MAHAKAM ULU, 25/10/19 ( DAYAK NEWS ). Festival Hudoq Cross Border 2019 yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Mahulu melalui Disparpora Mahulu merupakan salah satu bentuk upaya melestarikan budaya dan juga sebagai pemersatu suku bangsa Indonesia, khususnya di Kabupaten Mahulu.
Hal ini ditunjukkan dalam antusiasme masyarakat suku Dayak Bahau yang tersebar di 5 kecamatan yang ada di Kabupaten Mahulu.
Dimana para peserta yang hadir pun kurang lebih seperti tahun kemarin yakni 2000 peserta.
“Hudoq ini adalah salah satu ritual budaya saat mulai musim bercocok tanam dan sebagai sarana pemersatu semua suku Dayak di Kab Mahulu.”
“Setiap kecamatan yang terdiri dari beberapa kampung tersebut mengirimkan paling tidak sekitar 300 – 400 orang peserta. Ini tidak hanya dari suku Dayak saja, semua suku bisa berpartisipasi dalam Festival Hudoq Cross Border 2019, kata Kepala Disparpora Kab Mahulu, Kristina Tening.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan dari gerakan Hudoq bagi suku Dayak di masing masing kecamatan namun hal ini tidak terlalu berpengaruh. Sebab hentakan kaki yang mengikuti irama musik gong dan tuvuung/tambur yang ditabuh tetap sama.
Bahkan para peserta ataupun wisatawan yang berasal dari luar Kab Mahulu cukup mudah untuk mengikuti gerakan yang dilakukan saat melakukan Ngaraang Hudoq/Tarian Hudoq dan sekaligus akan mencatatkan rekor MURI untuk menari Hudoq terlama, yakni 24 jam non stop.
“Untuk acara Ngaraang Hudoq ini tidak dibatasi umur dan suku, ini terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat baik muda ataupun tua serta pria dan wanita.”
Oleh karenanya masyarakat beserta tamu undangan baik dalam dan luar daerah pun sangat antusias untuk dapat mencatatkan rekor menari Hudoq terlama hingga 24 jam penuh di Festival Hudoq Cross Border 2019 ini, serta dapat semakin meningkatkan rasa kebersamaan di Mahulu.
Dan kita yakin Kabupaten Mahakam Ulu bisa mewujudkan dan memecahkan rekor MURI menari Hudoq terlama, akan dapat tercapai.(Dayak News/JHY/BBU)