Kuala Kurun,23/7/19 (Dayak News). Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894-2019 di Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu, Desa Tumbang Anoi Kecamatan Damang Batu Kabupaten Gunung Mas (Gumas) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) 1894-2019 tidak ada mengandung muatan politik.
Hal itu dikatakan Guberbur Kalteng H.Sugianto Sabran saat membuka acara tersebut dengan resmi ditandai penabuhan ketambung, Senin (22/7/19).
Hadir dalam kegiatan ini, Presiden Borneo Dayak Forum, Dato’Dr. Jeffry Kitingan beserta pengurus dan BDF dan rombongan, Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Yakobus Kumis, Bupati Gumas Jaya S Monong, SE., M.Si, beserta forkompimda, para Bupati/Wakil Bupati Se-Kalimantan,Ketua DAD Provinsi Kalteng H. Agustiar Sabran beserta jajaran Perngurus DAD, organisasi masyarakat (Ormas) Dayak seluruh Kalimantan dan tokoh Agama, tokoh masyarakat serta undangan lainnya.
Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada seluruh undangan yang hadir, bangsa-bangsa dayak dari berbagai penjuru serta kepada panitia lembaga dan organisasi dayak di seluruh Kalteng sehingga terselenggara ini.
“Kejadian 1894-2019 atau seratus dua puluh lima yang lalu, acara perdamaian suku dayak. Kita bertemu kita bersatu, tidak ada lagi acara hakayau mangayau sehingga kita berkumpul dengan tujuan sama dijaman yang sudah serba modern. Pada hari ini kita bersam-sama harus bersatu, saling bahu membahu mengangkat harkat dan martabat bangsa dayak khususnya masyarakat Kalimatan,” ujarnya.
Diingatkan kegiatan ini tidak berkaitan dengan politik, supaya dalam kegiatan seminar menghasilkan yang terbaik, jangan cuma seminar jangan hanya ekspedisi, tetapi apa tuntutan kita sebagai bangsa dayak. Hasil dari kegiatan kita di Tumbang Anoi di bawa ke Presiden Republik Indonesia H. Ir. Joko Widodo supaya diajukan segera kita berbicara apa permintaan kita,” tandasnya.
Sementara itu, Presiden Majalis Adat Dayak Nasional (MADN) ,Drs. Cornelis, MH dalam sambutannya dibacakan Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Yakobus Kumis menyampiakan, bangsa dayak sebuah bangsa yang mendiami pulau Borneo, terdiri dari kurang lebih 405 sub suku yang tersebar di beberapa Negara seperti Indonesia, Sabah, Serawak Brunai Darussalam, bahkan Ras Dayak juga terdapat di beberapa Negara di luar pulau Kalimantan, di Madagaskar, Thailand, Filipina dan di China.
Begitu juga sebagai bangsa Dayak kita mesti bangga dan bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena suku dayak berada di sebuah pulau yang kaya raya. Tidak ada gempa, tidak ada gunung merapi, tidak ada tsunami, budaya ter-unik di dunia. Indah, penuh nilai dan makna. Sampai saat ini kita masih kokoh sebagai suku bangsa dayak meskipun kita terdiri kurang lebih 405 Sub Suku dengan agam berbeda, adat istiadat dan hukum adat yang berbeda.
Sebagai bangsa Indonesia tentu kita sngat bangga, karena kita memiliki pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Pancasila bukan hanya sekedar idiolgi. Pancasila saripati dari karifan loikal budaya-budaya yang ada di Indonesia,” ucanpnya.(Dayak News/Adv/AI/BBU).