Apa yang Keliru dalam Pilihan para Penendang Penalti?

oleh -
oleh
Apa yang Keliru dalam Pilihan para Penendang Penalti? 1

Dayak News – Tim sepakbola senior der Panzer, Jerman merupakan tim yang paling sukses dalam duel adu penalti dalam catatan rekor turnamen Piala Dunia sejauh ini. Jerman memenangkan empat kali adu penalti dalam sejarah even yang berlangsung mulai 1982 dalam semifinal PD di Belgia, saat mengalahkan Perancis 5-4.

Terakhir kali der Panzer menang adu penalti saat sua Argentina di fase perempat final PD 2006 di Jerman kala itu, 4-2. Itu artinya, sudah 40 tahun lebih rekor menang tos-tosan itu dipertahankan Jerman tanpa henti. Juara pertama menang tos-tosan.

Mengapa rekor ini bisa dimiliki tim Panzer dan sulit tertandingi, dapat dianalisis dengan alat bantu pendekatan statistik dan pemilihan penendang dalam lima kali tendangan awal menurut aturan FIFA.

Ada sebuah artikel menarik yang bisa mendukung analisis kita atas perhitungan menang kalah dalam drama adu penalti. Ternyata lebih memilih pemain depan ketimbang pemain belakang merupakan salah satu resep memenangkan duel penalti.

Artikel yang dimuat dalam Jurnal Jurnal Kesehatan Olahraga. Vol.07 No.02 Edisi Agustus 2019 Hal.558-565. Analisis Tingkat Keberhasilan Pemain Depan dan Belakang dalam Adu Penalti pada Babak Final Liga Champions Eropa yang ditulis oleh
Muhammad Tahajjudin Rizvi dan Achmad Widodo dari S1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Surabaya.

…Based on this assessment, it was found that the value of the player who had managed to shoot a penalty shootout was 75%, and the defender who had managed to shoot a penalty shootout was 62.5%, which was categorized as moderate with a percentage of 37%. The conclusion obtained from the results of this study is the level of success of the forward is better than the back players. The forward players reached a 75% success rate with kicks that require trickery. Still behind the success rate reached 62.5% by doing kicks that require hard… (Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai tingkat keberhasilan pemain depan dalam melakukan tendangan adu penalti adalah 75%, dan pemain belakang yang berhasil melakukan tendangan adu penalti adalah 62,5 %. Tingkat keberhasilan penendangan bola yang dilakukan secara tipuan juga memiliki persentase lebih baik 75 % dibandingkan dilakukan secara keras saja yang hanya berpersentase 62,5 % juga)

BACA JUGA :  Edy Raya Ketua IBCA MMA Kalteng Optimis Raih Prestasi di PON Aceh-Sumut 2024

Tahajuddin dan Widodo melakukan analisis atas terjadinya drama adu penalti di fase Final Liga Champions Eropa dari tahun-tahun 1996, 2001, 2003, 2005, 2008, 2012, dan 2016. Semua finalis harus melakukan adu penalti setelah main imbang dalam 120 menit waktu normal dan perpanjangan.

Dari analisis dalam artikel itu didapati suatu probabilitas begini. Keberhasilan penendangan bola sukses bersarang ke gawang lawan jauh lebih besar dilakukan oleh para pemain depan (striker) ketimbang pemain belakang (back) yaitu 75% banding 62,5%.

Begitu pula tingkat keberhasilan penendang yang mengarahkan bola baik ke samping kiri atau kanan gawang dengan “melakukan” tipuan arah juga lebih tinggi dari yang sekedar menendang keras dengan harapan tak dapat diblok kiper, yaitu sama 75% banding 62,5%.

Korelasinya diperoleh begini. Para penendang dari posisi pemain belakang sebuah tim itu biasanya lebih memilih tendangan keras saja yang persentasenya lebih besar atau untuk lebih mungkin diblok atau ditepis kiper lawan.

Sedangkan para penendang dari posisi striker biasanya lebih memilih tendangan yang menipu kiper lawan atau setidak-tidaknya memilih arah areal tujuan bola ke mulut gawang lawan yang dianggapnya sulit dijangkau kiper. Itu bisa berarti ke kiri atau ke kanan bawah mulut gawang dan yang paling sulit itu ke sudut kiri atau sudut kanan atas mulut gawang.

Hanya ada sedikit pemain handal yang jitu menjadi penendang penalti sejauh ini yang tidak pernah gagal melakukan eksekusi. Salah satunya adalah Lothar Matthaus libero sekaligus gelandang bertahan der Panzer sejak PD 1982 hingga PD 1998 dengan caps terlama.

Tendangan penalti yang dianggap tersulit dikenal dengan nama Penalti Panenka, yang dilakukan oleh Antonin Panenka, pemain gelandang Cekoslowakia dalam Final Piala Eropa tahun 1976 saat menodai rekor Jerman Barat yang perkasa, 7-6.

BACA JUGA :  KEJUNAS BOLA VOLI ANTAR KLUB 'GUBERNUR CUP' DIGELAR DI PALANGKA RAYA

Panenka melakukan tembakan ketujuh setelah kedua tim sama-sama sukses melewati 6 tembakan ke fase sudden death. Tidak gol alamat malapetaka. Tembakannya tidak terlalu keras tapi melambung sekitar satu setengah meter di depan kiper der Panzer Sepp Maier waktu. Tertipu Maier yang mengira arah bola akan ke sisi kirinya, justru terbang sedikit di atas kakinya ke arah tengah mulut gawangnya. Akhirnya Cekoslowakia merebut tahta juara bertahan Jerman Barat (1972).

Tendangan Panenka ini tidak bisa sembarangan dilakukan jika tidak sering berlatih. “Anda juga perlu untuk mengelabui kiper dengan gerakan anda selama berlari menuju bola. Mulai dari mata dan langkah anda. Ini untuk membuat kiper berpikir bahwa anda akan menembak ke satu sisi atau yang lainnya. Kemudian, anda tendang bola di tengah bagian bawah secara lurus,” begitu kata Panenka yang menjadi penemu jenis tendangan maut itu. (Christian Paulus Sidenden, wartawan redaktur pada Dayak News online)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.