Ganesha dan Gajah Mada

oleh -
oleh
Ganesha dan Gajah Mada 1

Dayak News – Sesuatu peristiwa tidak bisa lepas dari sebab yang mengakibatkan itu terjadi.

Seorang anak kecil sering sakit-sakitan sewaktu namanya diberi. Tetapi nama itu lalu diganti dengan nama yang lebih cocok dan ringan disandangnya.

Seperti dalam kasus yang diceritakan oleh mantan presiden Joko Widodo. Dulu ia saat kecil diberi nama Mulyono. Tapi karena sering sakit-sakitan, digantikanlah menjadi Joko Widodo. Menurut faham Jawa begitu solusinya.

Nama hewan gajah, lalu juga menjadi trending topik. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dikabarkan mengganti simbol partai dengan gajah. Mengganti simbol sebelumnya tangan memberi bunga.

Apakah itu terkait dengan sebab-sebab tertentu juga? Sangat mungkin.

Nama mantan presiden Jokowi memang digadang-gadang untuk masuk menjadi anggota dan penasihat partai itu. Sedangkan anaknya Kaesang Pangarep masih akan dipilih menjadi ketua umum, bersama kandidat lainnya.

Jokowi akhir-akhir ini terkait dengan tuduhan yang sangat merendahkan harkat martabatnya, dituduh tidak berijazah asli dari Perguruan Tinggi Gadjah Mada, almamater-nya dulu.

Para penuduh itu sendiri tidak kunjung bisa membuktikan bahwa ijazah sarjana kehutanan (insinyur) Jokowi itu palsu.

Itu berarti terkait pula dengan tokoh historis Gadjah Mada, dari imperium Majapahit dulu. Karena banyak orang yang kagum dan heran akan keberhasilan dan prestasi Patih Gadjah Mada, sehingga banyak pula rumor yang tidak sedap dihembuskan oleh lawan-lawan politiknya.

Memang sang Patih itu akhirnya secara sepihak dinyatakan bersalah oleh Maharaja Hayam Wuruk, karena kegagalannya berdiplomasi dengan Kerajaan Galuh Tatar Sunda. Suatu kesalahan fatal yang memperburuk hubungan kedua negara waktu itu.

Gadjah Mada pun harus rela dinon-aktifkan sebagai pengabdi utama Kerajaan Wilwatikta itu. Ia pun lebih memilih untuk minta pensiun dini, lalu hidup dalam pertapaan sebagai sanyasi atau sadhu.

BACA JUGA :  Avatar Kepemimpinan Wanita: Mengguncang Dunia Politik dengan Kekuatan Elemental

Gajah juga terkait dengan Dewa Ganesha, anak Dewi Parwati. Ganesha itu bukan hasil hubungan antara Mahadewa Siwa dan Parwati. Tetapi karena Parwati ingin sekali memiliki seorang putera, ia membuat sendiri seorang anak dari debu tanah, maka jadilah Ganesha.

Tugas Ganesha oleh ibunya adalah menjaga sekeliling rumah mereka. Tetapi saat Siwa ingin masuk ke rumah isterinya itu, anak kecil itu merintanginya. Terjadilah perkelahian dan Siwa memenggal kepala Ganesha, yang tidak dikenalnya itu.

Saat Parwati tahu kejadian itu, ia memarahi Siwa yang tidak mengetahui anak yang dibunuhnya itu. Sebagai permintaan maaf, Siwa mencarikan kepala pengganti bagi anak isterinya itu. Ketemu dengan seekor gajah yang sedang tidur. Kepala gajah itulah yang diberikan kepada Ganesha yang dihidupkan kembali dengan kepala gajah.

Ganesha menjadi dewa pelindung bagi ilmu pengetahuan dan pemberi solusi berbagai masalah manusia. Jadi itulah kiranya, sebab-sebab mengapa simbol partai itu diganti.

Kita berharap partai politik itu menjadi sumber kader yang mengabdi bagi bangsa dan negara. Bukan hanya sekedar petugas partai yang tidak bernilai kaderisasi.

Seperti Gadjah Mada sang Patih agung yang mengabdi pada bangsa dan negara, sekalipun bukan dari kaum bangsawan. Yang tidak membela diri ketika dipersalahkan, tetapi lebih baik mundur menjadi pengabdi keagamaan dalam pertobatan.

Mengidealkan dewa ilmu pengetahuan Ganesha berkepala gajah, yang rela gugur dalam tugas yang sudah dipercayakan kepadanya. “Ya, dewa Ganesha, bimbinglah aku menuju jalan yang dipenuhi bakti, cinta, ilmu dan cahaya”. (Christian Sidenden, Redaktur Senior Dayak News)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.