Oleh: Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si (Peneliti PUI Karbon & Kemenyan Universitas Sumatera Utara, Wartawan Dayak News)
Abstrak
Pengelolaan sampah yang efektif merupakan langkah krusial dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan pembangunan ekonomi yang inklusif. Artikel ini membahas penerapan konsep 7R (Reuse, Reduce, Recycle, Replant, Repair, Replace, Recovery) sebagai strategi utama dalam pengelolaan sampah menuju zero waste dan ekonomi sirkular. Fokus dari kajian ini adalah model bisnis pembelian sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, dalam kerangka Hepta Helix. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi bagian dari strategi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta proper ekonomi hijau, biru, dan gold award. Artikel ini juga mengeksplorasi potensi pengkarbonan, pengkalsiuman, eco-enzim, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, pengelolaan limbah maggot, serta pemanfaatan limbah biomassa seperti dedaunan, tempurung kelapa, dan ampas tebu dalam pemanfaatan limbah pesisir untuk meningkatkan kualitas produk makanan dan minuman.
Kata Kunci: pengelolaan sampah, 7R, DLH, Tebing Tinggi, zero waste, ekonomi sirkular, SDGs, Hepta Helix, karbonisasi, kalsiumisasi, maggot, eco-enzim, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, biomassa, food & beverage.
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah sampah dan limbah terus menjadi isu yang mendesak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, peningkatan volume sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, industri, dan sektor lainnya mengancam lingkungan serta kesehatan masyarakat. Pemda Tebing Tinggi melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berperan penting dalam menangani masalah ini melalui berbagai inisiatif pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan. Namun, masih diperlukan pendekatan yang lebih inovatif dan kolaboratif untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan melalui kerangka Hepta Helix.
Profil Sampah/Limbah di Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi, yang memiliki populasi sekitar 170.000 jiwa, menghasilkan jumlah sampah yang signifikan setiap harinya. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tebing Tinggi, volume sampah yang dihasilkan di kota ini rata-rata mencapai 150 ton per hari. Sampah tersebut terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
Sampah Organik: Sebagian besar sampah yang dihasilkan (sekitar 60%) adalah sampah organik, yang meliputi sisa makanan, dedaunan, dan limbah pertanian. Sampah organik ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi kompos, bioenergi, atau produk seperti eco-enzim dan asap uap cair .
Sampah Anorganik: Sekitar 30 % dari total sampah adalah sampah anorganik, yang terdiri dari plastik, logam, kaca, dan kertas. Jenis sampah ini memiliki nilai ekonomi tinggi jika didaur ulang menjadi produk baru seperti eco-brick, beton polimer, atau superkapasitor .
Limbah Biomassa: Limbah biomassa mencakup dedaunan pohon, tempurung kelapa, ampas tebu, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Biomassa ini dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif, karbon aktif, atau digunakan sebagai bahan dasar dalam produk seperti beton polimer dan kompos.
Sampah Berbahaya: Sekitar 10 % sampah yang dihasilkan di Tebing Tinggi termasuk dalam kategori sampah berbahaya, seperti limbah elektronik, baterai, dan limbah medis. Pengelolaan jenis sampah ini membutuhkan perhatian khusus untuk mencegah dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan .
Limbah Maggot: Limbah organik yang dapat diolah melalui budidaya maggot (larva lalat hitam) semakin menarik perhatian karena manfaatnya dalam mengolah sampah organik menjadi pakan ternak atau pupuk organik berkualitas tinggi. Maggot juga memiliki nilai ekonomi sebagai komponen dalam produksi pakan ternak yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tantangan Pengelolaan Sampah di Tebing Tinggi
Tingginya Volume Sampah: Volume sampah yang besar ini menimbulkan tantangan serius dalam hal pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) di Tebing Tinggi semakin terbatas, sehingga diperlukan solusi yang lebih efektif .
