RONTOKNYA TIM-TIM KEJUTAN

oleh -
oleh
RONTOKNYA TIM-TIM KEJUTAN 1

Palangka Raya (Dayak News) – Semua tim-tim non unggulan yang tadinya meraih poin-poin mencuri dan mengejutkan, akhirnya mulai berguguran di fase 16 besar. Australia, Senegal, Jepang dan Korea Selatan akhirnya secara bersamaan terhenti di awal sistem gugur even Piala Dunia Qatar 2022.

Mengapa pada akhirnya mereka yang tadinya membuat publik pecinta sepakbola dunia ini, terhenyak, karena mereka sanggup menyingkirkan tim-tim unggulan di grup-grup mereka tadinya, harus secepat itu terhenti? Inilah yang disebut fenomena layu sebelum berkembang.

Tim-tim kejutan ini, sekalipun sudah termasuk langganan ikut turnamen semegah Piala Dunia ternyata masih belum menguasai strategi dan manajemen ritme dan stamina. Hal-hal ini tidak ada kurikulumnya dalam sepanjang sejarah perhelatan turnamen, tetapi hanya dimiliki oleh tim-tim yang secara historis memang kawakan memetakannya. Tidak cukup hanya dengan semangat dan teknik bermain bola tentunya.

Piala Dunia ini adalah turnamen yang megah sekaligus penuh liku-liku dan pilihan. Tidak selalu sebuah tim yang selalu menangan saja yang menjuarai even ini. Bahkan tim-tim unggulan yang kawakan semacam Argentina atau Spanyol itu bermain sambil belajar dan membaca pilihan.

Menjuarai grup tentu bagi Jepang tidak diprediksi oleh sebagian besar khalayak, di mana di grup E itu bertengger Spanyol dan Jerman sebagai grup neraka. Jepang tampil impresif dan mengejutkan saat mengalahkan keduanya dan meraih tampuk pimpinan grup.

Itu membawa tim Samurai Biru jumpa Kroasia yang menjadi runner up grup F Maroko, yang juga di luar dugaan juga meraih pimpinan di grup itu. Kroasia yang lebih cerdas, tentu sudah membaca rekaman pertandingan Jepang di grup E, yang mencari titik lemah dari Jepang. Itulah yang digambarkan dalam episode 16 besar semalam, betapa para punggawa Jepang begitu ketat menerima pengawalan dari para punggawa Kroasia, sepanjang pertandingan.

Memang Jepang sempat unggul saat pertahanan Kroasia terbuka, 1-0. Sayangnya, di babak kedua Kroasia yang disiplin menjaga tiap meter lapangan membuat para pemain Jepang mulai kewalahan di paruh kedua babak kedua, mulai menit ke-65. Kroasia terlihat konsisten memborbardir pertahanan Jepang dari dua sayap yang salah satunya menghasilkan gol penyeimbang, 1-1.

Sejak itu nasib laskar ninja itu hanya bergantung pada kehebatan kipernya menerima ancaman demi ancaman tembakan kanon dari pasukan Catur dari Balkan. Sekalipun setelah perpanjangan waktu dan dua kali waktu ekstra, Jepang tidak sanggup untuk meraih keunggulan lain. Hingga akhirnya pertandingan harus diputuskan diakhiri melalui drama adu penalti.

Dua penembak penalti Jepang secara beruntun gagal mengeksekusi, yang menunjukkan kurangnya mental dan kecakapan dalam adu tos-tosan. Jepang akhirnya menyerah 1-3 setelah 120 menit imbang 1-1 lawan Kroasia finalis turnamen itu tahun 2018 lalu.

Korea Selatan tidak juga lebih baik dari Jepang, malah dalam 90 menit dicukur Brasil, 1-4. Artinya sistem determinatif tim para Taeguk itu terlalu mudah dipatahkan oleh sang juara lima kali tim Samba. Inilah bukti bahwa mengejutkan di tahap awal hanya memudahkan lawan-lawan mereka lebih mudah mencari celah kelemahan mereka. Tim-tim kejutan justru dikejutkan oleh lawan-lawan mereka, Argentina, Kroasia dan Brasil.

Piala Dunia pun lalu kembali pada ritme historisnya lagi, menjadi milik dari tim-tim yang memang sudah diunggulkan sejak sebelum even ini dimulai. Perjumpaan antara Belanda versus Argentina, Perancis versus Inggris, dan Brasil kontra Kroasia sudah tentu akan semakin menambah semarak even empat tahunan ini. Kita tunggu saja tim yang mana yang sampai ke semifinal nanti. (Christian P. Sidenden, wartawan redaktur di Dayak News)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.