Aplikasi Model Hepta Helix dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM melalui Pemanfaatan Limbah Baking Filter Dust (BFD)

oleh -
oleh
Aplikasi Model Hepta Helix dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM melalui Pemanfaatan Limbah Baking Filter Dust (BFD) 7

Oleh : Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si (Dosen Fisika / Peneliti Pusat Unggulan Inovasi Ipteks (PUI) Karbon dan Kemenyan, Kepala Laboratorium Fisika Nuklir Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan, Peserta Pra Asesmen Mandiri (PAM) Angkatan VI @ Makassar, Wartawan Dayak News, Kolumnis Tabloid Duta Bangsa-Jakarta).

Abstrak

Model Hepta Helix, yang melibatkan tujuh pemangku kepentingan utama, menjadi pendekatan strategis untuk mendukung inovasi dan keberlanjutan di PT INALUM. Artikel ini membahas bagaimana model ini diterapkan dalam pengelolaan limbah Baking Filter Dust (BFD) menjadi produk inovatif seperti briket hibrida dan kokas sintetis.
Inovasi ini mendukung ekonomi sirkular, zero waste, Proper Gold Award dan SDG’s, serta relevan dengan teknologi Industry 4.0 untuk meningkatkan efisiensi energi dan diversifikasi produk aluminium.
Hasilnya diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Kata Kunci: Hepta Helix, Baking Filter Dust (BFD), ekonomi sirkular, zero waste, Industry 4.0, SDG’s.
Pendahuluan

Latar Belakang

PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) adalah produsen aluminium nasional yang menghadapi tantangan besar dalam mengelola limbah industri seperti Baking Filter Dust (BFD). Limbah ini merupakan hasil samping dari proses peleburan aluminium yang mengandung karbon tinggi dan berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Di sisi lain, BFD memiliki potensi besar untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif seperti briket hibrida dan kokas sintetis.Aplikasi Model Hepta Helix dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM melalui Pemanfaatan Limbah Baking Filter Dust (BFD) 8

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis penerapan model Hepta Helix dalam pengelolaan limbah BFD.
2. Mengembangkan produk inovatif berbasis BFD yang mendukung diversifikasi produk
aluminium.
3. Mengevaluasi dampak inovasi terhadap kinerja keuangan PT INALUM.

Relevansi dengan Revolusi Industri 4.0

Integrasi teknologi Industry 4.0 seperti IoT dan big data analytics memungkinkan optimalisasi pengelolaan limbah dan efisiensi energi dalam proses produksi.

Metodologi

Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan pendekatan model Hepta Helix dengan melibatkan tujuh pemangku kepentingan utama:
• Pemerintah: Penyedia regulasi dan insentif kebijakan.
• Akademisi: Penelitian dan pengembangan teknologi.
• Industri: Implementasi hasil inovasi.
• Komunitas: Dukungan sosial dan edukasi.
• Media: Promosi keberlanjutan.
• Lembaga Keuangan: Pendanaan proyek inovatif.
• Lingkungan: Pengawasan dampak ekologis.

Tahapan Penelitian

1. Pengumpulan Data: Analisis karakteristik fisik dan kimia BFD berdasarkan standar SNI No.01-6235-
2000.
2. Pengembangan Produk: Pencampuran BFD dengan biomassa seperti tempurung kelapa untuk
menghasilkan briket hibrida.
3. Evaluasi Kinerja: Pengujian kualitas produk meliputi kadar karbon, nilai kalor, kadar abu, dan zat
terbang.

Aplikasi Model Hepta Helix dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM melalui Pemanfaatan Limbah Baking Filter Dust (BFD) 9

Analisis dan Pembahasan

1. Penerapan Model Hepta Helix
Model Hepta Helix memungkinkan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi tantangan pengelolaan limbah :
• Akademisi mengembangkan teknologi pirolisis untuk mengolah BFD menjadi briket berkualitas
tinggi.
• Pemerintah menyediakan regulasi yang mendukung ekonomi sirkular seperti kebijakan zero waste.
• Industri mengimplementasikan teknologi hasil penelitian untuk meningkatkan efisiensi produksi.

BACA JUGA :  BAPAK RUSANSYAH, PETUGAS TPHD YANG SEDERHANA, MENJADI PENUNTUN JAMAAH HAJI

2. Inovasi Produk Berbasis BFD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket hibrida berbasis BFD memiliki kadar karbon terikat hingga 63,73 % dengan nilai kalor rata-rata 6.200 kal/g.
Produk ini memenuhi standar nasional sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
3. Dampak terhadap Kinerja Keuangan
Inovasi ini memberikan manfaat ekonomi signifikan :
• Mengurangi biaya operasional melalui substitusi bahan bakar fosil.
• Meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi produk aluminium seperti alloy dan ingot.
4. Relevansi dengan Teknologi Industry 4.0
Teknologi IoT dapat digunakan untuk memantau konsumsi energi dalam proses produksi briket secara real-time, sementara big data analytics membantu mengoptimalkan proses produksi berdasarkan analisis data operasional.

