Resume dan Resultan PD 2022 Qatar

oleh -
oleh
Resume dan Resultan PD 2022 Qatar 1

Dayak News – Telah usai pagelaran terbesar dan termegah dalam ratunya olahraga, Piala Dunia Sepakbola 2022 Qatar. Kini kita kembali lagi dalam siklus empat tahunan untuk memulai lagi proses kelahiran prestasi dan ambisi. Kali ini, Argentina menjadi jawaranya, di puncak piramid bertahta hingga 2026 kelak.

Tidak lengkap rasanya, jika kita tidak menarik suatu resume atas turnamen yang sejak 21 November hingga final 18 Desember itu berlangsung. Harapannya agar kita para pecinta dan pemerhati sepakbola dapat menjemput makna dan rahasianya. Memperoleh resultan dari perjalanan turnamen ini.

Turnamen yang Lebih Murah

Saya pikir pesta megah sepakbola seperti di Qatar ini sungguh mahal. Stadion-stadion yang disediakan memang memberikan kemanjaan dan servis yang super. Tapi tentu tidak semua tuan rumah ke depan, akan bisa mengikuti langkah Qatar ini. Sejumlah 3500 triliun untuk 10 tahun penyiapan prasarana dan sarana turnamen kiranya bukan mudah untuk dikerjakan. Memang olahraga itu salah satu bidang pembangunan umat manusia, meskipun tidak perlu juga terlalu dijor-jor untuk jadi anggaran utama.

Resume dan Resultan PD 2022 Qatar 2

Biarlah semangat dan sportifitas olahraga yang lebih ditekankan. Adapun soal bagaimana dilaksanakannya kompetisi dan penyediaan vendor sedapat mungkin tidak mahal dan menyita energi.

Biarlah Qatar sekarang jadi skala pembanding saja tidak untuk diulangi lagi spektakulernya penyediaan sapras untuk sebuah even empat tahunan. Delapan stadion megah untuk sebuah negara kecil seperti Qatar sungguh berlebihan.

VAR dan Perwasitan

Salah satu faktor yang juga sangat mempengaruhi hasil akhir dalam turnamen kali ini, adalah soal Video Assistance to Referee (VAR).

Kita memang perlu teknologi, tidak ada yang membantah itu. Tapi, teknologi itu hendaknya jadi pelayan dari tugas dan fungsi manusia. Jangan dibalik.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Menang Besar 6-0 atas Brunei Darussalam dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026

Setiap kita menonton pertandingan sepakbola itu, permainan sedang berlangsung antara insan manusia. Bukan seperti main game online. Kita tidak sedang berkompetisi melawan program.

Semua yang diputuskan wasit dan hakim garisnya itu adalah bagian dari sistem sepakbola. Sehingga perbuatan antara manusia sahihnya dilihat dan diwasiti oleh manusia juga. Pada hal ini terletak peran dan fungsi “kehendak bebas” – opsi dan keputusan yang khas manusiawi.

VAR justru menjadikan pihak asing di luar pertandingan yang malah lebih diacu dan dituruti. Ini bagi saya, mengubah makna dan keindahan permainan sepakbola. Sudah jauh intervensi. Tuhan saja tidak melakukan intervensi atas hidup dan kehidupan umat manusia. Dia menganugerahkan kepada kita the free will, kehendak dan keputusan, dan ini tidak bertentangan dengan kemahakuasaanNya.

Resume dan Resultan PD 2022 Qatar 3

VAR itu, jika ingin diberdayakan sebaiknya hanya pada penglihatan garis offside dan garis gawang saja, tidak untuk keseluruhan pelanggaran yang tidak dilihat dan didapati wasit. Bagaimanapun, adalah aneh jika wasit sudah menunjuk titik putih tanda pelanggaran terjadi yang diyakininya, lalu tidak lama dibatalkan oleh anjuran VAR, ini mengganggu jalannya pertandingan. Ini seperti yang terjadi waktu tim-tim Belgia dan Kroasia bertemu di fase grup. Sebagai contohnya, yang saya lihat tidak menampilkan asas keadilan di atas lapangan hijau.

Satu-satunya tempat di luasan lapangan bola, di mana wasit itu tidak ada, hanya di dalam gawang. Jadi itulah sebenarnya tempat yang membutuhkan mata VAR membantu wasit membuat putusan lebih adil. Di luar gawang maka biarlah mata wasit dan hakim garis yang memutuskan sesuai hati nurani mereka.

Siaran Langsung Laga per negara

Alangkah lebih baik jika ke depan FIFA dan panitia penyelenggara, membagi rata hak siar setiap laga itu kepada tiap stasiun televisi.

BACA JUGA :  Sebuah Arti Minta Didukung

Mengapa ini penting, karena selain asas keadilan juga berlaku pilihan bebas bagi para pirsawan televisi. Memang lebih baik setiap stasiun dibebaskan membeli entah itu siaran langsung atau siaran tunda, sehingga penonton tidak perlu dipaksa untuk duduk begadang seperti sekarang. Selain potensi mengganggu kesehatan tubuh dan jiwa, hal ini juga mengubah pola hidup orang. Dampak itulah yang harusnya dilihat FIFA dan panitia.

Pada saat even ini kelak dilangsungkan di benua Amerika lagi, maka akan semakin subuh ditayangkan. Karena benua itu hampir sehari bedanya di belakang dibanding kita di Indonesia, misalnya.

Argentina juara itu sudah sama-sama kita ketahui. Tapi apa dan bagaimana itu kita pakai untuk menjadi cermin bagi nasib persepakbolaan negeri kita Indonesia? Kerusuhan Kanjuruhan Malang, tempo hari, sudah nyaris membunuh olahraga ini untuk disajikan dalam bentuk profesional. Kita tetap saja masih amatiran, masih kampungan kasarnya, dalam melakukan kompetisi yang baik dan benar.

Kita belum bisa menjemput makna semboyan respect, sportif, ready to lose (siap kalah), hanya mau menang dapat poin, gak peduli dengan nyawa dan beringas pada sesama manusia. Ini semua harus kita benahi jika kita mau prestasi sepakbola kita naik ke level dunia. Kita ini harus malu pada diri kita sendiri, katanya beradab dan berbudaya, tapi mengurus sepakbola saja masih kalah dari mengurus kandang ayam atau rukun tetangga.

Sudahilah sepakbola sukuisme dan daerahisme seperti sekarang. Kalau kita mau berprestasi maka harus mau memilih prestasi dan skill pemain yang benar-benar bagus tidak peduli dari mana pemain itu. Naturalisasi itu hanya langkah di ujung bukan yang jadi pokok, seolah-olah kita ini minder dan kekurangan percaya diri.

BACA JUGA :  Singa Atlas Maroko si Bintang Baru Piala Dunia

Terbuka kesempatan bagi kita, dalam durasi empat tahun ini, untuk memperbaiki diri. Sebab FIFA sudah menambah jumlah peserta putaran final turnamen ini, dari 32 tim menjadi 48 tim. Jatah Asia bertambah 8 tim dari yang tadinya hanya empat plus satu playoff. Itu artinya kita bisa setidaknya merebut satu tiket ke putaran final, dengan cepat memperbaiki diri dan kompetisi yang baik. Moga itu tercapai dengan berdoa pada Tuhan.

Selamat tinggal Qatar! Terima kasih untuk semuanya. Salam Olahraga! (Christian P. Sidenden, wartawan redaktur pada Dayak News online)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.