Maroko jadi Simbol Kebangkitan Global

oleh -
oleh
Maroko jadi Simbol Kebangkitan Global 1
Tim Maroko

Dayak News – Dulu saat ajang Piala Dunia di Jerman 2006, sudah diusulkan tuan rumah di Asia berikutnya. Para wakil negara-negara Asia di dalam Badan Sepakbola Dunia FIFA, ramai mencalonkan Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Saudia Arabia dan termasuk Qatar ini.

FIFA tidak mewajibkan pagelaran sepakbola empat tahunan ini secara bergilir. Meskipun memang dianggap lebih baik jika berganti-ganti benua tuan rumahnya.

Jadi setelah Jepang dan Korsel selesai didapuk selaku tuan rumah 2002, maka setelah empat kali ajang berikutnya maka kemungkinan di Asia lagi pada 2022. Jerman 2006, Afrika Selatan 2010, Brasil 2014, lalu Rusia 2018. Tepatlah Qatar 2022.

Presiden FIFA waktu di Jerman, telah memutuskan untuk memilih Qatar karena didukung dasar-dasar, prestasi negeri teluk itu dalam pengembangan dunia sepakbola. Selain memang Qatar mewakili dunia Arab, wilayah Asia Barat, dan juga dunia Muslim. Soal kemampuan menyediakan prasarana, memang Qatar terhitung mampu dalam 15 tahun membangunnya sesuai persyaratan. Hal itu sudah kita sama-sama saksikan megahnya stadion-stadion yang dibangun dan digunakan.

Maroko jadi Simbol Kebangkitan Global 2

FIFA sejak pendiriannya, tahun 1904, dicita-citakan oleh Presiden Jules Rimet, adalah sebagai organisasi yang non-politik dan tidak bisa diatur oleh negara-negara anggotanya. Berbeda dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (UN). FIFA tidak menjadikan sepakbola sebagai bagian dari bargaining politik apapun. Murni spirit olahraga dan semangat persaudaraan umat manusia saja yang diusungnya.

Meskipun wajar-wajar saja ada muatan-muatan anggotanya yang membawa pesan sponsor negara asal. Itu dapat terlihat dari fakta ketika sebelum Perang Dunia II, situasi diwarnai oleh pertentangan ideologis dari fasis Jerman-Italia, blok Timur dipimpin Uni Soviet, dan negara bebas. FIFA tetap menyelenggarakan turnamen keempat 1938 di Perancis. Walaupun situasi panas menjelang pecahnya perang, Jepang mundur untuk digantikan Hindia Belanda – sebagai jejak keikutsertaan “embrio Indonesia” dalam ajang ini. Selama dua periode Piala Dunia libur dalam masa perang di seantero dunia, antara 1942 hingga 1948.

BACA JUGA :  Apa yang Keliru dalam Pilihan para Penendang Penalti?

Turnamen ini lalu digelar secara rutin tanpa putus mulai di Brasil 1950 hingga kini di Qatar, dengan total penyelenggaraan 22 kali.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, diukir tim Maroko sebagai tim dari dunia Arab yang berhasil tampil di semifinal. Dunia Muslim dan Asia sudah pernah diwakili di fase ini, pada ajang 2002 oleh Korsel tuan rumah dan Turki waktu itu. Jadi Maroko hanya tinggal melanjutkan mewakili negara-negara Afrika dan Arab.

Memang agak sulit juga mengkategorikan Maroko itu Afrika karena justru negerinya lebih dekat pada Gibraltar, Spanyol dan Portugal di ujung barat daya Eropa. Mewakili dunia Arab, Maroko adalah wilayah paling barat dari bentangan pan Arab sehingga disebut Maghribi. Meskipun sama-sama menggunakan alfabet Arabik, bahasa Arab Maroko tidak lantas mirip seratus persen dengan di Saudia dan negara teluk. Banyak kosakata yang berbeda.

Maroko pada abad pertengahan dulu, menjadi salah satu pewaris kebesaran Andalusia Ummayah. Tapi justru universitas tertua lahir di Maroko.
Di peringkat pertama universitas tertua di dunia adalah University of Al-Qarawiyyin. Universitas ini terletak di Fez, Maroko, dan awalnya berupa masjid. Masjid tersebut pertama kali didirikan oleh Fatima al-Fihri pada 859 Masehi (Wikipedia).

Maroko sesungguhnya adalah warisan peradaban dunia – global yang pertama kali. Sebab semangat pendidikan dan pencerdasan itu lahir dari bumi Atlas Afrika itu. Agak lucu jika kita hanya melihat Maroko sebagai milik segolongan bangsa atau agama saja.

Saat Maroko nanti malam akan berduel di partai penting sua Perancis, juara bertahan, kita semua sedang diwakilinya. Suara-suara lirih namun perlu didengar dari kaum terpinggirkan dan terlupakan ada pada pihak Singa Atlas yang mengaum-ngaum lantang. Kami dulu pernah menjadi sentral dunia dan sekarang kami datang kembali untuk didengarkan dan dihormati kembali.

BACA JUGA :  KONTINGEN KABUPATEN KAPUAS SIAP BERJUANG DI PORPROV KALTENG XII

Saya pun turut bersama Laskar Merah Hijau simbol kebangkitan global yang sejati. Tidak ubahnya seperti Hindia Belanda juga dulu pernah mewakili saya hadir di pentas dunia.

Selamat berjuang para patriot dan pembela kami, timnas Maroko. Menang atau kalah itu bukan soal lagi. (Christian P. Sidenden wartawan redaktur pada Dayak News online)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.