Kasongan, (Dayak News) – Perusahaan Besar Perkebunan Sawit (PBS) diminta menampung hasil produksi beras petani di Kecamatan Katingan Kuala dan Mendawai yang saat ini harganya anjlok karena masa panen raya. Hal itu dikemukakan anggota DPRD Katingan, Yudea Pratidina usai reses di Daerah Pemilihan II, Selasa (31/5 2022).
“Sudah ada kesepakatan tujuh PBS yang bersedia menampung masing-masing 20 ton dalam tiap bulan,” ujarnya, ketika ditemui di Kantor DPRD Katingan.
Menurut dia, harga beras yang ditawarkan ke pihak PBS dengan tarif normal. Dan Kini pihaknya masih membuat regulasi terkait distribusi beras hingga sampai ke konsumen.
“Apakah nantinya pihak PBS yang mengambil langsung dari petani atau sebaliknya. Pastinya harga normal dan masing-masing pihak tidak dirugikan,” imbuhnya.
Disisi lain, Politisi PDI Perjuangan ini menilai harga gabah yang anjlok akibat petani yang tak memiliki jaringan pemasaran, akibatnya gabah kering dibeli dengan harga semena-mena oleh para tengkulak. Ketidakberdayaan petani disebabkan modal yang serba terbatas. Untuk itu ia memiliki pemikiran menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah.
“Untuk menjangkau pasar, petani perlu modal. Hasil reses kemarin mereka menginginkan ada pihak perbankan yang bersedia memberi pinjaman. Dalam waktu dekat kami akan mengundang pihak BRI, PTSP dan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan untuk turun ke lokasi guna mempercepat proses penyaluran kredit,” ujarnya.
Diapun menyoroti merk dagang beras Katingan Kuala dan Mendawai yang saat ini belum dipatenkan. Akibatnya beras yang dijual rentan dioplos dan dijual dengan merk lain. Bahkan beras yang sudah dijual tanpa merk, kembali didagangkan di Kabupaten Katingan dengan nama lain.
“Saya dari dulu mengkonsumsi beras pagatan. Rasanya enak dan legit. Tidak kalah dengan beras merk lain dari luar pulau. Kedepan merk beras semisal beras pagatan harus dipatenkan. Hal itu untuk menjamin konsumen dengan barang yang mereka beli,” pungkasnya.
Ditempat sama, Kepala Desa Bumi Subur, Volta Dinata membenarkan harga gabah hingga saat ini anjlok. Meskipun harga rendah tapi belum ada pembeli.
“Biasanya permainan para tengkulak yang menunggu harga makin turun baru membeli. Disisi lain petani membutuhkan biaya untuk hidup. Akibatnya petani sangat dirugikan dengan kondisi itu,” katanya.
Dirinya menyambut baik, jika ada PBS yang bersedia membeli beras hasil produksi warganya. Tentu dengan harga standar. Permasalahannya menyangkut distribusi hasil panen karena transportasi satu-satunya hanya lewat air.
“Masyarakat sangat berharap dengan janji Bapak Bupati yang berupaya secepatnya membangun jalan tembus Katingan Kuala. Mudah-mudahan apa yang direncanakan tak terkendala,” harapnya optimis. (Dan)