Laporan Ketua SMS Kalteng H Sutransyah dari Mekkah
Makkah, (Dayak News) – Pasar Tumpah atau yang dikenal juga sebagai pasar Tungging, yang biasanya terdapat di Kalimantan, ternyata juga memiliki kehadiran yang menarik di Makkah. Salah satu pasar Tumpah yang terletak di samping Hotel Roay Al Hasyimiyah, wilayah Syisyah, telah menjadi tempat berkumpulnya jamaah calon haji asal Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Diperkirakan sebanyak 4.300 jamaah telah menghuni hotel ini.
Pasar Tumpah di Makkah ini menjadi pusat perhatian dengan kepadatan aktivitasnya, baik pada pagi maupun malam hari. Kegiatan belanja menjadi daya tarik bagi jamaah, terutama bagi orang Banjar yang terkenal suka berbelanja untuk oleh-oleh dan keperluan selama berada di Makkah.
Ragam barang dagangan yang dijual di pasar ini sangat beragam. Mulai dari makanan seperti nasi, soto, bakso, gado-gado, nasi goreng, hingga berbagai macam kue khas Indonesia. Mayoritas makanan tersebut dijual oleh orang-orang Indonesia yang menetap di Makkah. Harga makanan di pasar ini rata-rata sekitar 5 real per bungkus.
Tak hanya itu, pedagang Arab pun turut meramaikan pasar ini dengan menjual berbagai barang seperti baju jubah, tasbih, peci, surban, dan berbagai macam kosmetik. Yang menarik, banyak pedagang Arab yang pandai berbahasa Indonesia dan siap menerima pembayaran menggunakan mata uang rupiah yang mereka sebut “uang Jokowi”. Jika terdengar mereka berteriak “Jokowi, Jokowi,” itu artinya mereka menerima pembayaran dalam rupiah.
Salah satu pedagang terkenal di pasar ini adalah Sutinem, seorang pedagang asal Indonesia yang menjual soto dan berbagai macam kue. Ia telah menjalani usaha ini selama 10 tahun dan juga telah menikah dengan seorang pria Arab. Sutinem mengungkapkan bahwa salah satu kesulitan dalam berjualan di Pasar Tumpah ini adalah seringnya razia oleh petugas keamanan, yang bahkan pernah mengambil dagangannya.
Di sisi lain, ada juga pedagang lainnya seperti Saniyah, yang juga berasal dari Indonesia. Ia mengaku bahwa berdagang di Pasar Tumpah ini memerlukan kemampuan untuk membaca situasi, terutama saat musim haji atau umrah, di mana hotel di sekitar pasar banyak dihuni oleh orang Indonesia.
Hilwiah, seorang jamaah asal Palangka Raya, mengaku sangat senang dengan adanya Pasar Tumpah ini karena ia dapat membeli makanan khas daerahnya, yaitu gado-gado. Menurutnya, makan gado-gado di pasar ini membuatnya merasa seolah berada di tanah air sendiri.
Bapak Abdurrahman, salah satu jamaah calon haji (JCH) asal Kapuas, menjelaskan bahwa ia sering membeli makanan di Pasar Tumpah ini sebagai persiapan bekal untuk hari-hari mendatang, terutama untuk perjalanan menuju Arafah.
Diharapkan agar semua jamaah calon haji (JCH) dapat menjalankan ibadah haji dengan sempurna dan menjadi haji yang mabrur. Semoga kehadiran Pasar Tumpah di Makkah ini dapat memberikan kenyamanan dan mempererat ikatan antara jamaah asal Kalimantan dengan tanah suci Makkah. (sut)