Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News).
Kedatangan Presiden RI Prabowo Subianto dan rombongannya, ke Lima, ibukota Peru, Kamis (14/10) waktu Indonesia, menarik diulas.
Kedatangan Prabowo dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Kerjasama Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik atau APEC.
Presiden Prabowo disambut dengan upacara kenegaraan, oleh Presiden Peru, Madam Dina Ercilia Boluarte Zegarra, di Istana de Gobierno.
Setelah itu kedua kepala negara melakukan rapat kerja G2G. Menarik sekali, ternyata dalam sambutannya, Presiden Dina Boluarte menganggap proyek strategis nasional Pemindahan Ibukota Negara (IKN) Nusantara sebagai sangat tepat bagi Indonesia.
Mungkin ungkapan itu terasa mengejutkan karena dinyatakan oleh seorang kepala negara, yang sangat jauh letaknya dari Indonesia. Negara itu di Amerika Latin. Peru berpenduduk 34,5 juta jiwa (2023). Negeri ini merdeka dari penjajah Spanyol sejak tahun 1811 oleh Perjuangan Pembebasan dipimpin tokoh Simon Bolivar, yang menjadi presiden ke-6 dari negeri itu (1824-1827).
Satu hal lagi, Peru menganugerahi Presiden Simon Bolivar dengan Bintang Grand Cross of the Order of the Sun of Peru. Bintang tertinggi penghormatan ini pula yang diberikan oleh negara Peru pada Presiden Prabowo dua hari lalu itu.
Presiden Dina dalam sambutannya di rapat kerja dalam bahasa Spanyol, mendoakan kesuksesan pemindahan ibukota dari Jakarta ke IKN Nusantara.
Presiden Prabowo menyatakan terimakasihnya atas penganugerahan Bintang Penghargaan dari negara Peru itu, seraya mengundang Presiden Dina untuk hadir sebagai tamu negara tahun 2025. Tahun depan merupakan ulang tahun ke-50 pembukaan hubungan diplomatik antara RI dan Peru.
Apa maknanya dari situ? Sementara di negeri ini tidak sedikit orang yang mencibir proyek IKN Nusantara itu. Bahkan setelah Presiden Jokowi lengser, diharapkan tidak dilanjutkan lagi. Tetapi, dari ujung sana, dari Peru, malah didoakan sukses oleh Presiden Peru. Tidakkah ini ironis. (*)