Kasongan (Dayak News) — Alam Kalimantan Tengah memang masih banyak menyimpan sesuatu yang sakral dan mistik. Salah satunya Riam Jerawi yang terletak di Bagian Hulu Sungai Katingan.
Riam Jerawi terletak di bagian utara Sungai Katingan, tepatnya di Desa Tumbang Tangoi Kecamatan Petak Malai. Sungai Katingan di Wilayah Hulu terdapat anak sungai namanya Sei Samba, dan anak Sei Samba terdapat anak sungai bernama Sei Baraoi. Bagian Hulu Sei Baraoi inilah terletak Riam Jerawi yang panjangnya mencapai 2 kilometer dengan debit air sangat deras dan berpotensi menjadi sumber energi listrik.
Beberapa kajian menyatakan jika waduk dibangun di lokasi itu, maka supply listriknya akan lebih besar dibandingkan dengan Waduk Riam Kanan Propinsi Kalimantan Selatan. Mengutip hasil penelitian Free Vynou pada Waduk Riam Jerawi akan menghasilkan listrik 2 x 36 MW.
Penulis yang mengikuti perjalanan Bupati Katingan Sakariyas bersama rombongan menuju Riam Jerawi sempat merasakan suasana sakral dan religius ketika memasuki areal sekitar jeram berbahaya itu. Berikut ceritanya yang dibuat dalam bentuk perjalanan.
Perjalanan dimulai Selasa 13 Juni 2023 Pukul 09.00 WIB dari Kasongan menuju Desa Tumbang Kaman Kecamatan Sanaman Mantikei ditempuh dengan waktu 3,5 jam dengan jarak 111 kilometer.
Selanjutnya masuk areal HPH milik PT Dwima Jaya Utama. Semua pengendara diwajibkan mentaati semua rambu-rambu yang diatur perusahaan. Pengguna jalan tidak lagi harus berada disisi kiri jalan, tetapi disesuaikan dengan tikungan yang dilewati.
Bila kita dari Desa Tumbang Kaman menuju Riam Jerawi, maka wajib mengambil jalur panjang. Maksudnya bilamana melewati tikungan kiri maka wajib melewati lajur kanan. Demikian pula dari arah berlawanan dengan memilih lajur sebaliknya.
Sekitar dua jam rombongan melewati Dukuh Jamparan dan beristirahat makan siang di camp log pond (lokasi penumpukan kayu) Dwima Jaya Utama Group. Pengelola dapur umum terlihat sangat ramah melayani tim yang anggotanya puluhan orang.
Ternyata Jarak tempuh dari Tumbang Kaman menuju lokasi ini hanya 52 kilometer, tapi perlu waktu 2 jam. Penyebabnya, karena medan jalan naik turun bukit dan penuh bebatuan koral. Disisi lain, truk muatan kayu log sering melintas ruas tersebut. Bahkan ada adagium yang berkembang di masyarakat, jika tabrakan dengan truk atau kendaraan milik perusahaan, maka yang disalahkan adalah masyarakat. Mengingat jalan tersebut adalah jalan produksi dan bukan untuk umum.
Sekitar pukul 14.30 WIB perjalanan dilanjutkan kembali. Setelah 15 menit berlalu, kondisi jalan naik turun bukit yang semakin meninggi dan terjal. Perlu ketrampilan untuk melewati rintangan ini. Kendaraan wajib ancang-ancang supaya bisa naik.
Sejauh mata memandang terlihat bukit memanjang dihiasi pepohonan hijau. Jurang dalam menganga seolah-olah mengingatkan untuk terus berhati-hati.
Satu mobil orange yang awalnya berada di belakang kami dan merupakan bagian rombongan sudah tak terlihat lagi. Berkali-kali kami menoleh kebelakang terlihat kosong. Sementara kendaraan kami terus mengikuti rombongan yang berada di bagian depan.
Tiba di lokasi perkemahan Sungai Roha, kami beristirahat untuk mendirikan tenda.Waktu saat itu menunjukan pukul 16.11 WIB. Namun mobil warna orange yang tepat berada dibelakang masih belum terlihat. Justru kendaraan yang berada diurutan paling belakang datang dan pengemudinya nampak tergesa-gesa turun dari mobil. (Dan)
BERSAMBUNG