MARI MENGENAL OBESITAS, BAGAIMANA TERJADINYA DAN APA SOLUSINYA

oleh -
MARI MENGENAL OBESITAS, BAGAIMANA TERJADINYA DAN APA SOLUSINYA 1

Palangka Raya (Dayak News) – Obesitas atau kelebihan berat badan bukanlah suatu hal yang wajar terjadi. Obesitas kerap menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia hingga dunia. Untuk itu, masyarakat penting mengetahui definisi hingga faktor penyebab obesitas dimana Hal ini sebagai upaya pencegahannya.

Dosen Departemen Gizi FKM Unair, Dr Ir Annis Catur Adi,M.Si yang dilansir melalui Wikipedia.com mengatakan, berdasarkan hasil penelitian WHO, seseorang disebut obesitas jika memiliki nilai Indeks Masa Tubuh atau IMT kurang lebih atau sama dengan 25.

“Pengertiannya, obesitas merupakan keadaan yang dapat mengganggu kesehatan di mana lemak dalam tubuh jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal dengan IMT berdasarkan umur yaitu nilai z-skor ≥ +2 atau IMT ≥25,” papar Annis.

Annis menambahkan, obesitas atau kelebihan berat badan tidak sehat, hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, termasuk di Negara Indonesia.

“Selain menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit degeneratif, obesitas juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan psikososial khususnya pada remaja putri dimana Menurut WHO pada tahun 2021, prevalensi obesitas meningkat tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia,” tambahnya.

Tidak hanya sampai disitu, Annis menambahkan, dari data Riskesdas tahun 2018, prevalensi obesitas di Indonesia pada remaja usia 13 hingga 15 yaitu 4,8%. Lalu pada remaja usia 16 hingga 18 tahun, sebesar 4,0%.

Prevalensi ini, lanjut Annis, mengalami kenaikan dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013. Di mana prevalensi obesitas pada remaja usia 13 hingga 15 tahun yaitu 2,5% dan remaja usia 16 sampai 18 tahun 1,6%.

“Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi di Indonesia dengan persentase obesitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 16% berdasarkan profil kesehatan Jawa Timur pada tahun 2018,” imbuhnya.

BACA JUGA :  KAKEK 85 TAHUN DITEMUKAN TEWAS MENGAPUNG DIDALAM RUMAH KOSONG

Tidak hanya itu, berdasarkan kasus obesitas yang ada, persentase obesitas pada perempuan sebesar 15,55%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan persentase obesitas pada laki-laki yaitu sebesar 10,72%.

Dilanjutkannya, banyak faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas Menurut Annis, riwayat obesitas orang tua dalam penentuan obesitas pada anak dikategorikan menjadi risiko tinggi dan risiko rendah.

Risiko tinggi apabila kedua orang tua pernah atau mengalami obesitas (risiko 70-80% ) dan risiko rendah apabila salah satu atau kedua orang tua tidak pernah mengalami obesitas (40-50%)

Kedua yakni aktivitas fisik. Annis menyebut aktivitas fisik merupakan perilaku positif sebagai pengontrol keseimbangan energi, setiap gerakan tubuh yang menyebabkan peningkatan, pengeluaran, atau pembakaran tenaga.

“Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada masyarakat. Di mana, mereka yang tidak aktif berisiko 2,48 kali untuk mengalami obesitas dibandingkan yang aktif.” Ungkapnya.

Dilanjutkannya, ada faktor yang juga mempengaruhi yakni Durasi tidur yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Waktu tidur yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada siang hari, sehingga kemungkinan akan menurunkan aktivitas fisik.

Remaja yang memiliki durasi tidur pendek (≤8 jam per hari) berisiko 3 kali untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja yang mempunyai durasi tidur panjang (>8 jam per hari)

Keempat, Annis mengatakan masyarakat yang memiliki pengetahuan gizi rendah akan berisiko obesitas 2.89 kali untuk menderita obesitas. Misalnya remaja dengan tingkat pengetahuan rendah, tidak dapat mengenali faktor-faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan obesitas dan dampak yang akan terjadi bila mengalami obesitas.

Terakhir, pola makan memiliki kaitan yang erat dengan status gizi seseorang karena berhubungan dengan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh. Pola makan dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya yaitu frekuensi konsumsi makanan, pola konsumsi (makanan cepat saji), dan pola konsumsi kudapan.

BACA JUGA :  HADIRI RAKORSUS KARHUTLA, KAPOLDA KALTENG : PRIORITASKAN PENCEGAHAN

Annis mencontohkan, remaja yang mengonsumsi kudapan dengan frekuensi yang lebih sering, dapat menyebabkan penumpukan energi sehingga dapat menambah berat badannya. Kalori yang tinggi dapat memicu terjadinya penumpukan lemak sehingga terjadi obesitas. (PR/AJn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.