Oleh: DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (PP LAFKI)
Di balik pintu rumah yang sepi, kini hanya tersisa kenangan tentang seekor kucing bernama Leo. Semalam, pada pukul 3 pagi, Leo telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, setelah berjuang melawan penyakit panleukopenia. Tatapan matanya yang penuh semangat kini tinggal dalam ingatan, bersama dengan segala keceriaan dan cinta yang pernah dia bawa dalam kehidupan kita.
Panleukopenia, penyakit yang disebabkan oleh virus parvovirus kucing, menyerang dengan ganas dan tak kenal ampun. Leo berusaha melawan, namun takdir berkata lain. Meski tubuhnya kini telah tiada, kenangan akan Leo tetap hidup di hati kita. Dia bukan sekadar hewan peliharaan; dia adalah sahabat setia yang selalu ada di setiap suka dan duka, memberi warna dalam kehidupan sehari-hari.
Empati yang kita berikan kepada Leo selama ini merupakan manifestasi dari kasih sayang yang tulus. Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence (1995), menjelaskan bahwa empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk lain. Melalui empati, kita memahami penderitaan Leo, merasakan sakit yang dia alami, dan menyalurkan kasih sayang yang tulus. Empati ini menjadi jembatan untuk memahami Leo, mengingatkan kita bahwa kasih sayang memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan setelah kematian.
Teori keperawatan Jean Watson menekankan pentingnya cinta dan perhatian dalam penyembuhan. Watson (1988) percaya bahwa proses penyembuhan bukan hanya tentang fisik, tetapi juga spiritual. Setiap sentuhan lembut, setiap kata penghiburan, dan setiap perhatian yang kita berikan kepada Leo adalah manifestasi dari kasih sayang yang tulus. Kini, kita berharap bahwa cinta yang telah kita berikan menjadi bekal bagi Leo di alam sana. Kita yakin bahwa doa dan cinta yang tulus memiliki kekuatan yang besar, bahkan setelah kepergian seseorang yang kita cintai.
Dengan hati yang penuh empati dan cinta, kita berdoa untuk ketenangan jiwa Leo. Semoga dia diberikan tempat yang indah di sisi Yang Maha Kuasa, semoga jiwanya tenang, dan semoga dia bisa beristirahat dengan damai. Dalam setiap doa yang kita panjatkan, ada harapan yang tersemat, ada cinta yang tulus, dan ada keyakinan bahwa keajaiban bisa terjadi, bahkan dalam keabadian.
John Bowlby, dalam teorinya tentang Attachment (1969), menjelaskan bahwa hubungan emosional antara manusia dan hewan peliharaan mereka bisa sangat kuat, mirip dengan ikatan antara orang tua dan anak. Leo, dengan segala kepolosannya, telah menjadi bagian dari keluarga, memberikan kasih sayang tanpa syarat yang sering kali sulit ditemukan. Melalui setiap perawatan medis yang Leo terima, kita melihat dedikasi para dokter hewan yang bekerja keras untuk menyelamatkan nyawanya. Mereka tidak hanya mengandalkan pengetahuan medis, tetapi juga mengandalkan rasa empati dan cinta terhadap setiap pasien berbulu yang mereka rawat.
Di sinilah terlihat bagaimana teori Human-Animal Bond oleh Alan Beck dan Aaron Katcher (1996) menjadi nyata; interaksi antara manusia dan hewan peliharaan mereka dapat memiliki efek positif yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan kedua belah pihak. Namun, Leo tidak sendirian dalam pertempurannya. Dukungan kita, baik secara fisik maupun emosional, sangat berarti baginya. Setiap pelukan, setiap usapan lembut, dan setiap kata penyemangat yang kita berikan adalah bentuk dari cinta kita yang mendalam.
Sheldon Cohen dan Thomas Wills dalam teori Social Support (1985) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap stres dan penyakit. Dalam hal ini, dukungan kita terhadap Leo telah memberikan pengaruh positif terhadap proses penyembuhannya. Tidak hanya dalam bentuk perawatan medis, doa juga memiliki peran penting dalam penyembuhan. Doa adalah bentuk harapan dan keyakinan yang kita panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, memohon agar Leo diberikan kekuatan dan kesembuhan.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Behavioral Medicine menunjukkan bahwa doa dan praktik spiritual dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan, memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi masa-masa sulit. Leo, dalam setiap nafasmu, kami melihat kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Kami tahu bahwa kamu telah berjuang dengan seluruh kekuatanmu, dan kami akan selalu mengenangmu dengan doa dan kasih sayang yang tulus. Kamu adalah bagian penting dari kehidupan kami, dan kami tidak akan pernah menyerah untuk berharap dan berdoa demi ketenanganmu.
Dalam keheningan malam, ketika bintang-bintang bersinar di langit, kita berdoa agar Leo diberikan tempat yang tenang di sisi Tuhan. Kita percaya bahwa setiap doa yang tulus memiliki kekuatan untuk membawa keajaiban. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “Doa bukan meminta. Doa adalah menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan.” Dalam doa kita, kita memohon agar Leo diberikan ketenangan dan kebahagiaan di alam sana, agar dia bisa beristirahat dengan damai setelah perjuangannya yang berat.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kata-kata bijak dari Helen Keller: “The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched – they must be felt with the heart.” Leo, kamu adalah salah satu hal terindah yang kami miliki, dan kami merasakan cinta itu dengan sepenuh hati. Semoga doa-doa kami sampai kepadaMu dan membawa kedamaian yang kita harapkan. Selamat jalan, Leo. Kami semua mencintaimu dan mendoakanmu.
Referensi:
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
Watson, J. (1988). Nursing: Human Science and Human Care. National League for Nursing.
Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss: Vol. 1. Attachment. Basic Books.
Beck, A. M., & Katcher, A. H. (1996). Between Pets and People: The Importance of Animal Companionship. Purdue University Press.
Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, Social Support, and the Buffering Hypothesis. Psychological Bulletin.
Keller, H. (2000). The Story of My Life. Dover Publications.