Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News)
Harga eceran tertinggi dari tabung gas elpiji isi 3 Kg itu adalah Rp19 ribu. Tetapi kenapa dijual hingga Rp35 ribu per tabung?
Seorang pedagang warung, dekat rumah saya, yang juga menjual tabung isi 3 Kg itu, saat saya tanyai soal sering kosong, kenapa? Ia mengakui bahwa sering diborong oleh para pedagang kuliner.
Jawaban contoh, seperti ini sering diungkapkan oleh para pengecer. Karena memang mereka itu menjual barang ingin cepat laku. Tentu saja dibeli, borongan oleh para pedagang makanan itu. Biasanya hingga 6 sampai 10 tabung per pedagang makanan.
Sedangkan konsumen rumah tangga yang hanya beli paling banyak dua tabung, biasanya dipinggirkan. Kalau pun berusaha mencari, dapat sudah dengan harga Rp35 ribu per tabung. Masyarakat umum yang harusnya jadi sasaran penggunaan tabung elpiji 3 Kg ini, justru dirugikan.
Sikap penerimaan dan mau diperlakukan seperti ini, juga menjadi karakter sikap semena-mena dari penyalur gas elpiji itu, menjual di atas harga eceran tertinggi (HET). Karena tidak berani diributkan, makanya muncul sikap tidak senonoh seperti itu juga.
Sedangkan, saat saya tanyakan pada teman yang tinggal di Medan, di sana malah di warung-warung hanya dijual Rp20 ribu per tabung. Sebab di Medan, orangnya warganya itu kerap meributkan soal harga. Makanya di sana pengecer dan penyalur tidak berani macam-macam. Berani ribut.
Jadi ini masukan bagi pemerintah dan juga warga masyarakat. Jangan diam kalau warga masyarakat dirugikan. Kenaikan harga jauh di atas HET dan kelangkaan tabung gas ini, merampok uang rakyat. Menjadi penyebab inflasi yang tidak rasional. Uang orang itu dirampok secara tidak terasa tapi terpaksa. Ini bentuk kejahatan ekonomi. (*)