Dayak News – Serangan tanpa pemberitahuan pernyataan perang, dilancarkan militer Rusia, atas negara tetangganya Ukraina, sejak Kamis (24/2) pukul 06.00 pagi.
Serangan dari tiga penjuru Selatan, Timur dan Utara Ukraina ini dilancarkan Rusia setelah kedua negara mengalami krisis kepercayaan sejak beberapa bulan terakhir.
Agresi militer Rusia atas negara Ukraina berdaulat segera direaksi oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang menyokong demokratisasi Ukraina. AS dan Inggris telah secara resmi mengutuk serangan militer Rusia ke wilayah Ukraina dan memutuskan sanksi ekonomi atas Rusia. Kegiatan perbankan Rusia di AS dan Inggris dibekukan dan tidak mengizinkan pembayaran transfer sejak diumumkan sanksi itu.
Pertanyaan segera muncul, Ukraina belum menjadi anggota resmi negara-negara Pakta Pertahanan NATO sehingga tak memungkinkan untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan dari sesama negara anggota. Lalu bagaimana Ukraina akan bertahan menghadapi serangan ini, dengan persenjataan yang kalah jauh dari Rusia?

Beberapa televisi dari negara asing seperti Jerman dan India, tertarik menganalisis apa yang akan terjadi setelah proses agresi Rusia ini beberapa Minggu ke depan.
Letnan Jenderal (Purn) Ben Hodge, mantan panglima tentara AS di Eropa menjelaskan kepada host DW TV Jerman bahwa krisis sekian bulan antara kedua negara akhirnya meletus menjadi perang terbuka, dengan agresi Rusia ini. Hodge memperkirakan bahwa perang ini tidak akan mudah begitu saja dimenangkan oleh Rusia, sekalipun keunggulan materi senjata di pihak mereka.
Faktor yang mungkin mencegah Rusia disebut pemenang adalah tekanan dunia internasional atas perilaku agresif Rusia ini akan sangat kuat. Begitu pula Hodge memperkirakan perlawanan rakyat Ukraina sendiri akan gigih melawan invasi negara agresor tetangganya itu.
Ia mengatakan luas Ukraina yang dua kali luas Jerman sangat sulit dikontrol oleh pasukan Rusia jika perang memasuki tahap atritis beberapa waktu nanti.
Penduduk Ukraina itu 40-an juta jiwa sehingga sangat pontensial membentuk milisi sipil bersenjata guna melakukan perlawanan gerilya melawan tentara Rusia. Terdapat garis perbatasan sepanjang 2000 Km antara kedua negara.
Sementara itu pada kesempatan lain, James Brown, Profesor Ilmu Politik Internasional pada Temple University, mengatakan pada WION TV India, bahwa tujuan sebenarnya penyerbuan Rusia ini adalah ingin menjadikan Ukraina sebagai “negara boneka” Rusia dengan terlebih dulu mengganti pemerintah yang ada sementara ini.
Brown mengatakan Rusia tidak mau Ukraina masuk dalam Pakta NATO sehingga langsung mengancam negerinya. Jadi, dikatakan Brown bahwa perang ini hanya bertujuan untuk mendemiliterisasi Ukraina sementara waktu sampai keadaan kondusif di mana Ukraina akan lebih mengorbit pada Rusia ketimbang pada Barat seperti saat ini.
Sementara itu, negara-negara NATO sudah bersiaga akan kemungkinan perluasan daerah perang, di mana diketahui Presiden Ukraina, Volodimir Zelensky telah meminta Turki untuk menutup jalur Laut Hitam menuju Laut Tengah sehingga Rusia diblokade dari arah lautan.
Rusia melalui Presiden Vladimir Putin telah mengingatkan bahwa setiap keterlibatan negara lain dalam membantu Ukraina akan menerima konsekuensi tersendiri. Hal ini juga tidak memungkinkan dengan pertimbangan itu pula, AS dan NATO hanya sebatas membantu Ukraina dalam menyuplai bahan makanan dan menampung pengungsi dari daerah konflik.
Akankah perang ini memakan jangka waktu lama, karena cepat atau lambat dunia internasional akan mendukung Ukraina secara penuh? (Christian P. Sidenden, Redaktur Dayak News online).