PAGUYUBAN PUJAKESUMA MERAYAKAN ULANG TAHUN KE-43, MEMELIHARA KEBUDAYAAN JAWA DI SUMATERA

oleh -
oleh
Perayaan Ulang tahun Pujakesuma ke-43 Minggu (20/08/2023).

Medan (Dayak News) – Paguyuban Pujakesuma kini telah mencapai usia 43 tahun, yang berarti bahwa keberadaan Pujakesuma di Sumatera dimulai pada tahun 1980. Usia yang matang menggambarkan kedewasaan pemikiran para Kader Pujakesuma.

Oleh karena itu, sebagai seluruh Anggota, Pengurus, dan Kader Pujakesuma, kita harus memiliki pandangan yang progresif dan memikirkan masa depan Pujakesuma. Para generasi muda Suku Jawa Milenial yang tinggal di Sumatera, terutama Sumatera Utara, perlu memahami perjalanan dari awal berdirinya Pujakesuma hingga saat ini.

Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Pujakesuma Sumatera Utara, Hendri ST, dalam perayaan ulang tahun Pujakesuma yang ke-43 di Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara pada Minggu (20/08/2023).

Hendri melanjutkan dengan menjelaskan bahwa berdirinya Pujakesuma berawal dari rasa persamaan, karena mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu orang Jawa yang datang ke Tanah Deli untuk bekerja sebagai budak atau kuli.

Seiring berjalannya waktu, Indonesia meraih kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1945. Hal ini mengakibatkan terhentinya migrasi suku Jawa ke Sumatera. Banyak kuli kontrak yang memilih menetap dan tinggal di daerah di mana mereka sebelumnya bekerja sebagai budak. Ada juga beberapa yang kembali ke tempat asal, tetapi kesulitan mencari mata pencaharian pada saat itu membuat mereka kembali ke Sumatera untuk mencari kehidupan yang layak dan menetap di sana hingga sekarang. Mereka adalah keturunan Jawa yang masih ada sampai sekarang.

Namun, faktor-faktor tertentu menyebabkan kelahiran banyak keturunan Paguyuban Pujakesuma, karena adanya rasa persamaan bahwa mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu orang Jawa yang datang ke Tanah Deli untuk bekerja sebagai budak atau kuli.

BACA JUGA :  POLRES BLITAR KOTA BERLAKUKAN TILANG ELEKTRONIK,MULAI HARI INI

Untuk menjaga kebudayaan Jawa yang ada di Sumatera agar tidak hilang, didirikan sebuah sanggar seni bernama IKJ (Ikatan Kesenian Jawa). Sanggar ini bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa. Seiring berjalannya waktu, sanggar ini bertransformasi menjadi sebuah paguyuban yang pertama kali didirikan oleh Letkol Sukardi.

Pendirian Paguyuban Pujakesuma bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Jawa, melestarikan dan mengembangkan seni, budaya, serta berkolaborasi dengan organisasi sosial budaya lainnya.

Hendri melanjutkan bahwa ke depannya, Paguyuban Pujakesuma akan terus bekerja sama dan berkolaborasi dengan Pemerintah, termasuk Gubernur Sumatera Utara, untuk memajukan budaya adat Jawa. Mereka telah secara simbolis menyerahkan Sertifikat Halal dan NIB (Nomor Izin Berusaha) dari Kementerian Agama. Pujakesuma juga bekerja sama dengan Lembaga Robbana dan akan memberikan bantuan PKH melalui Dinas Sosial.

Ketika ditanya oleh jurnalis Dayak News apakah dalam tahun politik mendatang Pujakesuma akan mendukung salah satu figur terbaik Sumatera Utara, Hendri menyatakan bahwa secara organisatoris, Paguyuban Pujakesuma Sumatera Utara tidak akan terlibat dalam politik praktis. Namun, secara pribadi, masing-masing anggota bebas memilih calon yang mereka dukung. Yang terpenting, Pujakesuma akan terus mendukung program-program dan berkolaborasi dengan Pemerintah Sumatera Utara dalam hal pembangunan. (Said Kamal Dewak S.Sos)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.