Pengelolaan yang Tidak Efisien: Pengelolaan sampah di Tebing Tinggi masih menghadapi kendala seperti kurangnya infrastruktur yang memadai, minimnya pemilahan sampah dari sumber, dan keterbatasan teknologi daur ulang .
Dampak Lingkungan: Sampah yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan masalah lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah, yang berdampak pada kesehatan masyarakat. TPA di Tebing Tinggi juga menghadapi risiko pencemaran lingkungan yang lebih besar jika volume sampah terus meningkat tanpa adanya solusi pengelolaan yang lebih baik .
Peluang Pengelolaan Sampah Melalui Inovasi
Meskipun terdapat tantangan, Kota Tebing Tinggi memiliki potensi besar untuk mengubah pendekatan pengelolaan sampah melalui penerapan konsep 7 R dan model bisnis pembelian sampah oleh DLH atau UPT Pembelian Sampah. Dengan inovasi ini, sampah dapat diubah menjadi sumber daya yang bernilai, mendukung ekonomi sirkular, dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan Kajian
Artikel ini bertujuan untuk:
Mengidentifikasi dan menganalisis potensi teknologi pengelolaan sampah dalam kerangka konsep 7R.
Mengembangkan model bisnis pembelian sampah oleh DLH Tebing Tinggi sebagai strategi untuk mendukung zero waste dan ekonomi sirkular.
Menerapkan model Hepta Helix untuk menciptakan sinergi antara pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, media, teknologi, dan lingkungan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Tebing Tinggi.
Mengeksplorasi aplikasi pengkarbonan, pengkalsiuman, eco-enzim, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, pengelolaan limbah maggot, serta limbah biomassa seperti dedaunan, tempurung kelapa, dan ampas tebu dalam produk makanan dan minuman untuk meningkatkan kualitas serta manfaat kesehatan.
Manfaat Kajian
Implementasi strategi yang diusulkan akan memberikan beberapa manfaat, antara lain:
Pengurangan Volume Sampah: Mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) .
Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah melalui insentif ekonomi .
Dukungan terhadap SDG’s: Mendukung pencapaian SDG’s, khususnya dalam hal konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, pengelolaan lingkungan, dan kesejahteraan sosial .
Peningkatan Kualitas Produk Makanan dan Minuman: Penggunaan kalsium dan karbon dari limbah pesisir serta pemanfaatan eco-enzim, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, limbah biomassa, dan maggot dapat meningkatkan kualitas, rasa, daya tahan, dan manfaat kesehatan dari produk makanan dan minuman .
Peningkatan Penghasilan Masyarakat: Model Bisnis Canvas (MBC) pembelian sampah oleh DLH memberikan nilai tambah kepada masyarakat melalui insentif ekonomi dan peluang penghasilan baru.
Batasan Kajian
Kajian ini terbatas pada analisis dan penerapan teknologi pengelolaan sampah dalam kerangka konsep 7R serta MBC pembelian sampah oleh DLH Tebing Tinggi, Sumatera Utara, serta aplikasinya pada produk makanan dan minuman (food & beverage).
Implikasi Kajian
Penerapan strategi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan sampah, mendukung ekonomi sirkular, meningkatkan kualitas produk makanan dan minuman, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup terlebih dalam membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka prevalensi stunting di Tebing Tinggi serta dapat direplikasikan juga di daerah lain secara nasional di seluruh Indonesia.
Kajian Sebelumnya & Literatur Review
Studi tentang Teknologi Pengelolaan Sampah
Berdasarkan kajian literatur, teknologi pengelolaan sampah seperti eco-brick, eco-enzim, beton polimer, superkapasitor, maggot, dan limbah biomassa telah menunjukkan potensi besar dalam mengurangi limbah dan mendukung ekonomi sirkular . Teknologi eco-brick, misalnya, dapat memanfaatkan limbah plastik yang sulit terurai menjadi bahan bangunan yang kuat dan tahan lama, sehingga mengurangi beban pada tempat pembuangan akhir (TPA) . Beton polimer, di sisi lain, dapat digunakan juga untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bangunan yang lebih ramah lingkungan, menggantikan beton konvensional yang berdampak besar pada emisi karbon .