Manfaat Kolaborasi 7 Stakeholder dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM

Kolaborasi antara tujuh pemangku kepentingan utama dalam Model Hepta Helix ; pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis, media, lembaga keuangan, dan lingkungan, membawa manfaat signifikan dalam meningkatkan kinerja keuangan PT INALUM.

Berikut adalah manfaat utama dari kolaborasi ini:
1. Mendorong Inovasi Teknologi
Akademisi : Memberikan kontribusi berupa penelitian dan pengembangan teknologi yang relevan dengan pengelolaan limbah industri seperti Baking Filter Dust (BFD).
Teknologi ini dapat mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah seperti briket hibrida dan kokas sintetis, yang mendukung efisiensi biaya operasional dan diversifikasi produk.

Industri : Mengadopsi inovasi hasil kolaborasi untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi aluminium serta turunannya seperti alloy dan ingot.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar global.
2. Mengurangi Risiko Bisnis
Pemerintah : Mendukung perusahaan melalui regulasi yang kondusif dan insentif untuk adopsi teknologi ramah lingkungan.
Kepatuhan terhadap regulasi ini membantu PT INALUM menghindari risiko hukum atau denda akibat pelanggaran lingkungan.

Komunitas : Berperan dalam mendukung implementasi lokal dari program keberlanjutan seperti zero waste, yang membantu mengurangi risiko sosial dan lingkungan.

Aplikasi Model Hepta Helix dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan PT INALUM melalui Pemanfaatan Limbah Baking Filter Dust (BFD) 10

3. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Lingkungan : Kolaborasi dengan organisasi lingkungan memastikan bahwa proses produksi ramah lingkungan, sehingga mengurangi biaya terkait pengelolaan limbah.
Lembaga Keuangan : Menyediakan pendanaan untuk proyek-proyek inovatif seperti pengembangan energi terbarukan atau teknologi hemat energi berbasis Industry 4.0.
Hal ini memungkinkan PT INALUM untuk meningkatkan efisiensi operasional secara signifikan.

4. Meningkatkan Reputasi dan Loyalitas Stakeholder
Media : Memainkan peran penting dalam mempromosikan inisiatif keberlanjutan PT INALUM seperti pencapaian Proper Gold Award atau program CSR berbasis ekonomi sirkular.
Publikasi yang positif meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan masyarakat luas.

BACA JUGA :  Kemandirian Alutsista dan Kerjasama Industri Pertahanan

Komunitas Lokal : Program CSR yang melibatkan pemberdayaan masyarakat sekitar meningkatkan loyalitas komunitas terhadap perusahaan, yang pada gilirannya memperkuat hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.

5. Meningkatkan Pendapatan dan Profitabilitas
Pelanggan : Kepuasan pelanggan terhadap produk aluminium berkualitas tinggi meningkatkan pembelian berulang, yang berkontribusi pada pendapatan perusahaan.
Pemasok : Hubungan yang baik dengan pemasok memungkinkan perusahaan mendapatkan harga bahan baku yang lebih kompetitif, sehingga menekan biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas.

6. Mendukung Keberlanjutan Jangka Panjang
Kolaborasi lintas sektor mendukung pencapaian target SDG’s (Sustainable Development Goals) seperti SDG 12 (Responsible Consumption and Production) dan SDG 13 (Climate Action).
Hal ini tidak hanya meningkatkan keberlanjutan bisnis tetapi juga memperkuat daya saing PT INALUM di pasar global.

