Saiful Mujani: Lawan dengan Pencerdasan Pemilih Muda

oleh -
oleh
Saiful Mujani: Lawan dengan Pencerdasan Pemilih Muda 1

Oleh : Christian Sidenden  (Redaktur Senior Dayak News)

Dayak News – Prof. Saiful Mujani yang merupakan surveyor dan konsultan politik dari SRMC, menyebut bahwa popularitas pasangan Capres-CawapresPrabowo Gibran tidak bisa dilawan dengan “black campaign” yaitu upaya memburukkannya di mata publik.

Sebaliknya ia mengusulkan perlawanan yang memang demokratis. Tunjukkan saja bagi para calon pemilih pemula yang lumayan besar itu dengan pendidikan politik penyadaran. Begini kata Prof. Saiful Mujani, “Bagi pemilih adalah bahwa kita tidak bisa menilai dari janji-janjinya saja terhadap calon itu. Belajarlah, apalagi sekarang kan akses terhadap informasi relatif jauh lebih baik dibanding 20-25 tahun yang lalu. Lihatlah track record-nya, kepantasan orang untuk menjadi pemimpin nasional. Bukan dari janjinya bahwa dia akan melakukan hal-hal yang baik ke depan. Itu penting, tapi yang lebih penting menurut saya adalah track record-nya. Apa yang sudah dia lakukan di masa yang lalu. Apakah ada hal yang positif, ada hal yang negatif, lalu dihitung-hitung. Orang yang paham politik Indonesia, mestinya cukup memberikan informasi yang memadai kepada para pemilih yang, mungkin, kurang cukup literate, kurang cukup mengerti tentang tokoh-tokoh yang menjadi calon pemimpin nasional kita.”

Jadi jauh lebih elegan untuk mencoba menang dengan cara mendidik seperti itu. Sebab jika menggembar-gemborkan politik hitam justru berpotensi untuk semakin mempopulerkan lawan. Lebih baik main elegan saja.

Menurut data, terdapat 56 persen calon pemilih muda yang baru akan memilih untuk pertama kalinya di Pemilu 2024 nanti. Artinya jika terdapat daftar pemilih tetap nasional sebanyak 205 juta jiwa maka suara pemilih muda adalah pada kisaran 115 juta jiwa.

BACA JUGA :  Home Visit Lansia: Mengurangi Kesepian Melalui Pendekatan Komunitas

Kita mungkin bertanya, apakah semua pemilih muda ini nantinya seragam favorit pada Capres-cawapres Prabowo Gibran? katakan saja setengah dari itu memang favorit, maka sekitar 57 juta suara sudah dikantongi Prabowo Gibran alias punya 28 persen calon pemilih favorit.

Lantas, dimana sekitar 23 persen calon pemilih lainnya bisa didapat oleh pasangan ini? Jika asumsi bisa menang satu putaran saja dapat 50 persen suara DPT alias 103 juta suara itu?

Tentu saja, tidak akan mungkin tim-tim pemenangan dari Capres-cawapres Ganjar Mahfud dan Anies Imin akan diam saja tidak bergerilya mencari pasokan suara bagi pemenangan mereka, minimal untuk lolos ke putaran berikut.

Nampaknya, pemilu presiden 2024 tidak akan bisa kelar satu putaran. Apalagi jika mesin-mesin politik partai politik tidak bekerja optimal. Sebab yang justru berjibaku untuk memperoleh capaian suara optimal itu adalah mesin-mesin partai politik itu.

Dalam hal kesiapan mesin partai, justru yang sudah terbukti bekerja selama ini, dengan kemenangan di dua pemilu terakhir adalah partai PDIP dan bahkan sudah mengantongi 19 persen suara sah nasional pada pemilu 2019 (juara 1). Sedangkan partai-partai lain, sejauh ini, belum teruji memang bekerja optimal.

Pertarungan tiga pasang calon di pemilu presiden 2024 ke depan jauh lebih menarik ketimbang pemilu-pemilu Calon-calon legislatif dan kepala daerah, harus diakui itu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.