).

“Sementara itu sejumlah sektor yang melambat atau turun adalah konstruksi, pertambangan dan penggalian serta jasa kesehatan serta kegiatan sosial,” rinci Benyamin.

Sementara itu lapangan usaha yang masih mampu tumbuh di kuartal keempat, transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum.

“Sejumlah lapangan usaha yang terkontraksi ini tidak terlepas dari penurunan harga sawit selama kuartal keempat tahun 2022 lalu. Sehingga industri pengolahan maupun sektor pertaniannya mengalami tekanan yang cukup signifikan,” kata analis pasar saham ini.

Perlambatan pada sektor lapangan usaha tersebut kata Benyamin harus tetap di waspadai di kuartal pertama tahun 2023 ini. Karena penurunan harga CPO maupun sawit masih terus berlanjut meskipun terlihat melandai dibandingkan kuartal ke-4/ 2022.

Mengingat kinerja sektor pertanian sangat dipengaruhi dengan fluktuasi harga sawit. Dimana sedikit saja terjadi kenaikan pada harga sawit. itu sebabnya pula kinerja sektor pertanian kehutanan dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup besar, demikian juga sebaliknya.

Pemerintah menurut Benyamin harus fokus ke sektor tersebut, mengingat penggerak dominan sektor ini justru datang dari sawit. Soalnya kenaikan harga pupuk dan penurunan harga sawit ditambah kebijakan pembatasan ekspor, memiliki peran signifikan dalam merubah daya beli masyarakat di wilayah ini.

BACA JUGA :  Peresmian Mesjid Al-Khairiyah, Sudarmaji: Semoga Amal Kebaikan dalam Hal Sumbangan Mesjid di Terima oleh Allah SWT

“Kita tidak bisa mengandalkan sektor yang mampu tumbuh di kuartal keempat kemarin, pertumbuhannya lebih dipengaruhi oleh NATARU atau Natal dan Tahun Baru,” imbuhnya

Meksipun ekonomi mampu tumbuh, lanjut Benyamin, namun justru ekonomi terasa makin sulit belakangan ini. Ditambah lagi adanya kenaikan sejumlah kebutuhan hidup yang cukup signifikan. Sehingga jangan sampai kita terbuai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terlihat bagus di tengah resesi global saat ini.

“Masyarakat SUMUT juga turut merasakan dampak resesi ekonomi dunia. Yang tercermin dari melemahnya kinerja ekspor, kenaikan sejumah biaya input produksi pertanian, pelemahan harga jual komoditas pertanian, hingga laju kenaikan kebutuhan hidup khususnya setelah pemerintah menaikkan harga BBM sebelumnya,” pungkas Benyamin. (BA/Del)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.