Limbah biomassa seperti dedaunan pohon, tempurung kelapa, dan ampas tebu memiliki potensi besar untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah . Biomassa ini dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif, karbon aktif, atau digunakan sebagai bahan dasar dalam produk seperti beton polimer dan kompos .
Eco-enzim adalah inovasi lain yang menarik, karena mampu mengubah limbah organik menjadi cairan serbaguna yang dapat digunakan sebagai pupuk, pembersih alami, dan pengusir hama. Ini sangat relevan di kota-kota seperti Tebing Tinggi, di mana sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah organik .
Superkapasitor, yang dibuat dari limbah karbon, memiliki potensi untuk digunakan sebagai perangkat penyimpanan energi yang efisien dan berkelanjutan . Teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan pada baterai konvensional dan mendukung penggunaan energi terbarukan.
Asap uap cair, yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah organik, juga memiliki berbagai aplikasi, mulai dari pengawetan makanan hingga pengusir hama alami . Asap cair ini dapat menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan kimia sintetis .
Selain itu, teknologi pengolahan limbah maggot menjadi pakan ternak atau pupuk organik juga telah menarik perhatian sebagai solusi pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan. Maggot memiliki siklus hidup yang cepat dan efisiensi konversi pakan yang tinggi, menjadikannya solusi ideal untuk mengurangi limbah organik sambil menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi .
Penggunaan Karbonisasi, Kalsiumisasi, Maggot, dan Biomassa dalam Industri Pangan
Selain teknologi pengelolaan sampah, kajian juga menunjukkan bahwa karbonisasi dan kalsiumisasi dari limbah pesisir, seperti kerang-kerangan dan tulang-tulang hewan, serta pemanfaatan maggot dan biomassa dapat dimanfaatkan dalam produk makanan dan minuman. Pengkarbonan menghasilkan karbon aktif yang dapat meningkatkan kualitas produk makanan dengan memperbaiki tekstur, rasa, dan daya tahan. Karbon aktif juga dikenal karena kemampuannya dalam detoksifikasi, yang bermanfaat bagi kesehatan konsumen .
Pengkalsiuman, yang menghasilkan kalsium karbonat dan fosfat, sangat berguna dalam memperkaya makanan dan minuman dengan nutrisi penting seperti kalsium, yang esensial untuk kesehatan tulang dan gigi . Studi menunjukkan bahwa penggunaan kalsium dalam produk makanan juga dapat membantu menetralkan lemak dan kolesterol, terutama dalam makanan gorengan dan minuman berbasis santan yang umum dikonsumsi di Indonesia .
Pengelolaan limbah maggot tidak hanya membantu mengurangi sampah organik tetapi juga menghasilkan protein hewani berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak . Maggot juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk makanan dan minuman dengan nilai gizi tinggi, menjadikannya solusi berkelanjutan dalam industri pangan .
Limbah biomassa seperti tempurung kelapa dan ampas tebu dapat diolah menjadi karbon aktif yang dapat digunakan dalam makanan dan minuman untuk meningkatkan kualitas, rasa, dan daya tahan produk. Biomassa ini juga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pengolahan pangan .
Model Hepta Helix dan Implementasinya dalam Pengelolaan Sampah
Model Hepta Helix yang menggabungkan tujuh elemen utama—pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, media, teknologi, dan lingkungan—diakui sebagai pendekatan yang efektif dalam menangani tantangan kompleks seperti pengelolaan sampah. Dengan mengintegrasikan berbagai pemangku kepentingan, model ini menciptakan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi program pengelolaan sampah dan mendukung ekonomi sirkular .
