Oleh: Hj.Nurhikmah, SST., M.Kes., FISQua
Pendahuluan
Di tengah luasnya sawah yang hijau membentang, setiap tetes embun di daun padi menyimpan cerita tentang tekad dan kerja keras petani. Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, menjadikan sektor pertanian sebagai pilar utama kehidupan banyak penduduknya. Namun, perjalanan para petani tidaklah selalu mulus. Mereka harus menghadapi berbagai tantangan mulai dari perubahan iklim yang tak terduga, serangan hama yang merajalela, hingga kebijakan yang berubah-ubah seiring angin politik. Dalam menghadapi segala ujian ini, manajemen risiko dan budaya integritas menjadi dua pilar kokoh yang dapat menopang harapan dan keberlanjutan sektor pertanian.
Indonesia berada di persimpangan dua benua dan dua samudra, menjadikannya wilayah dengan dinamika cuaca yang kompleks. Fenomena La Nina, bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), membawa curah hujan berlebih yang seringkali menyebabkan banjir di berbagai wilayah seperti Kalimantan Selatan (BMKG, 2024). Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan pendekatan administrasi yang adaptif dan berkelanjutan. Manajemen risiko dan budaya integritas adalah dua elemen yang dapat mengarahkan penyuluhan pertanian menuju ketahanan dan keberhasilan.
Manajemen Risiko dalam Penyuluhan Pertanian
Manajemen risiko dalam penyuluhan pertanian adalah seni yang memadukan ketelitian dan kebijaksanaan. Setiap ancaman yang mungkin muncul harus dikenali dan dievaluasi dengan cermat. Dari risiko iklim seperti kekeringan dan banjir, hingga fluktuasi harga pasar, semuanya harus dipertimbangkan dengan seksama. Penilaian risiko adalah proses mendalam yang mengharuskan kita menimbang setiap kemungkinan dengan bijaksana.
Setelah ancaman diidentifikasi dan dinilai, tibalah saatnya untuk merumuskan strategi mitigasi yang tepat. Diversifikasi tanaman dan penggunaan teknologi pertanian canggih adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif dari risiko tersebut. Proses ini harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, seperti seorang seniman yang menciptakan sebuah mahakarya. Langkah terakhir adalah mengawasi dan mengevaluasi efektivitas strategi yang telah diterapkan. Ini adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran, memastikan bahwa setiap ancaman dapat dikendalikan dengan baik.
Budaya Integritas dalam Penyuluhan Pertanian
Budaya integritas adalah fondasi yang membangun kepercayaan antara penyuluh dan petani. Integritas adalah komitmen untuk bertindak dengan jujur, transparan, dan penuh tanggung jawab. Dalam setiap langkah dan tindakan, integritas harus menjadi panduan yang memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat diandalkan dan diterapkan dengan baik oleh petani. Pengukuran budaya integritas dapat dilakukan melalui beberapa indikator seperti kepatuhan terhadap standar etika, transparansi dalam pelaporan, dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
Transparansi dalam pelaporan berarti menyampaikan informasi dengan jernih dan menyeluruh kepada semua pemangku kepentingan. Akuntabilitas memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil adalah hasil dari pertimbangan yang objektif dan rasional. Dengan menerapkan budaya integritas, kita dapat mencegah korupsi dan penyalahgunaan wewenang, memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Integrasi Manajemen Risiko dan Budaya Integritas
Mengintegrasikan manajemen risiko dan budaya integritas adalah langkah bijak dalam meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian. Keduanya harus berjalan seiring, saling melengkapi dan menguatkan. Pengelolaan risiko yang efektif harus mencakup semua aspek operasional organisasi, termasuk dalam hal etika dan integritas. Dengan menganyam nilai-nilai integritas ke dalam manajemen risiko, organisasi dapat memastikan bahwa setiap langkah pengelolaan risiko dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas penuh.
Transparansi dalam pengelolaan risiko akan meningkatkan kepercayaan petani terhadap penyuluh dan program penyuluhan. Sementara itu, akuntabilitas dalam pengambilan keputusan memastikan bahwa setiap strategi mitigasi yang dikembangkan adalah hasil dari analisis yang cermat dan pertimbangan yang bijaksana. Lingkungan kerja yang kolaboratif, di mana petani merasa dihargai dan didukung oleh penyuluh, akan mendorong adopsi praktik-praktik pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.
