Prabowo Harus Bertanya pada Senior Luhut Panjaitan

oleh -
oleh
Prabowo Harus Bertanya pada Senior Luhut Panjaitan 1
foto ilustrasi untuk artikel (ist)

Oleh : Christian Sidenden

Dayak News – Dua capres dan cawapres sudah resmi mendaftar ke KPU RI pada Kamis semalam. Itu artinya sudah tertutup peluang kelompok abu-abu untuk masuk ke pusaran pasangan-pasangan Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud. Sekaligus juga ini semakin memperkecil peluang capres dari koalisi Indonesia Maju, Prabowo untuk memilih cawapresnya.

Kontestasi politik kepemimpinan nasional memang terlalu homogen untuk bisa diikuti empat pasang calon. Sedangkan untuk tiga pasang calon saja sudah sangat sulit dan rumit.

Otomatis stok cawapres untuk Prabowo hanya tersisa pada tiga nama yang masih laik jual. Entah itu Ridwan Kamil, Erick Thohir, atau tetap ngotot membawa Gibranrakabuming yang sudah diberikan pintu masuk oleh putusan Mahkamah Konstitusi untuk bisa running on ke pilpres 2024.

Tidak ada lagi nama lain selain ketiga nama itu yang tersedia untuk Prabowo. Pada saat seperti ini Prabowo sangat memerlukan pertimbangan dari seseorang yang paling dihormati dan diseganinya. Nama orang itu tiada lain adalah Luhut Binsar Panjaitan. Sayangnya saat ini pak Luhut sedang terbaring sakit dan dalam perawatan intensif di Singapura.

Secara militer memang Prabowo adalah bekas anak buah dari Luhut sejak mereka aktif dalam operasi militer di Timor Timur (Timor Leste sekarang). Dengan begitu Prabowo kesulitan memutuskan tanpa pertimbangan sang senior dan panutannya.

Dari ketiga nama itu siapa kira-kira yang akan diberikan skoring pak Luhut untuk dipilih Prabowo?

Sepertinya, saya menduga bukan Gibranrakabuming Raka. Sebab dari polemik di sidang MK Minggu lalu, nama itu dengan sendirinya tertutup untuk dipilih Prabowo. Bagaimanapun pak Luhut pasti akan membela nama baik dari Presiden Jokowi untuk dicerca oleh masyarakat karena keukeuh mendorong anaknya untuk ikut kontestasi pilpres. Otomatis hanya tersedia Ridwan Kamil dan Erick Thohir saja.

Ridwan Kamil sangat diperlukan ikut, karena suara pemilih di Jawa Barat, provinsi yang paling subur jumlah penduduknya se Indonesia.

Sementara Erick Thohir, suka tak suka tidak memiliki basis lumbung suara, karena dia hanya seorang asalnya bisnisman atau pebisnis.

Tidak mudah untuk memilih saat pilihan sudah sangat terbatas seperti sekarang. Itulah kondisi yang dihadapi Prabowo dan koalisi Indonesia Maju yang ditariknya. Sementara waktu untuk deklarasi dan pendaftaran ke KPU RI semakin sempit. Dalam kesempitan seperti itu, pilihan yang kurang tepat sangat mungkin terjadi. (Christian Sidenden, redaktur senior Dayak News)

 

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.