Oleh: Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA
Membahas Hal yang Sering Terabaikan
Berbicara tentang kehidupan intim seringkali dianggap tabu, namun kebutuhan akan keintiman adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Mengabaikan hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah baik dalam kesehatan fisik maupun emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan membahas tentang pentingnya kehidupan intim yang sehat dan bahagia.
Frekuensi dan Keintiman: Usia Muda hingga Dewasa
Pada usia 18-29 tahun, di mana individu seringkali berada di fase awal hubungan, kehidupan intim yang ideal adalah sekitar 112 kali dalam setahun, atau 2-3 kali seminggu. Dalam fase ini, energi dan gairah berada di puncaknya, memungkinkan pasangan untuk menjalin hubungan yang lebih sering. Namun, lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik, keintiman yang sering ini juga membantu memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan komunikasi.
Memasuki usia 30-39 tahun, intensitas bercinta mungkin menurun menjadi 86 kali dalam setahun, atau 1-2 kali seminggu. Perubahan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kesibukan kerja dan tanggung jawab lainnya. Meski frekuensinya berkurang, kualitas hubungan intim di usia ini bisa lebih mendalam, karena pasangan lebih mengenal satu sama lain dan memiliki tingkat kedewasaan emosional yang lebih tinggi.
Pada usia 40-49 tahun, jumlah idealnya adalah 69 kali setahun, atau sekitar sekali seminggu. Di usia ini, banyak pasangan yang mulai menghadapi perubahan fisik dan kesehatan, namun penting untuk mempertahankan keintiman fisik. Aktivitas ini bisa menjadi bentuk eksplorasi baru, menemukan cara-cara untuk tetap saling terhubung meski di tengah perubahan yang terjadi.
Usia 50-60 tahun tidak seharusnya menjadi penghalang untuk bercinta. Dengan lebih banyak waktu luang, dianjurkan untuk bercinta sebanyak 69 kali dalam setahun. Hubungan intim pada usia ini dapat membantu menjaga kesehatan jantung, mengurangi stres, dan mempertahankan keintiman emosional yang sangat penting untuk kebahagiaan jangka panjang.
Bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun, bercinta setidaknya sekali seminggu, atau 52 kali setahun, tetap disarankan. Meskipun usia lanjut, keintiman tetap membawa banyak manfaat kesehatan, termasuk memperbaiki kualitas tidur, meningkatkan mood, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Keintiman: Lebih dari Sekadar Aktivitas Fisik
Keintiman yang ideal bukan hanya soal angka, tetapi tentang makna di baliknya. Menurut teori kebutuhan manusia dari Abraham Maslow, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan. Hubungan intim adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan ini, membawa rasa kedekatan dan saling menghargai yang memperkuat ikatan emosional antara pasangan.
Dari sudut pandang psikologi positif, bercinta juga berkontribusi pada kesejahteraan subjektif atau subjective well-being. Seligman (2011) dalam teorinya tentang kebahagiaan menyebutkan bahwa hubungan interpersonal yang positif adalah salah satu pilar utama kebahagiaan. Dalam hal ini, hubungan intim yang memuaskan dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kepuasan hidup.
Penelitian dari Brody dan Costa (2009) menunjukkan bahwa frekuensi hubungan intim yang lebih tinggi berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih panjang. Aktivitas seksual yang teratur dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi gejala depresi serta kecemasan. Selain itu, orgasme memicu pelepasan hormon oksitosin dan endorfin yang dikenal sebagai “hormon kebahagiaan”, yang dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan perasaan kesejahteraan.
Keintiman sebagai Bentuk Meditasi dan Koneksi Spiritual
Lebih dalam dari sekadar manfaat fisik dan emosional, hubungan intim juga bisa menjadi bentuk meditasi dan koneksi spiritual. Dalam ajaran Tantra, seks dianggap sebagai cara untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan menyatu dengan alam semesta. Pengalaman seksual yang mendalam dan penuh kesadaran dapat membawa seseorang ke keadaan meditasi, di mana batas antara diri dan pasangan memudar, menciptakan perasaan kebersamaan dan keterhubungan yang mendalam.
Pengalaman ini bisa dilihat sebagai perjalanan spiritual di mana dua jiwa menyatu dalam keintiman yang suci. Sebagaimana diungkapkan oleh Osho, “Ketika cinta dan meditasi bertemu, mereka menciptakan keintiman, dan dari keintiman lahir kebahagiaan sejati.” Seks yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan cinta dapat menjadi sarana untuk mencapai pencerahan, di mana kita bisa merasakan kehadiran yang utuh dan menyeluruh dalam momen tersebut.
