Oleh : Naswa Ayu Andhita (Mahasiswi Universitas Palangka Fakultas MIPA Prodi Kimia)
Dayak News – Menurut situs medis Health Line, 60% orang dewasa mengalami masalah asam lambung. Asam lambung merupakan suatu hal yang tidak bisa dianggap normal karena asam lambung dapat menyebabkan penyakit lambung lainnya. Misalnya: GERD. Menurut Yayasan Gastroenterologi, angka kejadian GERD di Indonesia sebesar 27,4% pada tahun 2018.
Lambung merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap infeksi atau kerusakan bakteri.Penyakit lambung ada berbagai macam jenis, seperti maag, gerd, dan tukak lambung.Namun, asidosis lambung disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan atau esofagus.Kondisi ini terjadi pada saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung, yang dapat teriritasi karena asam lambung yang meningkat. Keasaman yang berlebihan merupakan kondisi umum namun dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut atau nyeri ulu hati di bawah dada. Saat menelan makanan atau minuman, terdapat otot melingkar di bagian bawah kerongkongan yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Fungsi sfingter ini adalah untuk berelaksasi ketika makanan dan cairan masuk ke lambung lalu menutup. Ketika saluran ini melebar karena penyumbatan atau kelemahan, asam lambung dapat mengalir kembali ke kerongkongan sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan.
Salah satu penyebab gangguan kesehatan lambung adalah meningkatnya keasaman pada lambung. Peningkatan asam lambung bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah rutin mengonsumsi makanan berlemak dan buah-buahan asam dapat meningkatkan asam lambung sehingga membuat lambung tidak berfungsi maksimal.Namun,Penyebab utama penyakit lambung adalah kebiasaan makan yang tidak menentu dan ketidakmampuan menangani stres.Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding lambung menjadi lebih kuat. Hal ini dapat menyebabkan penyakit maag. Stres menyebabkan penurunan semua kinerja organ tubuh yang di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, ketika reseptor otak mengalami kondisi stres akan menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi dalam tubuh sehingga berdampak terhadap perubahan pola makan yang menyebabkan gasitris.
Perubahan kebiasaan makan yang tidak teratur, penggunaan obat yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin, alkohol serta tekanan mental, berkurangnya konsumsi makanan dan perut menjadi kosong dapat menyebabkan erosi lambung akibat gesekan antar dinding lambung. . Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang keasaman lambung yang selanjutnya merangsang medula oblongata sehingga menyebabkan serangan muntah sehingga asupan makanan dan cairan tidak mencukupi.(*)