Oleh. DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)
Selamat pagi, siang, sore, dan malam bagi para penjaga ladang yang terus berharap pada tanah yang subur dan hasil panen yang melimpah. Namun, harapan itu kini dihadapkan pada ancaman yang bersembunyi dalam bayang-bayang, layaknya seorang Impostor dalam Among Us. Tidak lagi sekadar permainan, kini ancaman itu nyata dalam bentuk pupuk palsu yang merusak sistem pertanian dan ketahanan pangan kita.
Baru-baru ini, aparat penegak hukum berhasil membongkar pabrik pupuk palsu di Bandung Barat, Jawa Barat, yang telah memproduksi lebih dari 1.260 ton pupuk anorganik nonsubsidi bermerek Phonska. Pupuk ini terlihat asli, tetapi setelah diuji laboratorium, kandungan nutrisinya sangat jauh dari standar (Pusat Penelitian Tanaman Pangan, 2023). Bukannya mengandung nitrogen, fosfat, dan kalium oksida sebagaimana mestinya, pupuk ini justru dipenuhi bahan pengisi seperti dolomit yang tidak memberikan manfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Situasi serupa juga terjadi di Situbondo, Jawa Timur. Petani yang curiga dengan kualitas pupuk yang digunakan melaporkan kejanggalan ini, dan hasil uji dari Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa kandungan nitrogen hanya mencapai 0,10 persen, fosfat 0,01 persen, dan kalium oksida 0,01 persen—angka yang sangat jauh dari standar yang dijanjikan (Universitas Brawijaya, 2024). Ini bukan hanya kecurangan, tetapi bentuk sabotase terhadap sektor pertanian yang mengancam kesejahteraan petani dan produksi pangan nasional.
Seperti dalam Among Us, di mana Impostor menyusup ke dalam tim yang bekerja keras, peredaran pupuk palsu juga masuk melalui celah dalam sistem distribusi. Regulasi yang lemah dan pengawasan yang tidak optimal menciptakan peluang bagi pihak tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan produk berkualitas rendah ini (FAO, 2021). Jaringan ilegal ini beroperasi dalam bayang-bayang, memanfaatkan kelemahan sistem pengawasan pemerintah.
Dampaknya sangat serius. Berdasarkan teori ketahanan pangan, penggunaan pupuk yang tidak sesuai standar berkontribusi terhadap degradasi tanah, mengurangi produktivitas pertanian dalam jangka panjang, dan meningkatkan ketergantungan pada impor (Tilman et al., 2002). Dari perspektif ekonomi, pupuk palsu menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi petani, memperbesar utang mereka, dan menciptakan lingkaran kemiskinan yang sulit diputus (World Bank, 2020).
Dari sudut pandang hukum, pemalsuan pupuk merupakan kejahatan ekonomi serius yang seharusnya ditindak tegas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan. Namun, lemahnya koordinasi antarinstansi membuat banyak kasus serupa sulit terdeteksi dan ditindak dengan cepat (Kementerian Pertanian, 2023). Seperti dalam permainan Among Us, tanpa komunikasi dan koordinasi yang baik, para Impostor akan terus merusak sistem dari dalam.
Apa solusinya? Dalam Among Us, kemenangan diraih ketika Crewmates bekerja sama, berbagi informasi, dan mengawasi satu sama lain. Prinsip yang sama harus diterapkan di sektor pertanian. Edukasi bagi petani tentang cara membedakan pupuk asli dan palsu, regulasi distribusi yang lebih ketat, serta penegakan hukum yang lebih tegas harus menjadi prioritas utama (FAO, 2022).
Selain itu, teknologi pengawasan dan sertifikasi produk pertanian harus diperkuat. Penggunaan blockchain dalam sistem distribusi pupuk dapat memberikan transparansi penuh, memastikan bahwa hanya produk berkualitas yang sampai ke tangan petani (Jain et al., 2023). Dengan sistem yang lebih transparan, peluang bagi Impostor untuk menyusup dapat diminimalkan.
Pada akhirnya, baik dalam Among Us maupun dalam sistem pertanian kita, kemenangan hanya bisa diraih dengan kerja sama untuk mengungkap dan menyingkirkan para pengkhianat. Pupuk palsu bukan sekadar ancaman kecil; ia adalah virus yang merusak akar pertanian kita. Jika kita tidak segera bertindak, para Impostor akan terus menyabotase sistem hingga semuanya terlambat. Maka, siapa di antara kita yang masih memilih diam?