Oleh : Christian Sidenden (Redaktur senior Dayak News)
Dayak News – Hukum adalah panglima saat ini sedang tidak payu atau tak digubris orang. Sebab penegakan hukum selama ini hanya sekedar jargon belaka. Di mana mana pelanggaran atas aturan positif dan hukum itu terjadi, tidak diapa-apakan juga. Itu sudah jadi tontonan yang biasa di negeri ini.
Ketika negeri kita sedang menghadapi Pemilu Serentak, baik untuk memilih pemimpin eksekutif maupun memilih wakil rakyat, tidak terlalu banyak tema hukum dan penegakan aturan yang diangkat. Justru ketika tema seperti itu yang dibawa justru akan mengurangi elektabilitas bahkan menjemukan. Bicara hukum di tengah begitu banyak tindakan ilegal justru akan membuat calon pemilih itu tidak melihat bukti. Jadi sebaiknya sekarang, tidak usah terlalu melihat dan mengupas tema hukum di negeri ini.
Masyarakat yang mendambakan keadaan yang mudah akses dan murah harga. Itu yang lebih dinantikan oleh rakyat saat ini. Ketika hal seperti ini yang dijadikan tema dan aksi nyata, justru akan segera meningkatkan elektabilitas dan kepercayaan publik.
Kita perlu belajar banyak dari lompatan kemajuan Republik Rakyat Tiongkok (Cina) yang menjadi kekuatan raksasa ekonomi global saat ini. Dengan jumlah penduduk 1,5 miliar jiwa, Cina ternyata stabil dan kondusif membangun negara tanpa ada riak-riak politik yang bikin mandeg. Ternyata yang dibutuhkan rakyat Cina itu adalah bisa cukup makan dan bisa bekerja difasilitasi oleh negara. Jadilah berbagai industri di Cina itu model padat karya. Mereka membangun ratusan gedung pencakar langit hanya dalam hitungan minggu saja. Karena alat-alat berat dioperasikan begitu banyak dan operator manusia bisa bekerja. Itulah transformasi ekonomi dan budaya di Cina setelah era komunisme kolot berakhir 25 tahun lalu. Cina itu negara totaliter tetapi memakai sistem ekonomi kapitalis.
Jika kita masih saja mengimpikan untuk menjadi negara demokrasi dengan model Barat, itu sia-sia saja. Kita ini tidak akan bisa menjadi orang Barat yang berbeda pola pikir dan pengalaman sejarahnya. Jadi untuk menjadi masyarakat legal formal seperti di sana itu justru kita menjadi tidak luwes dan terhambat dalam membangun. Itulah yang dilakukan Cina, tidak terlalu disibukkan dengan soal demokratisasi dan soal hukum. Tetapi pembangunan tetap berjalan. Transformasi ekonomi dan budaya itu dilakukan dengan kerja nyata bukan dengan retorika tanpa bukti. Sebab rakyat itu memerlukan aksi nyata bukan sekedar tulisan dan bunyi undang-undang yang tidak sesuai kenyataan. (*)