Polusi Udara Menjadi Faktor Pemicu Meningkatnya Penyakit Kanker Paru-Paru

oleh -
oleh
Polusi Udara Menjadi Faktor Pemicu Meningkatnya Penyakit Kanker Paru-Paru 1
Lidya Tesalonika

Oleh : Lidya Tesalonika (Mahasiswi Universitas Palangka Raya program studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam).

Dayak News – Polusi udara merupakan masalah lingkungan yang memiliki dampak besar pada kesehatan manusia. Akhir-akhir ini, terjadi peningkatan polusi udara yang disebabkan oleh periode kemarau. 

“Selama musim kemarau, peningkatan polusi udara dapat terjadi karena curah hujan yang minim, sehingga polutan tetap tersebar di udara.” ungkap Dodo Gunawan, Plt. Deputi Bidang Klimatologi.

BMKG memprediksikan musim kemarau akan dimulai dari akhir bulan Mei hingga akhir bulan September. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan karena saat ini Indonesia sedang mengalami peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, ungkap Ardhasena Sopaheluwakan, Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, dalam acara Profit di CNBC Indonesia pada tanggal 7 Juli 2023.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Nafas Indonesia, dilaporkan bahwa antara bulan Mei hingga Agustus 2023, terjadi peningkatan tingkat polusi udara di beberapa kota di Indonesia, mencapai tingkat pencemaran udara yang sangat tinggi, dengan angka hampir 12 kali lipat lebih tinggi dari standar pedoman WHO.

Polusi Udara Menjadi Faktor Pemicu Meningkatnya Penyakit Kanker Paru-Paru 2

Faktor Penyebab Polusi Udara

Polusi udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penurunan kemampuan hutan untuk menyerap polutan. Hutan berperan sebagai penyaring alami bagi atmosfer, menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Ketika deforestasi terjadi, fungsi kerja hutan terganggu sehingga mengakibatkan peningkatan kadar polutan di udara. Selain deforestasi, kebakaran hutan juga mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap polusi udara karena mengurangi jumlah tumbuhan di hutan serta melepaskan emisi gas buang dan partikulat berbahaya yang memperburuk kualitas udara setempat. Berapa wilayah di Indonesia menghadapi insiden kebakaran hutan, tercatat terdapat 34 titik kebakaran hutan di Indonesia. Menurut data dari Sipongi KLHK, dari bulan Januari hingga Juli 2023, tercatat bahwa kebakaran hutan telah merambah luas mencapai 90.405 hektar. Kebakaran hutan terbesar tercatat terjadi di Nusa Tenggara Timur (sekitar 28.718 hektar), diikuti oleh Kalbar (sekitar 12.537 hektar), Nusa Tenggara Barat (sekitar 9.662 hektar), Kalimantan Selatan (sekitar 7.483 hektar), Jatim (sekitar 7.076 hektar), Lampung (sekitar 2.992 hektar), dan Kalimantan Tengah (sekitar 2.948 hektar). Faktor lain penyebab polusi udara dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk emisi industri, gas buang kendaraan, dan pembakaran bahan bakar fosil.

BACA JUGA :  Dampak Air Tanah Yang Tercemar Logam Merkuri (-Hg) di Kabupaten Gunung Mas

Berdasarkan laporan  dari The University of Chicago dalam Air Quality Life Index (AQLI) pada tanggal 29 Agustus 2023, pengurangan angka harapan hidup akibat polusi udara di indonesia mencapai 1,4 tahun yang rata-rata cemaran mencapai 18,8 µg/m³ pada 2021 dan akan terus meningkat seiring tingginya tingkat pencemaran polusi udara. 

“Tiga perempat dampak polusi udara pada harapan hidup secara global terkonsentrasi di enam negara, yaitu Bangladesh, India, Pakistan, Tiongkok, Nigeria, dan Indonesia.  Orang-orang di negara ini kehilangan satu hingga lebih dari enam tahun hidup mereka karena udara yang mereka hirup,” kata Michael Greenstone dari Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC).

Zat Berbahaya Dalam Polusi Udara

Menurut World Health Organization (WHO), polusi udara dapat mengandung sejumlah zat berbahaya seperti Sulfur Oksida (SOx) Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Volatile Organic Compounds (VOCs), serta Black Carbon (BC). Partikulat dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni PM2.5 (partikulat halus) dan PM10 (partikulat kasar). WHO menetapkan batas PM2.5 di 5 µg/m³ per tahun atau 15 µg/m³ per 24 jam, sedangkan PM10 adalah 15 µg/m³ per tahun atau 45 µg/m³ per 24 jam. Partikel-partikel dalam polusi udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 µg/m3 berperan besar dalam meningkatkan risiko kanker paru-paru karena mengandung senyawa karsinogenik dan dapat merusak DNA dalam sel-sel paru-paru serta merangsang pertumbuhan abnormal sel-sel kanker.

Risiko Terkena Kanker Paru Paru Akibat Polusi Udara

Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard T.H. Chan School of Public Health  dengan menganalisis data dari lebih dari 200.000 peserta di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa tingkat paparan jangka panjang terhadap partikulat PM2.5 meningkatkan risiko kanker paru-paru sebesar 8% sampai 12% setiap kenaikan 10 µg/m3 dalam konsentrasi PM2.5 dan 10 ppb dalam konsentrasi NO2. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal The Lancet juga membuktikan bahwa polusi udara memiliki potensi untuk meningkatkan risiko terjadinya kanker paru-paru dan menyimpulkan bahwa tingkat tinggi polusi udara bekontribusi dalam lebih dari 20% kasus kanker paru-paru di dunia. Lebih lanjut, perlu dicatat bahwa selain faktor genetik turut berperan dalam meningkatkan risiko kanker paru-paru akibat paparan polutan udara. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Air Pollution, Genetic Factors, and the Risk of Lung Cancer: A Prospective Study in the UK Biobank disebutkan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama pada individu yang memiliki faktor risiko genetik yang tinggi.

BACA JUGA :  PERANG YANG SULIT UNTUK RUSIA

Cara Menjaga Kesehatan Tubuh di Tengah Kualitas Udara Yang Buruk

Ditengah meningkatnya permasalahan polusi udara, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan tubuh, antara lain mengurangi aktivitas di luar ruangan saat kualitas udara menjadi buruk serta menggunakan masker yang dapat membantu melindungi saluran pernapasan. Selain itu, penting untuk tidak merokok atau menghindari asap rokok dan lingkungan beracun lainnya. Selanjutnya, menjaga pola dengan mengonsumsi makan yang kaya akan antioksidan seperti buah dan sayuran dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh. Terakhir, rutin berolahraga merupakan cara efektif untuk meningkatkan kebugaran tubuh dan kemampuan sistem imun dalam melawan patogen cemaran udara. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.