Pemilu Tanpa Sengkuni-sengkuni

oleh -
oleh
Pemilu Tanpa Sengkuni-sengkuni 1
foto ilustrasi (ist)

Oleh : Christian Sidenden (redaktur senior Dayak News)

Dayak News – Sengkuni itu siapa yang tak kenal. Tokoh antagonis dalam kisah epik Mahabharata. Ia adalah Raja Gandara (Afganistan sekarang). Negeri yang terkenal sebagai para penghasil avonturir.

Konon katanya Bhisma sebagai penjaga tahta Hastina Pura pernah memenjarakan keluarga Sengkuni karena kesalahan tanpa diberikan makan yang cukup. Akhirnya hanya tinggal Sengkuni saja yang bertahan hidup setelah keluarganya mati kelaparan semua. Ayah dari Sengkuni lalu menitipkan tulang jari-jarinya kepada sang putera satu-satunya yang tersisa untuk dijadikan alat dadu mistis untuk berjudi. Dadu sakti yang akan membuat Sengkuni tak pernah kalah dalam bermain judi.

Otak berjudi Sengkuni itu memang handal. Sebagai politisi yang memberikan pertimbangan kepada Maharaja Hastina Pura, Sengkuni selalu menggunakan perhitungan judi. Memainkan angka survey, probabilitas dan statistik. Termasuk ketika ia membantu keponakannya Duryudana pimpinan Kurawa dalam lomba judi melawan para Pandawa di balairung istana. Pertarungan yang akhirnya mempertaruhkan kehormatan dari Dewi Pancali sang permaisuri Pandawa. Sengkuni menggunakan dadu sihirnya secara optimal. Pancali akhirnya harus rela dilucuti pakaiannya sebagai tanda kekalahan Pandawa.

Para Pandawa telah disihir oleh permainan dadu Sengkuni yang kotor. Tetapi akibat terpancing emosi juga sehingga Pandawa terjebak.

Politik itu memang bisa sangat kejam tergantung siapa yang menggunakannya. Politik bagi Sengkuni adalah seni untuk menghancurkan lawan tanpa ampun. Tidak perlu perang berdarah jikalau dengan permainan dadu musuh dapat dikalahkan. Bahkan dengan cara yang sangat memalukan.

Saat ini kita sedang bersiap melakukan Pemilu Presiden dan Legislatif 2024. Kita berharap pemilu ini dapat berlangsung jujur dan adil serta menghasilkan keterpilihan yang benar. Karena itu merupakan benar-benar suara rakyat tanpa diembel-embeli dengan politik uang (money politics).

Tentu saja kita tak pernah berharap ada Sengkuni-sengkuni muncul dalam kontestasi pemilu. Mereka yang memainkan angka, probalitas dan statistik, tapi dengan cara menyuap dan bermain sogok.

Tapi kita tak bisa menjamin tidak muncul Sengkuni-sengkuni politik itu. Mereka selalu bisa memainkan peluang dan kesempatan. Yang kita bisa kontrol adalah hasil penghitungan suara harus tercatat benar-benar dan solid menjaga suara yang masuk. Sekali kita lengah maka Sengkuni bisa memainkannya untuk keterpilihan kelompok dan atau diri mereka sendiri. Jangan memberikan janji yang tak mungkin bisa ditepati. Bahkan jangan memberikan uang untuk menarik suara pemilih. Lebih baik kalah terhormat karena kurang suara dari pada menang dengan curang mengakali data dan menyogok petugas pemilu. Itu bukan kemenangan sejati melainkan model ambisius Sengkuni. (*)

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.