Putera Mulyono

oleh -
oleh
Putera Mulyono 1

Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News)

Seorang anak kecil balita selalu sakit-sakitan. Menurut nasihat ‘orang pinter’ disarankan mengubah nama anak itu. Dari Mulyono menjadi Joko Widodo.

Mulyono kemungkinan nama yang terlalu berat disandang atau diemban oleh anak kecil itu. Ternyata Joko Widodo memang lebih ‘ringan’ dan anteng membawa dia sukses dari tukang kayu hingga jadi pemimpin tertinggi Republik Indonesia (2014-2024).

Nama Mulyono yang sudah ‘mati’ itu kini populer lagi. Lewat aksi-aksi mencibir pada dugaan politik dinasti yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Para pencibir dan pencemooh itu begitu getol menyerang sang Presiden setelah Prabowo-Gibran terpilih menang Pilpres 2024.

Telah berkali-kali dikatakan oleh Jokowi bahwa ia tidak mendorong puteranya untuk maju Pilpres bersama Prabowo. Justru keinginannya adalah Ganjar berpasangan dengan Prabowo, entah siapa nomor 1 di antara mereka. Ini pengakuan jujur seorang presiden.

Justru dalam usahanya itu, tidak disambut baik oleh sang kandidat tumbang, Ganjar Pranowo, yang lebih memilih untuk mengikuti pencalonan dari sang Ketum PDI-P, Megawati. Maka ketika itulah Prabowo meminta putera ‘Mulyono’ sang Gibran Rakabuming Raka untuk mendampinginya. Jokowi tidak bersalah apa-apa, karena ia menyerahkan sepenuhnya rakyat yang akan memilih, 14 Februari 2024. Dan Joss… Rakyat lebih memilih Prabowo-Gibran, tembus 58 persen.

Mulyono berarti orang mulia. Sedangkan Joko Widodo berarti seorang lelaki yang diselamatkan. Ia selamat dari sakit-sakitan yang menderanya di masa kecil. Sedangkan ‘musuh-musuh’ politik yang kalah, ramai-ramai menjulukinya sebagai Mulyono kembali. Justru memuliakan Jokowi dengan sebutan itu.

Mulyono dan putera-puteranya ketiban kemuliaan dari sang bapak. Bapak mereka nyaris selama 10 tahun tidak pernah luput selalu dicibir dan dicemooh. Dianggap plonga-plongo, disebut muka ndeso, dan sederet ejekan yang tidak berperikemanusiaan. Tuhan dalam agama-agama mengajar, bahwa orang yang dihina akan Ia tinggikan. Dan itulah yang terjadi pada Mulyono. Semakin diejek, dicemooh dan dihina justru semakin mulia. Approval rating hingga Oktober 2024 belum turun dari 70 persen kepuasan publik.

BACA JUGA :  Amuntai: Jejak Romantisme di Tanah Borneo

Jadi, kita harus belajar banyak dari sini. Semakin membicarakan seseorang entah itu baik atau buruk, justru akan menjadikan orang itu semakin populer dan diingat terus. Para pembenci dan pencibir Jokowi tidak pernah menyadari kekeliruan mereka sendiri. Menuding dengan telunjuk sedangkan tiga jari menuduh diri mereka sendiri. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.