Pantaskah Transportasi Bajaj Roda Tiga Menggunakan Aplikasi Online?

oleh -
oleh
Pantaskah Transportasi Bajaj Roda Tiga Menggunakan Aplikasi Online? 1

Medan (Dayak News) Pertanyaan mengenai apakah transportasi bajaj roda tiga sebaiknya menggunakan aplikasi online atau tidak, semakin sering mencuat di tengah masyarakat. Di Kota Medan sendiri, penggunaan aplikasi online untuk bajaj masih menjadi perdebatan. Banyak penumpang yang masih terbiasa memanggil bajaj secara langsung dan melakukan tawar-menawar tarif dengan pengemudi, seperti praktik yang sudah lama berlangsung di kota-kota besar seperti Jakarta.

Dalam sebuah percakapan dengan salah satu driver Bajaj Maxride di Medan, terungkap berbagai sisi lain dari penggunaan aplikasi online dan beban operasional yang dirasakan para pengemudi bajaj.

“Sekarang bajaj memang sudah memakai aplikasi online, Bang,” ujar seorang driver yang enggan disebutkan namanya. “Tapi sebenarnya, bajaj lebih cocok tanpa aplikasi online. Bajaj ini kan sensitif, rodanya tiga. Kalau jalanan rusak atau tidak rata, bisa mudah terguling,” ungkapnya.

Selain tantangan teknis, ada juga persoalan besar soal setoran harian yang harus ditanggung para driver. Menurut driver tersebut, sistem setoran terbagi dua: melalui kantor langsung atau melalui juragan pribadi. “Kalau lewat kantor, kabarnya 100 ribu. Kalau juragan, bervariasi – dari 75 ribu sampai 85 ribu. Saya sendiri bayar 85 ribu,” katanya.

Namun, setelah sistem aplikasi diperbarui, penghasilan driver menurun drastis. “Dulu bisa dapat 400 ribu, sekarang paling 250 ribu. Kadang cuma 150 ribu. Aplikasi baru susah, order cepat hilang, kami rebut-rebutan. Sementara pengeluaran harian besar – untuk bensin, makan, rokok, kopi, dan jajan anak-anak,” keluhnya.

Dengan empat anak yang semuanya bersekolah di swasta, sang driver harus bekerja dari pagi hingga lewat tengah malam. “Kalau dapat 400 ribu, saya cuma sisa 30 ribu per hari. Kalau cuma dapat 300 ribu, lebih parah lagi. Belum kalau bajaj rusak atau saya sakit, dari mana uangnya?” katanya lirih.

BACA JUGA :  Dr Naslindo Sirait: Koperasi Maju Berkat Anggota Semangat, Transparan dan Profesional

Ia berharap pihak juragan dan perusahaan lebih bijak dan manusiawi. “Kalau bisa setoran cukup 50 ribu per hari. Kami bisa istirahat, menjaga kesehatan, bantu anak belajar, dan rawat bajajnya supaya tidak cepat rusak,” ujarnya.

Menurutnya, semakin banyak armada bajaj yang ditambahkan, sebaiknya disertai penyesuaian setoran. “Kalau bajaj itu bukan milik kami, tapi milik juragan, mestinya jangan beratkan kami 85 ribu per hari. Apalagi kalau terjadi kerusakan, kami juga yang tanggung,” katanya.

Driver tersebut juga memuji juragan dan pihak kantor tempatnya bekerja yang masih menunjukkan empati. “Juragan saya, Anne Sitorus, dan orang kantor, Harun Simbolon, sangat baik. Saya harap mereka dan pihak Maxride bisa mempertimbangkan kembali sistem iuran. Jangan sedikit-sedikit suruh kembalikan bajaj kalau telat bayar. Kurang berkah itu,” tuturnya.

Percakapan ini menggambarkan bahwa di balik kemajuan sistem transportasi berbasis aplikasi, terdapat realita berat yang dihadapi para pengemudi bajaj. Harapan mereka sederhana: sistem yang adil, manusiawi, dan memungkinkan mereka menjalani hidup dengan sehat, aman, dan tetap bisa mendampingi anak-anak mereka meraih masa depan lebih baik. (Said Kamal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.