FKM KPwBI Kalteng di Batu Malang Berlangsung Sukses

oleh -
oleh
FKM KPwBI Kalteng di Batu Malang Berlangsung Sukses 1
Forum Komunikasi Media (FKM) yang diikuti oleh sejumlah jurnalis/wartawan baik cetak, elektronik, daring dan radio di Palangka Raya. Kegiatan ini diadakan di Batu Malang, 11-13 September 2023.

Malang (Dayak News) – Keberadaan liputan berita ekonomi dirasakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Tengah sebagai penting. Hal itu akan ditentukan oleh kemampuan para jurnalis/wartawan untuk menyajikan pemberitaan ekonomi daerah tidak sekedar melaporkan angka-angka rilis statistik dari KPwBI Kalteng. Lebih utama adalah bagaimana menerjemahkan angka-angka itu ke dalam suatu liputan yang bernas dan mencerdaskan para pembaca.

Hal ini menjadi konsern dari KPwBI Kalteng tatkala menggelar acara Forum Komunikasi Media (FKM) yang diikuti oleh sejumlah jurnalis/wartawan baik cetak, elektronik, daring dan radio di Palangka Raya. Kegiatan ini diadakan di Batu Malang, 11-13 September dengan menampilkan dua orang pembicara dari Kompas, masing-masing Priskila Sitompul (manajer penyelaras bahasa Kompas) dan Wahyu Haryo (pimpinan desk Regional Kompas).

FKM KPwBI Kalteng di Batu Malang Berlangsung Sukses 2

Dalam diskusi yang terjadi dalam dua sesi awal FKM, terungkap bahwa masih seringnya bahasa saduran dan pengkalimatan berita ekonomi belum optimal menggunakan istilah baku dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Begitu pula terkesan ada rasa lebih wah bagi ditulisnya istilah-istilah asing ada dalam tubuh berita ekonomi.

Begitu pula, jurnalis/wartawan masih belum menggali kedalaman berita dengan melaporkan dengan gaya penulisan yang naratif atau bertutur sehingga para pembaca dibawa melihat fakta kejadian dan memperkirakan terhadap dampak yang akan mungkin terjadi. Berita-berita ekonomi itu tidak lepas dari peramalan karena itulah yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

FKM KPwBI Kalteng di Batu Malang Berlangsung Sukses 3

Dalam FKM di Batu Malang ini, penyelenggara mengadakan program outbound bagi semua peserta atau yang lebih baik disebut tour edukatif ke kawasan perkebunan apel di Desa Junggo di kaki Gunung Arjuno yang diselimuti kabut asap akibat kebakaran lahan. Kawasan ratusan hektar perkebunan apel baik jenis Anna maupun jenis Manalagi ini, sempat terpuruk ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu. Sekarang produksi buah apel Batu dan tumbuh kembalinya gegap dunia pariwisata pasca pandemi, diharapkan akan menaikkan dan meningkatkan lagi asa dan devisa negara dari sektor pariwisata.

BACA JUGA :  PEBISNIS PUYA TEWAS TANPA BAJU DIWARUNG REMANG-REMANG

Dayak News yang juga ikut sebagai peserta, melihat kawasan di kaki-kaki gunung ini, banyak ditanami dengan berbagai macam sayur mayur, baik kentang, daun bawang, sawi putih, merupakan suatu bentuk agrowisata yang unik dan menarik dijual pada wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Perkebunan apel di Batu Malang ini menurut kisah supir mobil jip yang digunakan dalam acara touring itu, sudah lebih dari 100 tahun usianya. Artinya sudah lebih dari tiga generasi. Suatu hamparan perkebunan apel terbesar di seluruh Asia. Hal ini jika dikemas dan dibarengi dengan kisah historisitas kejadian adanya perkebunan apel itu, merupakan atraksi pariwisata yang unggul dan payu dijual.

Wawancara dengan Kepala Perwakilan BI Kalteng, Taufik Saleh di sela-sela acara memetik buah apel.

Hanya saja, tahun ini Provinsi Jatim sedang kurang beruntung karena cuaca berkabut dingin di daerah pegunungan itu, juga sedang dihiasi oleh asap kebakaran lahan. Beberapa kali terlihat helikopter membawa timba air besar (water boombing) berupaya memadamkan api yang menggasak lereng-lereng Arjuno dan Welirang.

Lalu, bagaimana untuk pengembangan pariwisata daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) sendiri? Tentunya berkaca dari perjalanan kami dalam FKM KPwBI ini, masih banyak yang harus dibenahi lagi. Perekonomian daerah ini masih sebagian besar bertumpu pada eksploitasi sumberdaya alam dan ekstraktif. Perkebunan sawit dan pertambangan batubara (juga pertambangan liar emas dan logam lainnya). Sementara sektor-sektor pariwisata dan tumbuhnya industri ekonomi kreatif belum banyak bisa diandalkan.

Jasa transportasi penerbangan dinilai oleh Kepala Perwakilan BI Kalteng, Taufik Saleh, yang juga ikut, masih belum mendukung jalur tujuan wisatawan mengakses langsung ke daerah ini. Padahal bisa saja wisatawan yang selesai berkunjung dari Bali maupun Yogyakarta misalnya, jika ada penerbangan pesawat langsung ke Palangka Raya, tidak mustahil akan menambah lama waktu kunjungan mereka. Hal ini yang perlu untuk dipikirkan bersama antara para pengampu kebijakan pusat dan daerah bagaimana bisa menambah rute penerbangan ke Palangka Raya.

BACA JUGA :  Mengungkap Keindahan Gunungkidul dan Komitmen PAFI untuk Kesehatan yang Lebih Baik

Dunia pariwisata merupakan modal ekonomi jika memang diseriusi tidak mustahil menjadi penyumbang angka pertumbuhan ekonomi yang lumayan. Ketimbang hanya bersandar pada sumber-sumber klise seperti yang ada sementara ini. Atraksi wisata seni budaya dan wisata alam daerah ini jelas tidak kalah asal itu bisa dikemas dengan kreatif dan menarik. Pasti bisa jika semua pihak terlibat. (CPS)

Simak berita dan artikel lainnya diĀ Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.