Palangka Raya (Dayak News) – Dalam rangka meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah dan Gereja-gereja Aras se Kalimantan Tengah, diadakan Hasupa Hasundau, Rabu (28/5) pagi hingga siang.
Acara ini dilangsungkan di Aula Hidup Gereja Yesus Hidup Sejati (YHS Church), Jl. RTA Milono.
Kegiatan ini merupakan rutinitas setiap dua bulan, yang digagas oleh Bidang Bina Masyarakat Kristen Kanwil Kemenag Kalteng dengan tuan rumah bergiliran.
Kali ini menjadi tuan rumah adalah YHS Church, yang berada dalam Sinode Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Wilayah Kalteng.
Turut memberikan pengarahan dan penyampaian program pemerintah di sektor Keagamaan, Kepala Bidang Bimas Kristen, ibu Mimi. Juga dari sinode PGLII diwakili oleh Sekretaris Sinode, Ari Yunus Hendrawan. Begitu juga Pester Filemon Cundiantoro dari YHS Church.
Pada kesempatan itu ibu Mimi menyampaikan penegasan program kerja delapan prioritas sektor Keagamaan dari pemerintahan kabinet Merah Putih, antara lain disebutkan: 1. Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan, 2. Moderasi Keagamaan, 3. Penguatan Eko-teologi.
Dari sekitar 100-an undangan Gereja-gereja Aras se Kalteng hadir sekitar 70-an perwakilan. Antara lain dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia wilayah Kalteng, Persekutuan Gereja Pantekosta Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Suara Kebenaran Indonesia dan warga baru komunitas Gereja Orthodox Indonesia (GOI).
Sebagai komitmen untuk Gereja-gereja peduli lingkungan, ditegaskan dalam acara itu untuk setiap anggota bisa menanam bibit pohon matoa.
Begitu pula, untuk melindungi dan menjamin tenaga-tenaga kerja kegerejaan dibuka kesempatan untuk mendapatkan akses kartu BPJS Ketenagakerjaan. Bahkan untuk jaminan kecelakaan kerja dan kematian nilai premi yang diberikan terbilang murah, Rp17 ribu per naker per bulan.
Masalah-masalah lain yang terungkap dalam pembicaraan Gereja-gereja adalah soal meningkatnya angka perceraian dari pasangan suami-isteri Kristen. Untuk itu akan dibuat suatu kelompok kerja bagi pengurangan angka tersebut dalam waktu dekat.
Gereja-gereja memang diharapkan agar selain merestui dan mendorong terbentuknya rumah tangga Kristiani juga dapat lebih banyak terlibat dalam mendorong persiapan pra nikah yang lebih mantap.
Salah satu usulan itu dikatakan oleh Kabid Bimas Kristen, ibu Mimi agar lama katekisasi pra nikah itu dibuat lebih lama. Demikian pula untuk mencegah stanting diharapkan calon pengantin memeriksa diri mereka ke puskesmas-puskesmas terdekat. (CPS)