Kemandirian Alutsista dan Kerjasama Industri Pertahanan

oleh -
oleh
Kemandirian Alutsista dan Kerjasama Industri Pertahanan 1

Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News)

Dayak News – Dua kapal jenis Offshore Vessel telah selesai diluncurkan oleh PT. Daya Radar Utama (DRU) Lampung. KRI 391 Raja Ali Haji dan KRI 392 Lukas Rumkorem adalah produksi anak bangsa dalam upaya mandiri alat utama sistem senjata (alutsista).

Semakin tahun, di masa pemerintahan Joko Widodo, industri lokal alutsista terus digenjot. Bagaimanapun, kita tidak bisa terus menerus membeli dari luar negeri. Harga mahal dan belum tentu sesuai dengan postur kebutuhan militer kita sendiri.

Kemandirian Alutsista dan Kerjasama Industri Pertahanan 2
Tank Boat Antasena

Beberapa jenis alutsista yang unik dan sesuai dengan kebutuhan militer dan pertahanan kita adalah Tank Boat Antasena. Alutsista ini diproduksi bersama oleh PT. Pindad dan PT. Lundin Industry (Banyuwangi). Satu unit sudah diserahkan kepada pihak Angkatan Darat tahun lalu. Hanya saja pertanyaannya, kenapa hanya satu unit? Alutsista ini sudah tersertifikasi handal dan memang sangat sesuai dengan karakter alam negeri ini yang terdiri dari 70 persen perairan. Harusnya pihak Kementerian Pertahanan lebih banyak lagi membeli alutsista ini untuk keperluan setiap Kodam di Indonesia.

Pada sisi lain, kita baru saja menyelesaikan latihan militer lintas negara terbesar di kawasan Asia Pasifik. Super Garuda Shield 2024 merupakan latihan joint operation baik dari matra-matra darat, laut dan udara. Menjadi pertanyaan penting, yang saya tangkap dari satu dua komentar netizen, untuk siapa kegunaan dan manfaat latihan bersama ini? Mengapa lokasi latihan selalu saja di negeri kita, bukan bergiliran di negara-negara peserta lainnya. Memang jawabannya ada pada nama resmi latihan itu “Garuda” yang berarti lokasi latihan ini memang hanya di Indonesia, karena niatnya Indonesia ingin belajar lebih banyak dari “si guru” perang Amerika Serikat. Kegiatan ini sudah sejak 2007 diadakan, tahun ini sudah yang ke-18 kalinya.

BACA JUGA :  Wowww...Muncul Satu Lagi Kompetitor Perusahaan Moda Transportasi Roda Tiga di Kota Medan

Kerjasama militer itu tidak selalu hanya persoalan latihan perang. Melainkan ada banyak hal yang dilatih dan saling dipertukarkan, termasuk komunikasi dan saling mengenal budaya antar negara. Selain itu dalam partisipasi negara-negara yang ikut serta juga memperbaiki sarana dan prasarana jalan dan sekolah-sekolah di sekitar area latihan tempur.

Duta Besar AS, Kamala Shirin Lakhdir menyebut bahwa Super Garuda Shield ini adalah kerjasama dalam bentuk diplomasi terbuka dari negara-negara yang berada di Indo-Pasifik. Maksudnya agar sebagai kawasan pusat ekonomi dunia, Indo-Pasifik bisa memberikan kontribusi nyata bagi terciptanya keamanan dan kedamaian global.

Ketegangan politik dan ekonomi antara Tiongkok dan AS tentunya masih terasa kuat. Belum lagi Korea Utara yang masih terus menjadi ancaman, suka tak suka, bagi AS dan Jepang di kawasan ini. Selain itu ketegangan antara Tiongkok dengan beberapa negara ASEAN, Filipina, Malaysia, Vietnam dan Indonesia di Laut China Selatan soal klaim wilayah laut. Semua ini membutuhkan respon dan kewaspadaan kita juga untuk tanggap dan siap menghadapi skenario terburuk yang bisa muncul tiba-tiba.

Diplomasi damai Indonesia selalu muncul di setiap kesempatan forum seminar dan sarasehan keamanan global. Indonesia selalu menyerukan setiap potensi konflik itu lebih utama dibawa ke meja-meja diskusi dan forum ketimbang lewat jalan perang. Walaupun Indonesia juga tetap tegas dengan sikap menolak bahkan mengecam invasi suatu negara asing atas negara lainnya seperti dalam konflik Gaza antara Palestina dan Israel.

Meskipun kita tetap mengusahakan perdamaian dunia tanpa perang tetapi tidak bisa juga mengabaikan persiapan untuk menghadapi perang. Kata seorang filsuf perang, barangsiapa ingin damai maka ia harus siap perang juga (si vis pacem para bellum). Untuk itu kita harus benar-benar mandiri dalam industri pertahanan kita. Supaya ketika datang waktunya berperang itu kita sendiri siap untuk menghadapi semua ancaman atas kedaulatan negara kita.

BACA JUGA :  TNI yang Profesional dan Modernisasi Pertahanan

Industri alutsista termasuk alat peralatan pertahanan keamanan (alpalhankam) itu termasuk senjata dan amunisi. Kebijakan Presiden Jokowi melalui Menhan Prabowo telah ditunjukkan dengan mendayagunakan anggaran pertahanan itu untuk utamanya membeli dan meremajakan alutsista produk-produk dalam negeri. Itu berarti diperlukan saling percaya antara industri-industri lokal (BUMN dan swasta) dan Kemenhan untuk pembelanjaan alutsista tersebut.

Kita berharap memasuki tahun Indonesia Emas 2045 nanti, sudah 100 persen negeri kita swasembada alutsista dan berjaya tanpa ketergantungan dari produk militer luar negeri lagi. (Christian Sidenden Redaktur Senior Dayak News)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.