Akar Permasalahan dalam Penyuluhan Pertanian
Di balik setiap masalah yang dihadapi dalam penyuluhan pertanian, terdapat akar yang perlu digali dan dipahami. Kurangnya penerapan manajemen risiko yang efektif dan budaya integritas adalah dua akar utama dari banyak masalah yang muncul. Banyak petani belum memahami pentingnya manajemen risiko dan cara menerapkannya. Kurangnya dukungan dan pelatihan dari pemerintah dan lembaga terkait memperburuk keadaan ini. Penyuluh yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknologi pertanian modern dan manajemen risiko tidak mampu memberikan bimbingan yang efektif kepada petani.
Rendahnya tingkat transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap standar etika dalam program penyuluhan juga menjadi masalah besar. Kurangnya integritas menyebabkan kurangnya kepercayaan antara petani dan penyuluh, yang pada akhirnya menghambat efektivitas program penyuluhan. Perubahan kebijakan yang sering dan tidak konsisten menambah kerumitan bagi petani dalam membuat keputusan yang tepat. Ketidakstabilan kebijakan pemerintah dapat berdampak negatif terhadap produktivitas dan kesejahteraan petani.
Peran Kepemimpinan dalam Mengatasi Permasalahan
Kepemimpinan yang visioner, beretika, dan responsif adalah kunci untuk mengatasi berbagai masalah dalam penyuluhan pertanian. Pemimpin yang visioner mampu melihat potensi risiko dan mengembangkan strategi mitigasi yang efektif. Mereka juga bisa memfasilitasi pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi petani dan penyuluh untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang manajemen risiko. Pemimpin yang visioner dapat menginspirasi dan memotivasi bawahan mereka untuk mencapai tujuan bersama, mendorong penerapan teknologi pertanian yang inovatif dan praktik manajemen risiko yang baik.
Pemimpin yang beretika harus menjadi teladan dalam hal transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap standar etika. Mereka harus mendorong penerapan kode etik yang ketat dan memastikan bahwa semua anggota organisasi bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika yang telah ditetapkan. Dalam penyuluhan pertanian, kepemimpinan yang beretika dapat membantu membangun kepercayaan antara penyuluh dan petani, meningkatkan efektivitas program penyuluhan.
Pemimpin yang responsif harus mampu mendengarkan kebutuhan dan kekhawatiran petani dan penyuluh, serta menyesuaikan kebijakan berdasarkan masukan yang diterima. Mereka juga harus bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan lapangan dan dapat diimplementasikan dengan efektif. Kebijakan yang stabil dan konsisten dapat memberikan kepastian bagi petani, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Kesimpulan
Di setiap helai padi yang tumbuh di ladang, di setiap tetes keringat yang membasahi tanah, tersimpan harapan dan tekad para petani. Manajemen risiko dan budaya integritas adalah dua elemen utama yang saling melengkapi dalam upaya meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian. Kurangnya penerapan manajemen risiko yang efektif, kurangnya budaya integritas, dan ketidakstabilan kebijakan adalah akar dari banyak masalah yang dihadapi. Kepemimpinan yang visioner, beretika, dan responsif memainkan peran penting dalam mengatasi masalah-masalah ini. Dengan memperkuat manajemen risiko, meningkatkan budaya integritas, dan menciptakan kebijakan yang stabil, kinerja penyuluhan pertanian dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Seperti seorang maestro yang memimpin orkestra, setiap nada yang dimainkan harus harmonis dan seimbang. Dalam kata-kata filsuf Marcus Aurelius, “Hidup kita adalah apa yang pikiran kita buat.” Dengan pikiran yang jernih dan hati yang teguh, kita dapat menghadapi setiap tantangan dan mengubahnya menjadi kesempatan, menumbuhkan harapan di tengah ladang kehidupan yang luas. Seperti perjalanan di padang pasir yang tak berujung, dengan ketekunan dan kebijaksanaan, kita akan menemukan oasis ketahanan dan kesejahteraan yang abadi. (*)