PSIKOLOGI PERMAINAN SEPAKBOLA

oleh -
oleh
PSIKOLOGI PERMAINAN SEPAKBOLA 1

Palangka Raya (Dayak News) -Ajang turnamen Euro 2020 yang tertunda sudah tinggal menghitung hari untuk sama-sama kita saksikan. Tetapi kita harus memahami kompetisi rutin liga-liga sangat berbeda dengan turnamen bola apalagi sekelas Piala Dunia dan Piala Eropa ini.

Sejarah dalam dunia sepakbola itu menghadirkan banyak kejadian penting dan krusial dalam pertandingan-pertandingan berskala internasional. Tidak jarang pertandingan harus ditambah waktu hingga 120 menit dan hingga adu penalti.

Mengapa ada pertandingan-pertandingan yang sama kuat antara dua tim yang sangat tidak mudah untuk mencuri gol-gol? Kita harus mengerti ada peran penting dari psikologi seluruh skuad guna memahami pertanyaan seperti itu.

Sebagai contoh, jika kita melihat rekor tim nasional Jerman sejauh ajang-ajang turnamen tingkat dunia paling spektakuler. Sehingga Jerman dijuluki tim spesialis turnamen sejauh ini. Karena Jerman adalah tim yang selalu konsisten untuk lolos kualifikasi dan selalu melangkah hingga babak-babak selanjutnya. Jika kita merumuskan apa itu konsistensi, maka kita akan menemukan beberapa faktor yang mendukung konsistensi itu.

Menurut badan sepakbola FA Inggris, psikologi dalam sepakbola dapat dibagi menjadi 5 C: Control, Confidence, Commitment, Communication, and Concentration.

Suatu tim untuk dikatakan baik dan benar bermain sepakbola itu harus bisa sejiwa sebagai sebuah tim yang terdiri dari 11 orang pemain di lapangan. Apa jadinya jika 11 orang itu bermain bola tanpa maksud dan tujuan yang sama. Baik dalam menyerang maupun bertahan.

Kontrol diri itulah yang harus ada pada semua pemain dalam tim. Saya bermain sebagai kiper atau pemain belakang bagaimana. Setiap saat setiap pemain harus mengambil keputusan untuk melakukan ini dan itu. Tidak selalu semua hal itu diatur oleh pelatih dari pinggir lapangan. Hal seperti inilah yang membedakan kualitas performa dari satu tim langganan turnamen dan yang hanya sesekali saja tampil di ajang bola dunia. Sejarah itu adalah riwayat tentang konsistensi.

Selain dari kontrol diri, maka faktor berikutnya tiap pemain dalam satu tim wajib main dengan kepercayaan diri atau konfidensial. Tak mungkin main bola hanya mengandalkan skill dan teknik teoritis tetapi tidak memiliki tujuan pemanfaatan hal-hal itu di lapangan selama 2 kali 45 menit waktu normal pertandingan.

Setelah kepercayaan diri, maka berikutnya adalah soal komitmen. Faktor ini merupakan tekad untuk menyukseskan keseluruhan kehadiran dalam sebuah turnamen. Jika hanya untuk tampil pribadi dan mengetengahkan karakter personal maka tidak cocok untuk main bola apalagi di ajang turnamen Euro ini.

Faktor berikutnya, adalah komunikatif dalam lintas pemain dalam satu tim. Bola seperti apa dan passing operan seperti yang diinginkan oleh rekan satu tim merupakan ciri komunikatif itu. Jika menghadapi tim lawan yang rata-rata ukuran badannya pendek maka sudah tentu harus lebih banyak memainkan bola-bola atas. Begitu pula sebaliknya jika lawan yang dihadapi itu tinggi-tinggi maka bola-bola pendek dan operan jarak dekat yang dimainkan.

Faktor yang tak kalah penting adalah konsentrasi semua skuad. Turnamen itu seperti ujian akhir di sekolah-sekolah. Semua pelajaran harus diingat dan dijadikan bahan untuk eksekusi pada pertandingan yang sedang berjalan. Ketika konsentrasi hilang maka determinasi sebuah tim akan sirna. Kejadian buyarnya konsentrasi bisa membuat sebuah tim runtuh moralnya dan akan kebobolan banyak gol dalam waktu cepat.

Masih ingat bagaimana Jerman bisa membantai Brasil 7-1 ketika semifinal Piala Dunia 2014 di Brasil tahun 2014? Itulah wujud sebuah tim yang konsentrasi dan yang kehilangan konsentrasi. (CPS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.