Kasongan, (Dayak News) – Sempat berniat berhenti sekolah karena tak mampu tebus pakaian seragam, BB (17) pelajar sebuah SMK Kasongan akhirnya bisa bernafas lega. Itu setelah kepala sekolah memutuskan menggratiskan tiga stel pakaian senilai Rp700 ribu kepada yang bersangkutan. Selain itu kepala sekolah memberi kesempatan tinggal bersamanya menjadi anak asuh.
Hal itu dibenarkan oleh ibundanya Yunita Maiza (50) yang mengatakan anaknya telah tinggal bersama kepala sekolah dimana semua biaya pendidikan selama menjadi pelajar di tempat itu menjadi tanggungan kepala sekolah.
“Pakaian seragam sudah digratiskan pihak sekolah dan anak saya menjadi anak asuh disana,” tuturnya, Senin (4/4).
Sebelumnya sempat menjadi perbincangan hangat warga Katingan di Media Sosial sehubungan rencana seorang siswi yang berkeinginan berhenti sekolah karena tak mampu membeli baju seragam.
Ada tiga buah pakaian seragam yang harus ditebus yakni baju produktif, olahraga dan batik, sementara ia hanya memiliki seragam putih abu-abu. Anak tersebut diketahui sebagai anak yatim dan hanya diasuh ibundanya yang berupaya mencari uang guna menebus seragam tersebut. Apa hendak dikata, semenjak pandemi jualan sayurnya tidak laku bahkan harus merugi karena busuk.
Untungnya keluhan itu langsung ditanggapi pihak terkait. Salah satunya dari Kapolres Katingan, AKBP Paulus Sonny Bhakti Wibowo, S.H., S.I.K., M.I.K. yang secara senyap melalui personil melakukan pendataan hingga tiga kali kunjungan dan memberi donasi berupa uang tunai dan sembako.
“Kemarin ada Kapolres lewat anak buahnya mampir untuk menyampaikan bantuan. Alhamdulilah apa yang diberikan sangat berguna. Terima kasih Pak Kapolres,” bebernya berkaca-kaca.

Bukan itu saja, pihak Kelurahan Kasongan Lama bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa juga turut berkunjung kerumah BB yang terletak di Jalan Tjilik Riwut kilometer 6,5 depan Rumah Makan Bahagia Kasongan. Tujuannya mempercepat proses pengusulan bantuan seperti bantuan sosial tunai, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia pintar.
“Kami dari Kelurahan Kasongan Lama bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa mendapat informasi ada seorang siswi SMK yang terancam putus sekolah karena tak mampu beli seragam, kami ingin melihat permasalahannya seperti apa. Untuk ibu ini yang juga kebetulan suaminya telah meninggal dunia kami upayakan memasukannya ke dalam sistem data terpadu kesejahteraan sosial. Harapannya agar bisa mendapat bantuan sosial baik dari Program Pemerintah Daerah maupun Pusat,” sebut Dirmansyah selaku Lurah Kasongan Lama didampingi, Bhabinkamtibmas dan Babinsa ketika berkunjung ke tempat itu.
Terkait pendataan terhadap keluarga prasejahtera yang tak terakomodir, Dirmansyah mengakui kelemahan pemutakhiran data dari RT. Hal itu bisa disebabkan calon penerima bantuan sosial pindah alamat sehingga menyulitkan saat pendataan. Untuk itu dia meminta semua Ketua RT proaktif melakukan pemuktahiran data termasuk masyarakat calon penerima bantuan sosial.
“Ibu Yunita Maiza ini memang layak mendapat bantuan sosial, kita berupaya mengusulkan. Untuk semua ketua RT saya minta jangan tinggal diam dan harus proaktif guna melakukan pendataan dan pengusulan untuk warga yang memang layak menerima,” himbaunya.
BB TERNYATA ATLET TAEKWANDO BERPRESTASI
BB ternyata sempat aktif dalam olahraga bela diri Taekwando di Kasongan. Di tahun 2017 dirinya sempat menyabet juara satu dalam Pekan Olahraga Provinsi.
Ada lima medali yang diperolehnya selama mengikuti berbagai even ditingkat Kabupaten maupun Provinsi. Salah satunya piagam juara satu yang ditandatangani oleh Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran. Namun, sejak ayahndanya berpulang BB sudah tidak aktif lagi. Alasannya karena ketiadaan dana guna membayar biaya berlatih dan membeli seragam untuk mengikuti berbagai lomba.
“Baru-baru ini pelatihnya sempat mengajak mengikuti sebuah even di Kasongan, tapi ketiadaan dana, anak saya batal mengikuti kejuaraan itu,” jelas sang ibunda.
Ketika Media berkunjung, BB masih bersekolah dan sang ibunda menjelaskan BB menjadi anak angkat kepala sekolah dan ikut bersamanya.
“Syukurlah dan tidak ada lagi kata yang bisa saya ucapkan selain terima kasih,” tuturnya.
Semenjak viral, Yunita Maiza mengaku mendapat cibiran dari beberapa pihak yang menyebut dirinya berpura-pura miskin. Terkadang ia sering mendengar bisik-bisik warga yang mengatakan dirinya hanya memanfaatkan keadaan.
“Bapak bisa lihat sendiri kondisi kami saat ini. Mereka bilang ada punya tanah di pinggir jalan besar. Betul memang ada dan itu peninggalan almarhum suami yang ketika itu mendapat hadiah dari orang tuanya Agus Effendi dengan ukuran 10 x15 meter. Itupun tanahnya tergadai di Bank dan menunggak di Bank selama enam bulan,” bebernya dengan wajah sedih.
Terlepas benar atau salah anggapan masyarakat, tapi tiada salahnya kita mengulurkan tangan memberi bantuan. Yunita Maiza bersama keluarganya berhak mendapat penghidupan layak.
Kondisi rumahnya saja terlihat memprihatikan dengan ditutup atap seng dan dinding triplek, spanduk berlantaikan semen dan tanah. Tinggi bangunanpun hanya seukuran dua kali badan orang dewasa. Keadaan dalam rumahnya terlihat berantakan. Kasur tua yang kusam beserta kapuk yang berhamburan. Bukan rumah tapi sebuah gubuk tua yang telah reot.
Pekerjaan keluarga yang terkadang memulung barang-barang di bak sampah dan berdekatan dengan tempat tinggal membuat pemandangan kontras.
“Rumah ini kami sewa dengan biaya Rp700 ribu perbulan. Itupun sering menunggak. Untungnya pemilik mengerti,” kisahnya.
Bagi Yunita Maiza, harapan satu-satunya hanya kepada anak. Jangan sampai anaknya mengalami kemalangan seperti saat ini.
“Apapun profesi pekerjaan saya lakukan demi sekolah anak-anak. Asalkan itu halal,” pungkasnya. (Dan)