Oleh : David Halomoan Sihombing (Mahasiswa Poltekkes Palangka Raya Program Studi D3)
Dayak News – Kabut asap adalah fenomena pencemaran udara yang terjadi akibat campuran udara dengan partikel debu, asap, dan gas yang berasal dari pembakaran organik maupun non organik. Kabut asap dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebakaran hutan dan lahan, asap kendaraan bermotor, gunung meletus, dan lainnya.
Kabut asap dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan, seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, penurunan kualitas udara, efek rumah kaca, dan kerusakan ekosistem.
Dampak Kabut Asap Kabut asap dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama bagi sistem pernapasan. Beberapa dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh kabut asap adalah:
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu peradangan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Gejala ISPA antara lain batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan sesak napas.
Asma, yaitu penyakit kronis yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan pada saluran napas. Gejala asma antara lain sesak napas, batuk, mengi, dan dada terasa berat. Kabut asap dapat memicu serangan asma karena mengandung partikel halus yang dapat merangsang saluran napas.
Bronkitis, yaitu peradangan pada bronkus, yaitu cabang saluran napas yang menghubungkan trakea dengan paru-paru. Gejala bronkitis antara lain batuk berdahak, demam, sesak napas, dan nyeri dada. Kabut asap dapat menyebabkan bronkitis karena mengandung zat kimia yang dapat merusak selaput lendir bronkus.
Kanker paru-paru, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali pada jaringan paru-paru. Gejala kanker paru-paru antara lain batuk berdarah, penurunan berat badan, sesak napas, nyeri dada, dan suara serak. Kabut asap dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru karena mengandung karsinogen, yaitu zat yang dapat merusak DNA sel dan menyebabkan mutasi.
Selain dampak pada sistem pernapasan, kabut asap juga dapat berdampak pada sistem lain, seperti:
Sistem mata, yaitu organ yang berfungsi untuk melihat. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi mata, seperti mata merah, gatal, pedih, dan berair. Kabut asap juga dapat menurunkan penglihatan, terutama pada orang yang memiliki gangguan mata, seperti miopia, hipermetropia, atau astigmatisme.
Sistem kulit, yaitu lapisan luar tubuh yang berfungsi untuk melindungi organ dalam. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi kulit, seperti kemerahan, gatal, kering, dan alergi. Kabut asap juga dapat menurunkan kekebalan kulit, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
Sistem kardiovaskular, yaitu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Kabut asap dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskular, seperti hipertensi, aritmia, stroke, dan serangan jantung. Kabut asap dapat mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah, karena mengandung partikel halus yang dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan mengganggu fungsi jantung.
Mencegah Dan Mengatasi Kabut Asap
Untuk mencegah dan mengatasi kabut asap, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:
Mengurangi aktivitas pembakaran lahan dan hutan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pembakaran lahan dan hutan dapat digantikan dengan metode lain yang lebih ramah lingkungan, seperti pengolahan tanah, penanaman pohon, dan pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. Menghindari aktivitas yang dapat memperburuk dampak kabut asap, seperti merokok, menghirup asap rokok, atau menggunakan obat-obatan terlarang. Aktivitas tersebut dapat menambah beban pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, serta menurunkan imunitas tubuh.
Menggunakan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik, hibrida, atau bertenaga gas. Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil dapat menghasilkan emisi gas buang yang berkontribusi terhadap kabut asap. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap kendaraan bermotor yang tidak memenuhi standar emisi.
Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan hutan dan lahan, serta memicu kebakaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan, mitigasi, dan adaptasi terhadap bencana alam.
Melakukan upaya pemadaman dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan secara cepat dan efektif. Apabila terjadi kebakaran, perlu dilakukan koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk melakukan pemadaman dan penanggulangan. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan penindakan terhadap pelaku kebakaran, baik individu maupun korporasi.
Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker, kacamata, dan pakaian tertutup, saat beraktivitas di luar ruangan yang terpapar kabut asap. Kabut asap dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti ISPA, asma, bronkitis, dan kanker paru- paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan perlindungan diri dan peningkatan imunitas
tubuh.
Menjaga kesehatan tubuh, seperti minum air putih yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup. Kesehatan tubuh dapat meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh kabut asap.
Mengunjungi dokter atau fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala atau keluhan yang berhubungan dengan kabut asap, seperti batuk, sesak napas, demam, atau nyeri dada. Dokter atau fasilitas kesehatan dapat memberikan diagnosis, pengobatan, dan pencegahan yang sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu. (*)