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektoral melalui Model Hepta Helix dapat mempercepat adopsi teknologi baru dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam inisiatif lingkungan. Di Tebing Tinggi, penerapan model ini berpotensi besar untuk mengubah cara pengelolaan sampah dilakukan, dengan melibatkan semua pihak terkait dalam proses yang lebih inklusif dan berkelanjutan .
Metodologi Kajian
Metodologi Kualitatif
Penelitian kualitatif akan dilakukan melalui studi kasus dan wawancara dengan para ahli, pejabat DLH Tebing Tinggi, pelaku industri, serta masyarakat. Observasi lapangan dan analisis dokumen juga dilakukan untuk memahami praktek pengelolaan sampah dan pemanfaatan limbah pesisir dan biomassa yang sudah berjalan .
Metodologi Kuantitatif
Penelitian kuantitatif akan melibatkan survei terhadap masyarakat terkait partisipasi mereka dalam program pengelolaan sampah dan dampak penggunaan kalsium, karbon, serta biomassa dalam produk makanan dan minuman. Data terkait volume sampah, tingkat daur ulang, dan manfaat ekonomi dari model bisnis (MBC) pembelian sampah oleh DLH dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial .
Studi Pustaka
Kajian literatur akan dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan teori terkait pengelolaan sampah, konsep 7R, Model Hepta Helix, serta aplikasi karbonisasi, kalsiumisasi, maggot, eco-enzim, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, dan limbah biomassa dalam produk makanan dan minuman .
Kaedah Kajian
Umum: Analisis data kualitatif dan kuantitatif secara terintegrasi untuk memahami implikasi penerapan teknologi dalam konteks 7R dan Hepta Helix.
Khusus: Penggunaan model simulasi untuk memprediksi dampak jangka panjang dari penerapan teknologi dan konsep 7R dalam skala nasional dan lokal di Tebing Tinggi .
Implementasi dan Eksekusi
Proyek percontohan akan dilakukan di Tebing Tinggi dengan mengintegrasikan teknologi eco-brick, eco-enzim, karbonisasi, kalsiumisasi, superkapasitor, beton polimer, asap uap cair, pengelolaan maggot, serta pemanfaatan limbah biomassa dalam pengelolaan sampah. Model Bisnis Canvas (MBC) pembelian sampah oleh DLH / UPT Pembelian Sampah akan diuji coba untuk mengevaluasi dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Produk makanan dan minuman yang menggunakan hasil karbonisasi, kalsiumisasi, maggot, serta limbah biomassa juga dievaluasi untuk menilai peningkatan kualitas (kinerja) dan manfaat kesehatannya .
Analisis & Pembahasan
Analisis Potensi Teknologi
Teknologi seperti eco-brick, beton polimer, superkapasitor, dan pemanfaatan biomassa memiliki potensi besar untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya di Tebing Tinggi. Eco-enzim memberikan solusi ramah lingkungan untuk pengolahan limbah organik, sementara superkapasitor dan karbonisasi menunjukkan potensi dalam pemulihan energi dari limbah. Kalsiumisasi dari kerang-kerangan (crustacea/arthropoda; udang, kerang, kepiting) dan tulang-tulang hewan (ikan, ayam, sapi, kerbau) memberikan alternatif pengisi bahan bangunan (filler) yang berkelanjutan serta aplikasi dalam produk inovasi makanan dan minuman (additif). Limbah biomassa seperti tempurung kelapa dan ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dan karbon aktif dalam pengolahan produk pangan .
Penerapan Konsep 7R
Konsep 7R (Reduce, Reuse, Recycle, Replant, Repair, Replace, Recovery) yang merupakan 7 pilar utama dalam pengelolaan sampah yang efektif dan efisien. Setiap prinsip 7R dapat diintegrasikan dengan teknologi yang ada untuk mendukung ekonomi sirkular dan mencapai zero waste di Tebing Tinggi .
