Oleh : Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., FISQua, FRSPH, FIHFAA
Dayak News – Posyandu, sebagai salah satu institusi kesehatan yang telah lama diakui dalam sistem kesehatan Indonesia, terus menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Namun, apakah efektivitasnya benar-benar sebanding dengan peran dan tujuannya yang besar? Laporan Analisis Metodologi PDSA atas Kegiatan Posyandu di Kota Banjarbaru, Triwulan I Tahun 2024, menawarkan kesempatan untuk menilik lebih dalam tentang bagaimana posyandu bekerja, apa yang telah dicapai, dan di mana kita bisa bergerak maju.
Pendahuluan: Idealisme vs. Realitas
Posyandu telah lama menjadi kiblat dalam sistem kesehatan Indonesia. Namun, apakah posyandu benar-benar mencapai tujuan-tujuannya dengan baik? Studi oleh Jones et al. (2019) menunjukkan bahwa posyandu memiliki peran yang signifikan dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak di negara berkembang. Namun, penting untuk menafsirkan temuan ini dengan hati-hati, terutama ketika kita mencermati laporan-laporan triwulan seperti yang dibahas dalam laporan ini.
Plan: Rencana yang Berapi-api, Tetapi…
Pada tahap perencanaan, Posyandu di Kota Banjarbaru menetapkan tujuan ambisius untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Namun, bagaimana rencana ini terealisasi dalam praktiknya? Apakah strategi yang ditetapkan memang efektif, ataukah hanya angan-angan yang tidak tercapai? Mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs), Posyandu telah menetapkan tujuan yang mulia. Namun, kesenjangan antara rencana dan realitas mungkin masih ada.
Do: Apakah Eksekusi Mencerminkan Perencanaan yang Matang?
Pelaksanaan kegiatan di Posyandu tampaknya menunjukkan tingkat keseriusan yang tinggi dalam menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Keterlibatan kader kesehatan yang terlatih secara aktif dalam kegiatan bulanan adalah langkah yang tepat. Namun, penting untuk bertanya, apakah kualitas layanan yang disediakan sesuai dengan standar yang diharapkan? Apakah kegiatan rutin seperti screening kesehatan, pendidikan nutrisi, dan imunisasi dilakukan dengan cermat dan efektif?
Study: Evaluasi yang Tidak Boleh Dipandang Sebelah Mata
Fase pengamatan dalam siklus PDSA adalah saat yang kritikal untuk menilai efektivitas dari apa yang telah dilaksanakan. Namun, penting untuk bertanya, apakah kriteria keberhasilan yang ditetapkan memang mencerminkan kualitas layanan yang sesungguhnya? Adakah aspek-aspek yang terlewatkan dalam evaluasi tersebut? Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa kriteria operasional yang jelas dan terukur adalah kunci dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan preventif. Apakah hal ini tercermin dalam evaluasi yang dilakukan?
Act: Tindak Lanjut atau Lip Service?
Tahap terakhir dari siklus PDSA adalah tindak lanjut. Namun, apakah hasil evaluasi yang diperoleh benar-benar digunakan untuk melakukan perbaikan yang nyata? Rekomendasi yang diajukan, seperti peningkatan pelatihan kader untuk meliputi aspek-aspek kesehatan mental dan dukungan psikososial, tampaknya cerdas dan relevan. Namun, apakah ada kepastian bahwa rekomendasi ini akan diimplementasikan dengan serius? Ataukah mereka hanya akan menjadi lip service belaka?
Kesimpulan: Refleksi dan Harapan
Analisis PDSA kegiatan Posyandu di Kota Banjarbaru untuk triwulan pertama tahun 2024 memberikan kesempatan untuk introspeksi yang mendalam tentang kualitas layanan kesehatan masyarakat. Namun, sementara kita merenungkan capaian dan kekurangan, kita juga harus tetap berharap. Harapan bahwa rekomendasi yang diajukan akan diambil serius dan diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Harapan bahwa posyandu tidak hanya akan menjadi simbol idealisme, tetapi juga akan menjadi agen perubahan yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilayaninya. (*)