Palangka Raya (Dayak News). Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalteng selama Mei 2021 cukup baik.
Dari 90 kota pantauan IHK nasional, 78 kota mengalami inflasi dan 12 kota deflasi selama Mei 2021. Deflasi
tertinggi terjadi di Timika (0,83 persen) dan inflasi tertinggi di Manokwari (1,82 persen).
Palangka Raya menempati peringkat ke-23 kota inflasi, sedangkan Sampit menempati peringkat ke-29 kota inflasi.
Inflasi di Palangka Raya (0,45 persen) dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (1,00 persen), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,88 persen), serta kelompok pakaian dan alas kaki (0,52 persen).
Inflasi di Sampit (0,40 persen) dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,85 persen), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,50) dan kelompok pakaian dan alas kaki (0,34 persen).
Berdasarkan dua kota acuan (Palangka Raya dan Sampit), Kalimantan Tengah mengalami inflasi (0,43 persen), laju inflasi tahun kalender (0,98 persen), dan tingkat inflasi tahun ke tahun (1,50 persen). Cukup baik.
Demikian antara lain disampaikan Berita Resmi Statistik dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, yang diumumkan oleh Kepala BPS Eko Marsoro, melalui channel YouTube BPS Kalteng, Rabu (2/6).
Dalam masa Lebaran kemarin, tidak terjadi gejolak yang berarti dari sudut peningkatan harga-harga kebutuhan pokok, terutama beras. Hal ini dikatakan oleh Kantor BPS Kalteng, sebagai pengaruh adanya larangan mudik menyebabkan para perantau tetap tinggal di Kalteng dan hal tersebut mengakibatkan permintaan komoditas bahan makanan dan minuman memang meningkat.
Permintaan yang meningkat dan dikarenakan stok yang disiapkan untuk Lebaran masih kurang memang menyebabkan kenaikan harga komoditas di pasar, seperti daging ayam ras yang menjadi andil terbesar inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit.
Gejolak harga bahan pokok juga dipengaruhi oleh distribusi barang yang mulai diperketat pemerintah. Pemerintah resmi melakukan penyekatan keluar masuk orang di sejumlah wilayah, dimulai pada tanggal 6 Mei 2021 (menurut Deputi bidang Kajian dan Advokasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU Taufik Ariyanto).
Penyekatan juga mempengaruhi distribusi barang wilayah Kalteng, mengingat komoditas di Kalteng juga sebagian besar masih tergantung dengan distribusi barang dari wilayah Kalsel seperti Banjarmasin.
Terkait pertanyaan dari Dayak News soal beras yang tidak mengalami peningkatan harga sesuai kondisi hari besar keagamaan, dikatakan BPS Kalteng masalah harga beras terjadi fenomena yang berbeda di antara Sampit dan Palangka Raya di mana di Sampit, beras adalah salah satu komoditas yang menjadi fokus Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), sehingga setiap harga mulai naik, Bulog rajin mengadakan operasi pasar.
Variasi jenis beras di Sampit juga sangat beragam jadi bisa melakukan substitusi, sehingga tidak mudah untuk menaikkan harga beras. Selain itu, di Sampit juga terdapat daerah-daerah penghasil gabah, sehingga beras yang ada tidak bergantung sepenuhnya dari wilayah lain.
Sementara di Palangka Raya, banyak jenis beras yang berasal dari Kalsel sehingga masih sangat tergantung dengan distribusi barang dari Kalsel. Beras masih sering masuk dalam andil 10 besar penyebab inflasi/deflasi di Palangka Raya. Seperti kemarin terjadi banjir besar di Kalsel akhirnya menghambat distribusi beras ke Kalteng dan hal tersebut menyebabkan sebagian stok beras yang berasal dari Kalsel menjadi kosong dan harga beras pun naik. (CPS)