Model Bisnis Pembelian Sampah oleh DLH / UPT Pembelian Sampah Tebing Tinggi
Model bisnis pembelian sampah oleh DLH Tebing Tinggi dirancang untuk memberikan insentif ekonomi kepada masyarakat dan industri penghasil sampah agar lebih aktif dan agresif dalam mengumpul, memilah, memilih, dan menjual sampah. DLH berperan sebagai pembeli utama sampah yang dikumpulkan, yang kemudian diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti eco-brick, kompos, bahan daur ulang, produk dari maggot, serta pemanfaatan biomassa. Model ini diimplementasikan melalui kerangka Business Model Canvas yang melibatkan seluruh elemen stakeholder/pelaku Hepta Helix .
1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)
Masyarakat Umum: Penghasil limbah rumah tangga (domestik).
Pelaku Industri & UMKM/UKM: Penghasil limbah yang dapat didaur ulang.
Komunitas Lingkungan: Kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan (Forum Komunikasi Pengabdian Masyarakat).
2. Value Propositions (Proposisi Nilai)
Zero Waste: Pengurangan sampah yang berakhir di rumah masyarakat dan TPA.
Ekonomi Sirkular: Pemanfaatan sampah sebagai sumber daya potensial yang menghasilkan nilai ekonomis.
Insentif Ekonomi: Manfaat langsung kepada masyarakat melalui pembelian sampah.
3. Channels (Saluran)
Pusat Pengumpulan Sampah Terpadu (PPST)
Aplikasi Mobile
Media Sosial & Kampanye Publik
4. Customer Relationships (Hubungan dengan Pelanggan)
Pelatihan & Edukasi
Layanan Pengambilan Sampah
Insentif & Reward
5. Revenue Streams (Sumber Pendapatan)
Penjualan Produk Daur Ulang
Kemitraan dengan Industri
Subsidi & Dana Pemerintah
6. Key Resources (Sumber Daya Kunci)
Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Tenaga Ahli
Sistem Teknologi Informasi
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Pengumpulan & Pemilahan Sampah
Proses Daur Ulang
Distribusi Produk Daur Ulang
8. Key Partnerships (Kemitraan Kunci)
Perusahaan Daur Ulang
Lembaga Keuangan
Organisasi Lingkungan
9. Cost Structure (Struktur Biaya)
Biaya Pengumpulan & Transportasi
Biaya Operasional TPST
Pengembangan Teknologi
Kampanye & Edukasi
Peran Karbonisasi, Kalsiumisasi, Maggot, Eco-enzim, Superkapasitor, Beton Polimer, Asap Uap Cair, dan Biomassa dalam Produk Makanan & Minuman
Karbonisasi adalah proses pengubahan limbah organik menjadi karbon aktif melalui pemanasan tanpa oksigen. Karbon aktif ini dapat digunakan dalam produk makanan dan minuman untuk:
Detoksifikasi: Menyerap racun dalam tubuh dan meningkatkan kualitas kesehatan .
Peningkatan Energi: Menambah kandungan energi dalam minuman berenergi dan produk makanan tertentu .
Peningkatan Tekstur: Menjadikan makanan lebih kenyal, garing, dan tahan lama .
Pengurangan Bau & Toksisitas: Karbon aktif berperan dalam mengurangi bau tidak sedap dan menetralkan toksin dalam makanan.
Kalsiumisasi adalah proses pengolahan limbah seperti kerang-kerangan dan tulang-tulang hewan untuk menghasilkan kalsium karbonat dan fosfat. Aplikasi kalsiumisasi dalam makanan dan minuman meliputi:
Penambahan Nilai Gizi: Meningkatkan kandungan kalsium dalam makanan, yang penting untuk kesehatan tulang dan gigi .
Pengurangan Kolesterol: Membantu menetralkan lemak dan kolesterol dalam makanan gorengan dan santan .
Peningkatan Rasa & Tekstur: Membuat makanan lebih gurih dan garing serta meningkatkan daya tahan produk .
