Pemerhati Anak Angkat Bicara terkait Makin Banyaknya Kasus Siswa yang Bolos Saat Jam Pelajaran Sekolah Berlangsung

oleh -
oleh
Pemerhati Anak Angkat Bicara terkait Makin Banyaknya Kasus Siswa yang Bolos Saat Jam Pelajaran Sekolah Berlangsung 1
Widya Kumala

Palangka Raya (Dayak News) – saat ini, Fenomena pelajar nongkrong sambil merokok di kedai, warung kopi atau pun cafe sudah mulai membudaya dan hampir terjadi di semua daerah di Indonesia, tidak terkecuali di Kota Palangka Raya. Bahkan saking asyiknya nongkrong, mereka tidak sadar masih mengenakan seragam sekolah.

Tentu saja pemandangan ini mengandung keprihatinan masyarakat lantaran anak-anak yang masih umur belasan tersebut menongkrong masih dalam jam pelajaran sekolah berlangsung dan akhirnya membuat masyarakat ada yang segera melaporkannya ke Satuan Polisi Pamong Praja kota Palangka Raya dan di lakukan penindakan sesuai Perda yang berlaku.

Menyikapi hal tersebut, Pemerhati anak yang juga merupakan Tim Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Kalimantan, Widya Kumala atau yang sering di sapa Kak Yaya segera angkat Bicara.

Dibincangi Dayaknews.com, Jumat (04/10/2024) Widya Kumala mengungkapkan Pada umumnya, para pelajar yang memilih nongkrong di warkop, kafe atau tempat lain yang berada di pinggir jalan, Selain untuk menunjukkan eksistensinya, mereka juga bergaya layaknya orang dewasa dengan cara mengisap rokok sambil ngobrol di tempat umum.

Pelajar nongkrong seperti ini sudah hal biasa atau umum terjadi di kota, bahkan ada juga di desa. Jika ada pelajar yang tidak nongkrong maka dikatakan kuno atau kurang pergaulan sehingga mereka memilih untuk bolos dari sekolah dan menongkrong atas dasar kata kesetiakawanan yang salah.

Diutarakannya, Bolos sekolah merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang kadang dilakukan oleh pelajar SD, SMP dan SMA sederajat. Meski jumlahnya tidak banyak, namun perilaku membolos sekolah tetap tidak baik dan tidak di benarkan.

“Ada berbagai alasan anak bolos sekolah, di antaranya rendahnya motivasi belajar atau malas belajar, bosan di kelas, ajakan teman, terpengaruh kenakalan seperti merokok yang tidak mungkin dilakukan di kelas atau diruang lingkup sekolah, masalah keluarga atau kurangnya perhatian dari orang tua. Orang tua seperti ini biasanya hanya menyerahkan anaknya kepada sekolah tanpa ikut ambil peran di dalamnya.” Ucap Widya Kumala.

Selain itu, fenomena bolos sekolah ini Bisa juga disebabkan oleh faktor kurikulum atau guru atau juga beban sekolah yang dirasa berat, seperti materi pelajaran sulit, banyak pekerjaan rumah, gurunya galak, ada masalah dengan teman dan sebagainya.

Sehingga, Lanjut Widya, Budaya nongkrong yang meresahkan masyarakat seperti membuat aparat Satuan Polisi Pamong Praja harus bertindak dengan menggelar penertiban pelajar di warkop maupun tempat umum lainnya pada jam-jam belajar masih berlangsung.

“Seperti penertiban pelajar bolos sekolah diwilayah Kelurahan Menteng beberapa waktu lalu, Petugas Satuan Polisi Pamong Praja berhasil menjaring belasan pelajar SMP dan SMA sederajat berseragam sekolah yang tengah nongkrong sambil merokok dan bermain Game, kami dari satgas PPA Provinsi Kalimantan Tengah sangat mendukung respon cepat Satpol PP untuk mengamankannya. Ini salah satu Shock Therapy agar mereka tidak berani lagi bolos.” Urai Kak Yaya, Panggilan Akrab Widya Kumala.

Diuraikannya lebih dalam, Dampak dari perilaku membolos sekolah di antaranya siswa akan mengalami kegagalan dalam pelajaran, mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya serta hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang.

Bila perilaku membolos ini diteruskan, maka akan muncul sikap acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Kurangnya rasa disiplin pada siswa juga akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

Kemudian, seperti menganggap sekolah itu miliknya sendiri sehingga bebas untuk melakukan tindakan semaunya. Untuk itu, ketika ada pelajar yang membolos sekolah sebaiknya langsung ditegur agar tidak terus menerus membolos sekolah.

Apapun alasannya membolos sekolah tetap rugi. Tidak hanya ketinggalan pelajaran, namun ujungnya bisa-bisa tidak naik kelas. Banyak ilmu yang mestinya didapat pada hari itu, namun terlewatkan semua.

BACA JUGA :  PEMULIHAN EKONOMI, PEMKO PALANGKA RAYA SIAPKAN 20 PROGRAM

Memang Dunia pendidikan mungkin tidak sepenuhnya dapat terhindar dari kenakalan remaja khususnya perilaku membolos di kalangan pelajar. Namun ucap Kak Yaya, Semua memahami bahwa masa remaja siswa adalah masa peralihan yang kritis.

Orang tidak sepenuhnya dapat mengendalikan dirinya dalam segala situasi. Namun, dengan mengetahui beberapa penyebab kenakalan siswa, guru maupun orang tua dapat mengambil beberapa langkah penting untuk menghindari terjadinya perilaku atau tindakan membolos pada kalangan siswa ini.

‘Ada beberapa cara yang mungkin diharapkan bisa mengatasi anak yang sering bolos sekolah seperti halnya guru dan orang tua jika menemukan kasus siswa membolos, sebisa mungkin untuk menahan emosi dan lakukan pendekatan yang baik sehingga dapat tergali sebab siswa suka membolos dan kemudian dapat dicarikan jalan keluarnya bersama-sama.” Katanya.

Selain itu, Hendaknya guru mampu memandang masalah dari sudut pandang siswa dan tidak menganggap enteng masalah tersebut. Kemudian secara obyektif pelajar itu diajak berdiskusi dan berusaha mencari solusi dari masalah itu sehingga pelajar kembali dapat belajar dengan nyaman.

“Sabar dan memaafkan kesalahan adalah hal yang baik, tetapi jika guru membiarkan saja pelajar membolos berulang kali, maka dampaknya akan sangat merugikan bagi pelajar. Guru juga harus pandai-pandai dalam menggali permasalahan pelajar sehingga dapat menemukan solusi yang tepat. Guru juga harus bisa membangun hubungan atau komunikasi yang baik dengan siswa untuk menghindarkan hal-hal yang tercela termasuk menyimpang seperti membolos sekolah.” Ulasnya lebih dalam.

Yang terpenting, Lanjut Ibu dua Anak ini, Berikanlah pemahaman akan masa depan mereka agar dapat mewujudkan cita-cita di masa depan. Ini dapat menjadi senjata untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan bina hubungan yang baik dengan orang tua siswa. Orang tua adalah partner guru dalam mendidik siswa. Sangat baik jika guru selalu mengomunikasikan setiap perkembangan siswa dan juga permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa.

BACA JUGA :  Sepekan Berlalu, Temuan Mayat Membusuk di Katingan kini Mendapatkan Titik Terang

“Insya Allah, Dengan begitu, segala peluang siswa untuk melampiaskan masalahnya ke jalan yang tidak benar dapat diantisipasi.” Tandasnya mengakhiri perbincangan. (Ist/AJn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.