KONFERENSI DINAMIKA ADVOKASI KELOMPOK RENTAN INDONESIA

oleh -
oleh
KONFERENSI DINAMIKA ADVOKASI KELOMPOK RENTAN INDONESIA 1

Yogyakarta (Dayak News) -Program Studi Pascasarjana Perbandingan Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM Yogyakarta, Senin (23/8) melaksanakan Konferensi Dinamika Advokasi Kelompok Rentan di Indonesia.

Konferensi yang dibuka oleh Ketua Program Studi PALB CRCS UGM, Zainal Abidin Bagir itu sudah merupakan yang kesekian kalinya, bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Pusat, USAID dan the Asia Foundation. Konferensi secara daring melalui aplikasi zoom ini, diantarkan oleh moderator Renata Ariningtyas, dengan para narasumber Wijayanto dari Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Asfinawati dari YLBHI, Sandra Hamid dari the Asia Foundation, dan Samsul Maarif dari CRCS UGM.

Sorotan utama kelompok rentan itu adalah kelompok masyarakat minoritas yang dipinggirkan oleh sistem sosial politik elite dan kelompok profesi yang dianggap melawan oligarki kekuasaan. Hal itu bisa meliputi pekerja jurnalistik (pers), kaum minoritas keagamaan yang tidak mendapatkan pengakuan negara, bahkan termasuk kelompok pembela hak-hak untuk kebebasan identitas seksualnya (LGBTQ).

Wijayanto meneropong lemahnya penegakan hukum baik secara administratif maupun fungsional oleh negara selama beberapa tahun belakangan. Demokrasi seakan berubah menjadi otoritarianisme yang dikupas oleh beberapa peneliti asing dan domestik.

Asfinawati dari YLBHI secara khusus menyoroti pelanggaran HAM dalam beberapa kejadian penting seperti penolakan UU Cipta Kerja dan juga penangkapan aktivis lingkungan hidup di Kalteng. Seperti juga kekerasan yang dilakukan kepada para pekerja pers atau jurnalis.

Sementara Sandra Hamid lebih banyak menyoroti masih lemahnya negara berhadapan dengan kelompok mayoritas keagamaan mainstream terhadap kelompok minoritas yang mengekspresikan kebebasan beribadah. Begitu pula pada kelompok rentan para anarko identitas seksual yang dimarginalkan.

Samsul Maarif memiliki harapan agar dari civil society di negeri ini lebih mampu untuk membangun jejaring pemikiran untuk memperbaiki kualitas demokrasi dan penegakan hukum. Sebab jika masih saling berjuang sendiri akan berat menghadapi oligarki kekuasaan.

Konferensi ini masih akan berlangsung hingga besok Selasa (24/8), dengan para pembicara lainnya. (CPS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.