Dayak News – Di tengah tantangan era disrupsi zaman yang terus berubah dan berkembang, visi besar Indonesia Emas 2045 menjadi pondasi penting untuk menciptakan bangsa yang maju, mandiri, dan berdaya saing global. Optimisme ini didukung oleh fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, didukung oleh angkatan kerja sebanyak 146,6 juta jiwa (Suhafid & Prayuda, 2024). Namun, keberadaan bonus demografi ini harus diiringi dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai dan optimalisasi peluang yang ada.
Tetapi, tantangan nyata yang kita hadapi yaitu terletak pada kesiapan sumber daya manusia. Bonus demografi yang melimpah menjadi peluang sekaligus tantangan yang memerlukan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan tidak hanya menjadi kebutuhan mendasar, tetapi juga elemen kunci dalam membentuk generasi unggul yang siap bersaing di era globalisasi dan digitalisasi.
Teknologi adalah alat yang, jika digunakan dengan bijaksana, dapat menjadi transportasi penggerak perubahan positif. Teknologi pendidikan memainkan peran penting dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Peran tersebut meliputi penyediaan sarana pendidikan melalui penyelenggaraan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta pengkajian sumber daya pendidikan. Selain itu, teknologi digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berbagai pekerjaan di bidang pendidikan. Teknologi juga menghadirkan pendekatan baru dalam proses belajar-mengajar, yang dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan pendidikan di era modern (Sitanggang et al., 2024). Pendidikan berbasis teknologi yang terintegrasi dengan nilai-nilai etika dan keberlanjutan harus terus dikembangkan. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu membawa dampak positif bagi masyarakat.
Interaksi antara pendidikan, teknologi, dan manusia menjadi semakin erat di era digital ini. Teknologi, yang semakin menjadi bagian integral dari proses pembelajaran, menghadirkan peluang baru untuk memperluas akses pendidikan melalui perangkat lunak, platform pembelajaran, dan aplikasi interaktif. Namun, manusia tetap menjadi faktor kunci dalam pengelolaan dan pemanfaatan teknologi ini. Kemampuan dan kompetensi perlu ditingkatkan pada dua sisi secara seimbang, yaitu antara hardskill dan softskill (Hasdiana et al., 2023). Di sinilah diperlukan keseimbangan antara inovasi teknologi dengan pertimbangan nilai-nilai sosial dan etika.
Pengembangan Soft Skill melalui Pendidikan Teknologi
Soft skill adalah kemampuan interpersonal yang mencakup komunikasi, kerja tim, manajemen waktu, dan kemampuan adaptasi. Dalam pendidikan berbasis teknologi, soft skill dapat dikembangkan melalui:
1. Pembelajaran Kolaboratif: Platform seperti Google Classroom atau Microsoft Teams mendorong siswa untuk bekerja sama dalam proyek, meningkatkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi.
2. Perangkat Simulasi: Penggunaan perangkat lunak simulasi memungkinkan siswa mempraktikkan pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dalam lingkungan yang realistis.
3. Pengembangan Kecerdasan Emosional: Teknologi seperti gamifikasi membantu membangun empati, dengan melibatkan siswa dalam cerita interaktif atau skenario sosial tertentu.
Penguasaan Hard Skill dalam Pendidikan Teknologi
Hard skill adalah keterampilan teknis yang spesifik, seperti coding, analisis data, dan pemahaman teknologi terbaru, diantaranya seperti:
1. Belajar Pemrograman: Mata pelajaran coding berbasis Python, Java, atau C++ membantu siswa memahami logika pemrograman dan pengembangan perangkat lunak.
2. Pemanfaatan Platform E-Learning: Situs seperti Coursera, Udemy, atau Ruangguru menawarkan kursus dengan sertifikasi resmi, memperkaya keahlian teknis siswa.
3. Proyek Praktis: Mengembangkan aplikasi sederhana, seperti kalkulator atau permainan, dapat meningkatkan keterampilan analitis dan teknis.
4. Eksplorasi Teknologi Terkini: Mengenal AI, IoT, dan blockchain melalui pelatihan langsung atau laboratorium virtual menciptakan siswa yang siap menghadapi tantangan dunia kerja masa depan.
Pengembangan kurikulum yang relevan dengan kemajuan teknologi menjadi sebuah keharusan. Sebagai contoh, penerapan pembelajaran coding. Namun, transformasi ini memerlukan sinergi antara pendidik dan teknologi, yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pembelajaran, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi kemampuan yang esensial di era globalisasi.
Kendati demikian, tantangan seperti kesenjangan digital dan dampak negatif media sosial tetap menjadi isu yang harus diatasi. Seperti yang dilansir dari Child Mind Institute, Pengguna remaja dan dewasa muda yang menghabiskan waktu lebih banyak di sosial media terbukti memiliki tingkat depresi yang jauh lebih tinggi (dari 13 hingga 66 persen) yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti: perbandingan diri, paparan konten negatif, cyber bullying, dan ketergantungan. Maka dari itu, menjadi satu refleksi untuk kita bahwa teknologi seharusnya menjadi alat untuk inklusi, bukan penghalang, sehingga pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan akses teknologi dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa memandang status sosial dan ekonomi.
Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045
Indonesia Emas 2045 merupakan visi besar yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maju, adil, makmur, dan sejahtera pada peringatan 100 tahun kemerdekaannya. Untuk mewujudkan visi ini, diperlukan peran sentral pemerintah yang mencakup berbagai aspek pembangunan dan kebijakan strategis.
Infrastruktur menjadi pondasi utama. Pembangunan jalan raya, pelabuhan, bandara, jaringan listrik, dan telekomunikasi harus terus ditingkatkan untuk mendukung konektivitas antar wilayah, memperlancar perdagangan dan investasi, serta meningkatkan mobilitas masyarakat. Di samping itu, investasi pada sumber daya manusia melalui pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan akan menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing tinggi.
Pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan juga menjadi prioritas, mencakup perlindungan lingkungan, pengelolaan energi terbarukan, serta konservasi keanekaragaman hayati. Hal ini diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian alam. Selain itu, diplomasi internasional yang aktif diperlukan untuk mendukung transfer teknologi, investasi, dan kerja sama ekonomi.
Kesimpulan
Generasi Z memegang peran kunci dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia merupakan peluang besar, namun memerlukan pendidikan berkualitas, literasi teknologi, dan kebijakan progresif yang berkelanjutan. Pendidikan berbasis teknologi harus diintegrasikan dengan nilai etika dan keberlanjutan untuk menciptakan generasi yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing global.
Sinergi antara teknologi, pendidikan, dan infrastruktur yang kokoh, ditambah pengelolaan sumber daya alam yang bijak, menjadi fondasi utama untuk menghadapi tantangan masa depan. Dengan persiapan yang matang, Indonesia dapat memastikan generasi mudanya tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan dunia.
Penulis : Taufiqurahman
Editor : Ahmad Hasan