Halalan Toyyiban: Proses ini juga sesuai dengan prinsip halal dan thayyib menjadikan produk lebih sehat dan aman dikonsumsi .
Maggot sebagai solusi pengelolaan limbah organik dapat dimanfaatkan dalam industri pangan melalui beberapa aplikasi, yaitu:
Pengolahan Limbah Organik: Maggot mengkonsumsi limbah organik, mengurangi volume sampah secara signifikan .
Sumber Protein: Maggot kaya akan protein, yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau diolah lebih lanjut untuk makanan manusia, meningkatkan nilai ekonomi dari limbah yang diolah .
Pupuk Organik: Setelah proses budidaya, sisa maggot dapat diolah menjadi pupuk organik yang berguna untuk pertanian .
Eco-enzim adalah produk hasil fermentasi limbah organik, yang dapat digunakan sebagai pembersih serbaguna, pupuk organik, dan pengusir hama . Dalam industri makanan dan minuman, eco-enzim dapat digunakan sebagai bahan aditif alami yang meningkatkan kesegaran dan daya tahan produk .
Superkapasitor yang terbuat dari limbah karbon dapat digunakan sebagai perangkat penyimpanan energi yang ramah lingkungan dan efisien . Dalam industri pangan, superkapasitor dapat mendukung proses produksi yang memerlukan stabilitas energi tinggi .
Beton Polimer yang dibuat dari daur ulang limbah plastik dan limbah lainnya dapat digunakan dalam konstruksi fasilitas produksi makanan dan minuman, menyediakan bahan bangunan yang kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan .
Asap uap cair memiliki berbagai aplikasi dalam industri makanan dan minuman, seperti pengawetan, pemberian rasa, dan pengusir hama alami . Asap cair ini merupakan alternatif yang lebih sehat dan aman dibandingkan dengan pengawet kimia sintetis .
Biomassa seperti tempurung kelapa dan ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam proses produksi makanan dan minuman, serta diolah menjadi karbon aktif untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Biomassa juga dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam kompos dan pupuk organik .
Peran Hepta Helix dalam Model Bisnis Pembelian Sampah
Model Hepta Helix menggabungkan tujuh elemen utama—pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, media, teknologi, dan lingkungan—pelaku utama dalam menciptakan sinergitas, harmonisasi, dan integritas dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dalam MBC pembelian sampah oleh DLH Tebing Tinggi, peran masing-masing elemen dapat diuraikan sebagai berikut:
Pemerintah (DLH Tebing Tinggi): Membuat kebijakan dan regulasi yang mendukung implementasi model bisnis, menyediakan dana subsidi, dan memfasilitasi infrastruktur pengelolaan sampah .
Akademisi: Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan sampah serta memberikan pelatihan kepada masyarakat dan tenaga ahli DLH .
Bisnis: Bermitra dengan DLH untuk membeli produk daur ulang dan mendukung ekonomi sirkular serta menyediakan teknologi pemrosesan sampah .
Komunitas: Berpartisipasi aktif dalam pengumpulan, pemilahan, pemilihan sampah, serta mendukung kampanye zero waste di tingkat lokal.
Media: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah dan mempromosikan program DLH melalui berbagai saluran komunikasi.
Teknologi: Mengembangkan aplikasi dan platform digital yang mendukung pengelolaan sampah serta teknologi pemrosesan limbah yang lebih efisien .
Lingkungan: Memastikan bahwa program pengelolaan sampah berkontribusi pada pelestarian ekosistem dan pengurangan dampak lingkungan negatif .
Implementasi MBC & Dampak Program
Implementasi model bisnis ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, menciptakan peluang ekonomi baru, dan mendukung pencapaian SDGs. Dinas Lingkungan Hidup sebagai fasilitator utama, model ini juga memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam Model Hepta Helix yang akan menghasilkan solusi pengelolaan sampah yang aktif, kreatif, inovatif, dan produktif agar lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Selain itu, aplikasi karbonisasi, kalsiumisasi, maggot, pemanfaatan biomassa, serta teknologi eco-enzim, superkapasitor, dan beton polimer diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan manfaat kesehatan dari produk inovasi nantinya yang diharapkan masyarakat .