Penerapan Model Hepta Helix dalam Strategi Keuangan PT INALUM

Model Hepta Helix, yang melibatkan tujuh pemangku kepentingan utama (pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis, media, lembaga keuangan, dan lingkungan), dapat diterapkan dalam strategi keuangan PT INALUM untuk meningkatkan efisiensi operasional, diversifikasi produk, dan keberlanjutan bisnis. Berikut adalah cara model ini dapat mendukung strategi keuangan perusahaan:
1. Optimalisasi Pengelolaan Limbah untuk Efisiensi Biaya
Pemanfaatan Baking Filter Dust (BFD): Limbah industri seperti BFD dapat diolah menjadi produk bernilai tambah seperti briket hibrida dan kokas sintetis. Inovasi ini mendukung prinsip ekonomi sirkular dan zero waste, sekaligus mengurangi biaya operasional dengan menggantikan bahan bakar fosil yang lebih mahal.
Kolaborasi dengan Akademisi: Melibatkan universitas dalam pengembangan teknologi pengolahan limbah untuk menciptakan solusi hemat biaya yang relevan dengan kebutuhan industri aluminium.
2. Diversifikasi Produk Aluminium
Pengembangan Produk Turunan: Dengan dukungan akademisi dan pemerintah, PT INALUM dapat memperluas lini produk aluminium seperti alloy dan ingot berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional.
Inovasi Berbasis Teknologi Industry 4.0: Teknologi seperti IoT dan big data analytics memungkinkan optimalisasi proses produksi untuk meningkatkan kualitas produk sekaligus mengurangi pemborosan.
3. Peningkatan Pendapatan melalui Ekonomi Sirkular
Ekonomi Hijau dan Biru: Penerapan prinsip ekonomi hijau dan biru memungkinkan optimalisasi sumber daya alam dan limbah untuk menciptakan nilai ekonomi baru. Misalnya, pengelolaan limbah BFD tidak hanya mendukung kelestarian lingkungan tetapi juga membuka peluang komersialisasi produk ramah lingkungan.

Komunitas Lokal: Melibatkan komunitas dalam program daur ulang atau CSR berbasis ekonomi sirkular dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sekaligus mendukung keberlanjutan finansial perusahaan.
4. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Regulasi dan Insentif: Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau subsidi untuk inovasi berbasis keberlanjutan yang mendukung pencapaian Proper Gold Award. Hal ini mendorong PT INALUM untuk terus berinovasi tanpa membebani anggaran operasional secara signifikan.
Penguatan Infrastruktur: Pemerintah juga dapat membantu membangun infrastruktur pendukung seperti pusat inovasi atau fasilitas daur ulang untuk mempercepat implementasi model Hepta Helix di sektor industri.
5. Pendanaan Proyek Inovatif
Lembaga Keuangan: Model Hepta Helix melibatkan lembaga keuangan untuk menyediakan pendanaan bagi proyek-proyek inovatif seperti pengembangan energi terbarukan atau teknologi hemat energi. Skema pembiayaan hijau dapat dimanfaatkan untuk mendukung investasi jangka panjang yang berkelanjutan.

BACA JUGA :  Pilpres 2024 Antara Memilih "Jokowi" dan Jokowi lagi

Analisis Kelayakan Finansial: Evaluasi proyek melalui indikator keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Break Even Point (BEP) memastikan bahwa investasi dalam inovasi memberikan keuntungan finansial yang signifikan.
6. Meningkatkan Reputasi Perusahaan
Media sebagai Promotor: Media memainkan peran penting dalam mempublikasikan inisiatif keberlanjutan PT INALUM, seperti pengelolaan limbah berbasis zero waste atau pencapaian Proper Gold Award. Hal ini meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan masyarakat luas.
Kepercayaan Investor: Transparansi dalam laporan keberlanjutan yang mencerminkan komitmen terhadap SDGs meningkatkan kepercayaan investor terhadap tata kelola perusahaan.

Penutup

Kesimpulan

Penerapan Model Hepta Helix di PT INALUM berhasil menciptakan ekosistem inovasi yang mendukung pengelolaan limbah BFD menjadi produk bernilai tambah seperti briket hibrida dan kokas sintetis.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tetapi juga berkontribusi pada pencapaian SDG’s melalui Ekonomi Sirkular dan Zero Waste.

Kolaborasi antara tujuh stakeholder dalam model Hepta Helix memberikan manfaat besar bagi PT INALUM dalam hal inovasi teknologi, efisiensi operasional, pengurangan risiko bisnis, peningkatan reputasi, serta keberlanjutan jangka panjang.
Dengan memanfaatkan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, PT INALUM dapat meningkatkan kinerja keuangannya secara signifikan sambil tetap mendukung agenda keberlanjutan global.

Artikel ini menunjukkan bagaimana integrasi model Hepta Helix dengan teknologi modern dapat menciptakan solusi inovatif yang berkontribusi pada keberlanjutan bisnis sekaligus mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Penerapan model Hepta Helix memungkinkan PT INALUM untuk mengintegrasikan inovasi teknologi, efisiensi operasional, dan keberlanjutan dalam strategi keuangannya. Dengan melibatkan tujuh pemangku kepentingan utama, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan limbah, mendiversifikasi produk aluminium, serta meningkatkan pendapatan melalui prinsip ekonomi sirkular dan zero waste. Strategi ini tidak hanya memperkuat kinerja keuangan tetapi juga mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

Rekomendasi

1. Memperluas kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan.
2. Mengintegrasikan Teknologi Industry 4.0 dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi
energi.
3. Meningkatkan edukasi masyarakat terkait manfaat Model Hepta Helix, Ekonomi Sirkular, Zero
Waste, SDG’s & Proper Gold Award.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.