Haji Rasyid dan Cukup Dinasti Politik

oleh -
oleh
Haji Rasyid dan Cukup Dinasti Politik 1
Haji Abdul Rasyid (foto/ist)

Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News)

Meskipun Haji Abdul Rasyid tidak secara langsung berpolitik lewat partai atau dewan, namun kata-kata beliau bertaji. Sebuah klip video baru-baru ini beredar yang isinya itu pernyataan Haji Abdul Rasyid soal Pilkada Kalteng 2024. Sangat tajam pernyataan beliau.

Intinya, Haji Rasyid secara pribadi sudah tidak lagi mendukung “dinasti politik” dari ponakannya yang maju di Pilkada Gubernur-Wakil Gubernur Kalteng kali ini. Katanya, sudah cukup dan tidak usah lagi dilanjutkan. Sudah cukup 10 tahun keluarga ini memimpin daerah ini. Beri kesempatan pada tokoh-tokoh yang lain, yang lebih berpendidikan, lebih berpengalaman dan sebagainya. Begitu arahan politiknya.

Seberapa besar video pernyataan beliau itu akan berdampak pada kecenderungan pemilih di Pilkada ke depan, menarik untuk ditelisik? Suara Rasyid bisa mempengaruhi persepsi publik, tentu saja. Sebagai seorang taipan, pengusaha sukses dan termasuk orang terkaya di Indonesia, maka pernyataan beliau itu akan berdampak pada calon-calon pemilih.

Walaupun ada sementara beredar pula “video balasan” yang menceritakan soal oligarki Rasyid selama 20 tahun terakhir. Meskipun, video itu menceritakan sejarah, akan sedikit kurang diyakini pemirsa, dibandingkan dengan video wawancara langsung Rasyid terbaru. Lebih fresh begitulah.

Soal “pecah kongsi” antara paman dan ponakan ini, bukan baru-baru ini saja rilis di publik. Sebenarnya, sudah sejak setahun lalu, terdengar hal itu. Bahkan dikatakan oleh satu sumber, memang dukungan politik Rasyid itu akan ke salah satu kandidat calon sebagai yang dikatakannya, lebih berpengalaman dalam dunia politik di daerah ini. Terdapat istilah “3R” apakah itu artinya Rasyid, Ruslan dan Razak – entahlah, sayup-sayup terdengar setahun lalu.

BACA JUGA :  Polsek Jelai Melakukan Pengamanan Vaksinasi Di Puskesmas Jelai

Bagi masyarakat Kalimantan, secara khusus dalam khasanah adab suku Dayak, pernyataan atau nasihat seorang paman dalam keluarga itu ibarat perkataan orang tua kandung juga. Tentu saja, itu tak bisa disepelekan. Kalau menggunakan logika etika kekeluargaan tentunya kehendak paman itu harus jadi perhatian. Tapi entah kalau itu dalam politik, terkembali bagi si tujuan nasihat, bisa diterimanya bisa juga tidak.

Pastinya, bagi kandidat calon Agustiar Sabran tidak mungkin mundur lagi, karena sudah terdaftar selaku kontestan.

Pada akhirnya, terlepas dari soal video Rasyid itu, Pilkada Gubernur Kalteng kali ini memang kompetitif. Sebab ajang demokrasi di daerah ini, diikuti oleh empat pasangan calon. Peraturan KPU hanya memberikan satu putaran Pilkada, yang mana suara terbanyak dinyatakan menang. Kecuali jika ada permohonan peninjauan sengketa penghitungan suara ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Haji Abdul Rasyid memang terkenal sebagai oligarki di daerah ini, tetapi pada diri beliau terdapat juga “tanggung jawab” untuk menunjuk kecenderungan pilihan bagi masyarakat umum. Semakin beliau bertambah usia, memang akan semakin berpikir dan ikut peduli dengan nasib daerah ini. Bahwa maju tidaknya daerah ini bergantung pada kualitas dan kompetensi pemimpin daerah itu, sang pembuat dan pelaksana kebijakan. Terserah pada kita untuk memberi penilaian atas pernyataan beliau. Itu sesuatu hal yang lumrah. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.