Medan (Dayak News) — Komunitas Bajaj Maxride Medan yang dikenal dengan nama BMW (Bajaj Medan Wee Red-) menggelar rapat perdana di Kafe Kopitok, Jalan Durung, pada Rabu (30/4/2025). Rapat ini dihadiri 32 dari total 40 anggota dan bertujuan memperkuat silaturahmi, meningkatkan solidaritas, serta mengevaluasi sistem keanggotaan dalam komunitas.
Koordinator rapat, Pandu Silalahi, menjelaskan bahwa tidak seperti komunitas lain, BMW tidak memiliki struktur formal seperti ketua, sekretaris, atau bendahara. Semua anggota memiliki kedudukan yang setara dalam pengambilan keputusan.
“Rapat kami laksanakan dari pukul 13.00 hingga 16.00 dan menghasilkan beberapa kesepakatan penting,” ujar Pandu. Salah satunya terkait sistem keanggotaan, yakni setiap calon anggota baru wajib membayar iuran sebesar Rp 50.000 sebagai kontribusi awal, menggantikan kebijakan lama yang mewajibkan pembayaran tali rem senilai Rp 10.000.
BMW juga menerapkan aturan tegas bagi keaktifan anggota. “Jika ada anggota yang tiga kali berturut-turut tidak hadir dalam rapat besar tanpa alasan jelas, maka akan dikeluarkan dari keanggotaan,” tegas Pandu.
Rapat juga membahas pengadaan sparepart darurat, khususnya tali gas, yang akan disebar di lima titik strategis. Komunitas ini juga menyiapkan dua mekanik andal yang siap membantu secara sukarela jika ada anggota mengalami kendala teknis di jalan.
Selain itu, anggota menyepakati penyediaan alat kerja seperti tang, benang, obeng, dan kunci 12 untuk keperluan perbaikan kendaraan. Pembahasan juga mencakup pembuatan logo dan spanduk komunitas sebagai identitas bersama.
Dalam bidang kemanusiaan, BMW sepakat untuk memberikan bantuan sukarela jika ada anggota atau keluarga inti (suami, istri, anak, orang tua, dan mertua) yang sakit atau meninggal dunia. Donasi akan dikumpulkan dengan nilai minimal antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000, tanpa batas maksimal, berdasarkan keikhlasan anggota.
Menjawab pertanyaan jurnalis Said Kamal, Pandu mengungkapkan bahwa Komunitas BMW resmi terbentuk pada 18 April 2025. Saat itu, tercatat 40 orang bergabung, namun hingga kini baru 32 anggota yang memenuhi syarat keanggotaan aktif.
“Kami juga melakukan absensi pagi sebagai bentuk disiplin dan kekompakan, serta berharap komunitas ini rutin mengadakan pertemuan minimal sekali sebulan, baik dalam bentuk rapat, kegiatan santai, atau aksi sosial,” harap Pandu.
Ia menambahkan, komunitas ini dibangun atas dasar kekeluargaan, transparansi, dan saling bantu di jalan. Komunikasi dan koordinasi aktif dilakukan melalui grup WhatsApp sebagai wadah berbagi informasi antaranggota. (Said Kamal)