PEDAGANG PASAR BESAR PALANGKA RAYA TERKESAN TAK DUKUNG PROGRAM RAPID TEST

oleh -
oleh
PEDAGANG PASAR BESAR PALANGKA RAYA TERKESAN TAK DUKUNG PROGRAM RAPID TEST 1

Palangka Raya, 4/7/2020 (Dayak News). Sikap ditunjukan sejak awal oleh para pedagang di pasar besar Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Sipat bandel atau membangkang kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyakit mematikan virus corona atau covid-19 kembali ditunjukan mereka dalam program rapid test.

Ibarat bermain, permainan kucing-kucingan, Pedagang di pasar besar Palangka Raya kabur saat mengetahui kedatangan tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus corona Kota Palangka Raya yang hendak melakukan rapid test, Sabtu pagi (4/7/2020).

Pemerintah terkesan tidak bisa berbuat banyak melawan pedagang yang terindikasi dibackup para pereman itu.Sikap itu pula membuat predikat buruk Kota Palangka Raya dalam mengatasi covid-19. Dimana anga terkonfirmasi positif ternasuk korban meninggal terus terjadi lonjalan.Singkatnya klaster pasar besar yang tidak terbendung angka penambahannya.

Hari Sabtu (4/7/2020) petugas medis yang tergabung dalam Satgas Percepatan Penanganan virus corona menyasar pasar Lombok yang berada di Jalan Lombok Palangka Raya guna melaksanakan rapid test masal secara gratis kepada pedagang. Namun hampir 80 persen pedagang dan pelaku usaha di pasar tersebut kabur.

Salah satu pedagang, Yanti yang tidak mau ikut rapid test diadakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya mengatakan, dirinya dan beberapa pedagang memilih meninggalkan pasar dan tidak ikut rapid test.

Alasannya, karena takut dengan hasil dari rapid test dan juga banyak yang beralasan bahwa sarung tangan dan jarum yang digunakan tidak diganti dan itu membuat ketakutan bagi mereka para pedagang lainnya.

“Kada handak aku, apa ujar orang sarung tangan lawan jarumnya kada baganti, habis maingkut orang lain. Harau kana corona jua yang dirapid test,” ucap Yanti dengan logat bahasa Banjarnya yang kental.

Membantah informasi yang salah diterima para pedagang, salah satu petugas medis yang bertugas memperlihatkan bahwa sarung tangan dan jarum yang digunakan hanya sekali pakai untuk setiap peserta rapid test.

“Kita punya SOP dan mengikuti protokol kesehatan mas. Gak mungkinlah kita mau mencelakakan orang.Semua barang yang kita pakai sekali saja. Habis itu dibuang dan diganti baru,”cetus petugas medis yang bertugas melaksanakan Rapid test itu.

Dari hasil Rapid Test yang dilakukan di pasar lombok ini, hanya 0.1 % Pedagang yang bersedia ikut dan diambil sampel darahnya untuk kegunaan Rapid testnya. Jika hasil rapid testnya negatif atau non reaktif, pedagang langsung mendapatkan surat keterangan telah menjalani rapid test dengan hasil non reaktif. (AJN/BBU).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.