Palangka Raya, 16/8/19 (Dayak News).
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Yomin Tofri, di ruang kerjanya, Jl. Pierre Tendean, Palangka Raya, Kamis (15/8/19) petang.
Dalam bincang-bincang dengan Dayak News Online, Yomin menuturkan hal-hal apa saja yang menjadi tolok ukur keunggulan komparatif tersebut.
Pertama, ia menilai provinsi ini masih memiliki lahan yang luas dan sedikit jumlah penduduknya. Dengan modal dasar ini, lebih mudah untuk membangun di atasnya.
Kedua, potensi pengembangan manufaktur yaitu industri pengolahan sangat terbuka lebar di sini. Perkebunan-perkebunan sawit dan karet yang masih belum diekspor bentuk tambah nilai dimungkinkan ditingkatkan. Apalagi dengan adanya rencana penggunaan minyak bio diesel berbahan cangkang sawit itu (B20 dan B30).
Ketiga potensi perikanan budidaya sangat cocok dikembangkan di Kalteng, mengingat daerah ini memiliki garis pantai yang panjang. Jika di wilayah pesisirnya dikembangkan perikanan tambak, maka tidak mustahil akan mengekspor ikan ke Jawa dan luar negeri.
Keempat, potensi pariwisata daerah ini masih sangat kecil inputnya pada pendapatan domestik bruto daerah (PDRB), padahal luar biasa obyek-obyek yang bisa dijual pada wisatawan Nusantara dan Mancanegara.
Kelima, pengembangan infrastruktur jalan dan moda transportasi relatif tidak mengalami kesulitan biaya pembebasan lahan. Sebab sebagian besar daerah masih minim penduduk.
Mengapa menurut Yomin, Kalteng yang layak dipilih dan bukan daerah lain? Ia melanjutkan, bahwa negara kita memang harus mulai memeratakan hasil-hasil dan efek menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa. Sehingga dengan begitu akan memperkuat negara dari segi pertahanan dan keseragaman pendapatan warganya. Sebab rawan jika terus membiarkan daerah-daerah terisolir dan kurang penduduk dari dicaplok musuh.
Selain itu, Yomin meyakini, dengan berpindahnya ibukota ke Kalteng, justru Jawa dan ibukota lama diuntungkan dari segi daya dukung lingkungan dan dampak urbanisasi penduduk.
Lalu, menurut Yomin, dengan berpindahnya ibukota ke Kalteng, yang perlu diperbaiki adalah perbaikan tata kelola pemerintahan dan semakin memberikan kemudahan untuk para pelaku bisnis berinvestasi di daerah ini.
Yomin beranggapan harus ada perubahan mental dari warga Kalteng, untuk sudah mulai berorientasi menjadi penggerak-penggerak ekonomi. Misalnya mulailah dari membuka lahan pertanian dalam skala luas (padi, jagung, hortikultura). Mulai untuk mengusahakan lahan, dan tidak hanya sekedar memungut hasil saja. (Dayak News/CPS/BBU).