Membangun Keintiman yang Sehat
Keintiman yang sehat bukan hanya tentang kepuasan fisik, tetapi juga tentang kepercayaan, kerentanan, dan keterbukaan antara pasangan. Menurut teori kelekatan dari John Bowlby, keintiman seksual dapat memperkuat ikatan emosional dan menciptakan perasaan aman dalam hubungan. Keintiman yang mendalam memungkinkan pasangan untuk saling memahami, mendukung, dan menghargai satu sama lain, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hubungan secara keseluruhan.
Dalam konteks hubungan jangka panjang, keintiman seksual juga memainkan peran penting dalam menjaga api cinta tetap menyala. Pasangan yang tetap aktif secara seksual cenderung memiliki hubungan yang lebih bahagia dan harmonis. Hal ini karena seks bukan hanya tentang aktivitas fisik, tetapi juga tentang komunikasi non-verbal yang mengungkapkan cinta, keinginan, dan komitmen kepada pasangan.
Seksualitas dan Kepuasan Hidup
Keintiman yang berkualitas juga berkaitan erat dengan kepuasan hidup secara keseluruhan. Ketika pasangan memiliki hubungan seksual yang memuaskan, mereka cenderung lebih bahagia dan puas dengan hidup mereka. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian yang menunjukkan bahwa kehidupan seks yang sehat dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan emosional.
Penelitian yang dilakukan oleh David Buss menunjukkan bahwa kepuasan dalam hubungan seksual berhubungan langsung dengan kepuasan dalam hubungan secara keseluruhan. Pasangan yang merasa puas dengan kehidupan seksual mereka cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan lebih tahan lama. Hal ini menekankan pentingnya menjaga kualitas dan frekuensi hubungan intim dalam kehidupan pasangan.
Seksualitas sebagai Seni dan Ilmu
Seksualitas bisa dilihat sebagai sebuah seni dan ilmu. Sebagai seni, seksualitas melibatkan kreativitas, keindahan, dan ekspresi diri. Sebagai ilmu, seksualitas melibatkan pemahaman tentang tubuh, hormon, dan respons fisiologis. Menggabungkan kedua pendekatan ini dapat membantu pasangan untuk menciptakan hubungan seksual yang memuaskan dan bermakna.
Dalam konteks seni, seksualitas melibatkan elemen-elemen seperti foreplay, komunikasi, dan eksplorasi. Foreplay, misalnya, bukan hanya tentang pemanasan fisik tetapi juga tentang membangun koneksi emosional. Komunikasi yang jujur dan terbuka tentang keinginan dan batasan masing-masing juga sangat penting untuk menciptakan pengalaman seksual yang memuaskan.
Dalam konteks ilmu, pemahaman tentang hormon dan respons fisiologis dapat membantu pasangan untuk mengenali dan merespons kebutuhan satu sama lain dengan lebih baik. Misalnya, pemahaman tentang siklus hormonal wanita dapat membantu pasangan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk bercinta.
Kesimpulan: Kehidupan Intim dalam Perspektif Holistik
Hubungan seksual yang ideal bukan hanya tentang berapa kali kita melakukannya dalam seminggu atau setahun, tetapi tentang bagaimana kita melakukannya dan makna yang kita temukan di dalamnya. Dari sudut pandang kesehatan, psikologi, dan spiritual, seks yang sehat dan memuaskan adalah kunci untuk kehidupan yang bahagia dan harmonis.
Dalam setiap fase kehidupan, penting untuk tetap terhubung dengan pasangan melalui keintiman fisik dan emosional. Melalui hubungan seksual yang penuh cinta dan kesadaran, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga membangun ikatan yang lebih kuat dan mendalam dengan pasangan kita. Dengan demikian, kehidupan seksual yang ideal menjadi bagian integral dari kebahagiaan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.
Akhir kata, mari kita ingat metafora indah dari Rumi, seorang filsuf dan penyair sufi, yang berkata, “Kehidupan adalah lautan yang luas, dan kita adalah perahu yang berlayar di atasnya. Keintiman adalah angin yang menggerakkan layar kita, membawa kita ke tujuan yang lebih tinggi, ke tempat di mana kita bisa menyatu dengan cinta dan kebahagiaan sejati.”
Referensi:
1. Brody, S., & Costa, R. M. (2009). Sexual satisfaction, relationship satisfaction, and health are associated with greater frequency of penile-vaginal intercourse. Archives of Sexual Behavior, 38(6), 926-931.
2. Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A visionary new understanding of happiness and well-being. Free Press.
3. Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396.
4. Buss, D. M. (1994). The Evolution of Desire: Strategies of Human Mating. Basic Books.