PONTIANAK, Dayak News. Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus mengatakan, makna Imlek sesuai dengan tahunnya, dimana tahun ini meruakan tahun babi, apapun bulannya atau tahunnya makna yang pokok bagi Tionghoa adalahtahun ini merupakan repleksi masa lalu untuk persiapan tahun depan.
Tahun ini adalah tahun babi dimana bagi masyarakat yang memiliki shio babi memilikibanyak tantangan dan harus bekerja keras berjuang agar usahanya mendapatkan keberuntungan.
Hal itu dikatakan Uskup Agung Pontianak Mgr Agustnus Agus kepada wartawan usai peryaaan Misa Imlek di Gereja Katedral Ponianak pada Selasa (5/2/19).
Ia mengatakan, yang paling beruntung adalah shio naga yaitu membawa keberuntungan, semua usahanya tetap akan berhasil tetapi itu semua adalah friksi. Namun maknanya adalah permulaan tahun kita harus mengerti diri kita siapa dan sio kita apa dan kekuatan kita bagaimana.
Jika sio kita kurang beruntung maka kita harus lebih berkeja keras sehingga menjadi berhasil dan sebaliknya jika sio kita beruntung bukan kita harus terlena tetapi tetap harus berusaha dan jangan cepat puas. Intinyabagaimana pergantian tahun kita selalu mengambil pengalaman masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih indah dan yang lebih menarik keindahan kebahagiaan kesusakaan disimpulkan juga seperti bunga yang sedang mekar yang penuh harapan yang cerah.
Tema itu disesuai dengan tahunnya, dimana orang Tionghoa pandai membaca sio yang berlaku sesuai dengan tahunnya dan sio apa yang berhasil dan yang kurang berhasil atau kurang beruntung.
Namun hal ini merupakan “kaca”, suapaya kita berhati hati-hati.
Jika sio kita mendapat keberuntungan maka kita jangan cepat puas karena satu ketika kita juga akan mendapat kesesulitan dan demikian juga sebaliknya. Kalau sio kita kurang beruntung maka kita harus bekerja keras danakan timbulnya masa yang lebih cerah.
Pembagian ampau merupakan satu bentuk kebersamaan tidak ada keberuntungan datang jika kita tidak berbagi dengan yang lain. Sementara jeruk yang manis dan bulat merupakan simbol persaudaraan, bagi masyarakatTionghoa tidak mungkin rukun dan berkumpul jika kita tidak akur.(Dayak News/SAS/BBU).
Hal itu dikatakan Uskup Agung Pontianak Mgr Agustnus Agus kepada wartawan usai peryaaan Misa Imlek di Gereja Katedral Ponianak pada Selasa (5/2/19).
Ia mengatakan, yang paling beruntung adalah shio naga yaitu membawa keberuntungan, semua usahanya tetap akan berhasil tetapi itu semua adalah friksi. Namun maknanya adalah permulaan tahun kita harus mengerti diri kita siapa dan sio kita apa dan kekuatan kita bagaimana.
Jika sio kita kurang beruntung maka kita harus lebih berkeja keras sehingga menjadi berhasil dan sebaliknya jika sio kita beruntung bukan kita harus terlena tetapi tetap harus berusaha dan jangan cepat puas. Intinyabagaimana pergantian tahun kita selalu mengambil pengalaman masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih indah dan yang lebih menarik keindahan kebahagiaan kesusakaan disimpulkan juga seperti bunga yang sedang mekar yang penuh harapan yang cerah.
Tema itu disesuai dengan tahunnya, dimana orang Tionghoa pandai membaca sio yang berlaku sesuai dengan tahunnya dan sio apa yang berhasil dan yang kurang berhasil atau kurang beruntung.
Namun hal ini merupakan “kaca”, suapaya kita berhati hati-hati.
Jika sio kita mendapat keberuntungan maka kita jangan cepat puas karena satu ketika kita juga akan mendapat kesesulitan dan demikian juga sebaliknya. Kalau sio kita kurang beruntung maka kita harus bekerja keras danakan timbulnya masa yang lebih cerah.
Pembagian ampau merupakan satu bentuk kebersamaan tidak ada keberuntungan datang jika kita tidak berbagi dengan yang lain. Sementara jeruk yang manis dan bulat merupakan simbol persaudaraan, bagi masyarakatTionghoa tidak mungkin rukun dan berkumpul jika kita tidak akur.(Dayak News/SAS/BBU).