Penutup
Kesimpulan
Pengelolaan sampah melalui penerapan konsep 7R dan Model Bisnis Canvas pembelian sampah oleh DLH Kota Tebing Tinggi dalam kerangka Hepta Helix merupakan langkah strategis untuk mencapai zero waste dan mendukung ekonomi sirkular. Teknologi pengelolaan sampah yang kreatif, inovatif, dan produktif, jika diintegrasikan dengan pendekatan kolaboratif model Hepta Helix, dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan. Penggunaan karbonisasi dan kalsiumisasi dari limbah pesisir kota, maggot, dan biomassa dalam produk makanan dan minuman juga menawarkan potensi peningkatan kualitas dan manfaat kesehatan yang besar .
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pemerintah daerah, khususnya DLH Tebing Tinggi, serta masyarakat umum dapat melihat peluang besar dalam model bisnis (MBC) ini dan memanfaatkan inovasi pengelolaan sampah secara komprehensif, holistik, dan terpadu dalam menciptakan nilai ekonomis yang berkelanjutan demi mendukung Program Sustainable Development Goals (SDGs). Model ini tidak hanya mengubah cara pandang terhadap sampah atau limbah semata tetapi juga dapat memperkuat posisi DLH Tebing Tinggi sebagai agen perubahan dalam mewujudkan ekonomi sirkular yang menguntungkan semua pihak, serta dapat direplikasi di seluruh wilayah lain di Indonesia .
Saran
Pengembangan Kebijakan: Perlu adanya kebijakan yang mendukung implementasi model bisnis (MBC) pembelian sampah oleh DLH Tebing Tinggi atau UPT Pembelian sampah di seluruh daerah kecamatan dan kelurahan yang ada.
Peningkatan Kesadaran: Kampanye edukasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah inovatif.
Pengkajian Lanjutan: Kajian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi teknologi baru berikut instrumentasi atau peralatan (equipments) dalam proses karbonisasi, kalsiumisasi, pengolahan maggot, dan pemanfaatan biomassa serta optimasi model bisnis (MBC) ini .
Daftar Pustaka
Geyer, R., Jambeck, J. R., & Law, K. L. (2017). Production, use, and fate of all plastics ever made. Science Advances, 3(7), e1700782.
Ellen MacArthur Foundation. (2015). Towards a Circular Economy: Business Rationale for an Accelerated Transition.
UNDP. (2019). Sustainable Development Goals Report 2019.
Weber, C. J., Haugaard, V., Festersen, R., & Bertelsen, G. (2002). Production and applications of biobased packaging materials for the food industry. Food Additives & Contaminants, 19(sup1), 172-177.
Memon, F. A., & Ward, S. (2018). Advances in greywater recycling and treatment: where are we at? Environmental Technology Reviews, 7(1), 186-198.
Stahel, W. R. (2016). The circular economy. Nature News, 531(7595), 435-438.
Diener, S., Zurbrügg, C., & Tockner, K. (2009). Conversion of organic material by black soldier fly larvae: establishing optimal feeding rates. Waste Management & Research, 27(6), 603-610.
Bilal, M., Iqbal, H. M. N., Hu, H., Wang, W., & Zhang, X. (2019). Insights into supercapacitors, eco-friendly materials, and relevant applications. Journal of Energy Storage, 26, 100947.
Xu, X., Luo, G., & Zhang, S. (2016). Investigation on the performance of a bio-sourced polymer concrete using waste materials. Construction and Building Materials, 121, 177-183.
Patria, R. D., Agustina, T. E., & Sujono, B. (2020). The potential of liquid smoke produced from coconut shell waste as a natural food preservative. Journal of Agricultural Science and Technology, 20(2), 359-366.